Aksi Patroli RP 133 untuk Melumpuhkan Ekonomi dan Perjuangan Tentara Nasional Indonesia di Indragiri Hilir

Kamis, 18 Februari 2021

Kapal Patroli Sungai RP 133 (sumber : maritiemdigitaal.nl)

BUALBUAL.com - Masa perang kemerdekaan Indonesia (1945-1950) banyak aksi militer Belanda yang terus menerus menyerang kedudukan militer dan aktivitas kehidupan rakyat Indonesia. Berbagai upaya untuk merampas kembali kemerdekaan dan merebut wilayah Indonesia untuk dijadikan tanah jajahan dilakukan militer Belanda. 

Begitu pula di Indragiri Hilir, kampung-kampung wilayah pertahanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) ditembak, perahu dan kapal yang berlayar diintai, diserang dan ditangkap bahkan dibakar. Perairan Indragiri Hilir dan pantai Timur Sumatra diblokade dengan berbagai jenis kapal perang dan kapal patroli Angkatan Laut Kerajaan Belanda (Koninklijke Marine) untuk menghancurkan kekuatan perlawanan Tentara Nasional Indonesia sekaligus melumpuhkan perekonomian rakyat Indonesia. 

Salah satu Kapal Patroli Sungai dengan nama Hr. Ms. Betsy memiliki kode lambung RP 133 yang pernah melakukan patroli di perairan Indragiri Hilir. Kapal patroli ini jenis Higginsboot milik Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang berpangkalan di Tanjung Uban Kepulauan Riau. Kapal Patroli Sungai RP 133 dibuat oleh galangan kapal Higgins Boat Cy. New Oleans, USA memiliki dimensi ukuran 18,88 x 5,60 x 1,20 meter, kecepatan 10 knot perjam dengan mesin 165 PK sedangkan kapasitas 44 ton. Diawaki 10 personil, kapal ini dipersenjatai dengan 1 buah meriam kaliber 3,7 cm dan 2 buah senapan mesin kaliber 7,7 mm.

Kapal RP 133 menjadi andalan Angkutan Laut Kerajaan Belanda untuk melakukan operasi dalam upaya menghadang dan melumpuhkan kekuatan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) di sepanjang pesisir pantai Indragiri Hilir. Selain itu kapal ini melakukan pengintaian, penembakan, penangkapan, penyitaan dan membakar terhadap perahu dan kapal dagang yang sedang berlayar karena dicurigai melakukan smokel (penyeludupan) persenjataan dari Singapura ke Indragiri Hilir. Selama perang kemerdekaan banyak perahu dan kapal dagang yang ikut membantu perjuangan dengan menyeludupkan senjata dan perlengkapan militer serta obat-obatan bagi kebutuhan Tentara Nasional Indonesia.

Meriam  kaliber 3,7 cm Kapal Patroli Sungai RP 133  menembaki kampung Sungai Bela 17 November 1947 (Sumber : maritiemdigitaal.nl)

Ada beberapa kegiatan patroli dilakukan oleh RP 133 yang sangat merugikan dan membuat rakyat Indragiri Hilir menderita. Berikut ini beberapa aksi patroli RP 133 yang dapat dihimpun dari sumber onzemarinevloot.weebly.com  dan maritiemdigitaal.nl  antara lain :

1. Tanggal 20 Oktober 1947 di perairan Kuala Mandah Tanjung Datok, RP 133 menembak dan menangkap kapal dagang Thai Tong yang membawa 309 ton kopra tujuan Singapura.

2.Tanggal 16 November 1947 dari perairan Pulau Beting mengejar 2 buah kapal yang memasang bendera merah putih sedang berlayar dari Tanjung Ranggah menuju Kuala Gaung. RP 133 menyergap dan melepaskan tembakan yang mengakibatkan 1 buah kapal tenggelam dan 1 buah terbakar di perairan Kuala Gaung.

3. Tanggal 17 November 1947, RP 133 dibantu oleh RP 128 menembak Kampung Sungai Bela yang terletak di perairan Kuala Lajau. Penembakan ini membuat beberapa rumah penduduk rusak dan hangus terbakar.

4. Tanggal 18 November 1947 di perairan Tanjung Ranggah menangkap kapal kayu Barito yang ditinggalkan awak kapalnya selanjutnya disita untuk dikirim ke Tanjung Pinang.

5. Tanggal 20 November 1947 melakukan penyerangan terhadap kampung Perigi Raja karena saat patroli di Terusan Terbung di tembak oleh Tentara Nasional Indonesia. Terjadi baku tembak yang dilakukan Tentara Nasional Indonesia karena RP 133 telah menyerang perairan Indragiri Hilir.

6. Pada tahun 1948 hingga 1949, RP 133 terus melakukan patroli dan aksi di perairan Indragiri Hilir untuk menghambat lalu lintas perdagangan serta berupaya melemahkan dan melumpuhkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Indragiri Hilir.

RP 133 menggeledah kapal dagang di perairan Kuala Mandah – Tanjung Datok Tahun 1948
(sumber : maritiemdigitaal.nl)

Aksi patroli RP 133 dan Kapal Perang serta Kapal Patroli Angkatan Laut Kerajaan Belanda terus berlangsung di perairan Tanjung Ungka, muara Sungai Guntung, Tanjung Datuk, Kuala Mandah, Kuala Gaung, Kuala Perigi Raja, Tanjung Bakung, Kuala Lajau, Kuala Sapat Dalam, muara delta Sungai Gangsal  hingga ke Tanjung Labu.   

Namun demikian perjuangan Tentara Nasional Indonesia serta rakyat Indragiri Hilir terus berkobar untuk tetap mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa aksi penyerangan dengan heroik dilakukan oleh Angkatan Laut Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia terhadap Kapal Patroli Angkatan Laut Belanda di perairan Indragiri Hilir. Pengorbanan harta dan nyawa dipersembahkan dari tanah Indragiri Hilir dengan tulus dan ikhlas untuk kemerdekaan Bumi Pertiwi, Indonesia.

Junaidy bin Ismail Abdullah, yang lahir di tepian Sungai Igal pernah tinggal di tepian Sungai Pelanduk, Gangsal,  Reteh, Ibu Mandah, Sapat Dalam. Masa ini bermukim antara Parit 14 dan Parit 15 Tembilahan di tepian Sungai Indragiri.

​​​

Junaidy bin Ismail Abdullah, yang lahir di tepian Sungai Igal pernah tinggal ditepian  Sungai Pelanduk, Gangsal,  Reteh, Ibu Mandah, Sapat Dalam. Masa ini bermukim antara Parit 14 dan 15 Tembilahan di tepian Sungai Indragiri.