Banyak Yang Tidak Tahu, Mengapa Indonesia Memindahkan Ibukota Negara dari Jakarta ke Kalimatan?

Senin, 20 Februari 2023

Screenshot YT Geografyi

BUALBUAL.com - Lokasi ibukota suatu negara adalah salah satu pilihan terpenting yang harus diambil oleh pemimpin di karmana pun, sebuah ibukota pada umumnya menjadi lokasi kantor dan markas besar fasilitas pemerintah dan biasanya berisi tempat tinggal utama para pemimpin negara.

Sebuah ibukota pada dasarnya merupakan otak suatu negara sehingga memilih lokasi Dimana anda ingin menempatkan otak anda, tentu saja merupakan pilihan yang sangat strategis, umumnya lokasi terbaik untuk ibukota adalah sebuah tempat yang dapat dengan mudah dipertahankan dan dari mana anda dapat melakukan kontrol dan memproyeksikan persatuan keseluruh Negeri.

Ibukota seharusnya dapat dianggap sebagai perwakilan dari seluruh bangsa yang perlu memiliki akses yang mudah untuk sebanyak mungkin orang oleh karena hal itu Ibukota paling sering dibangun di tengah-tengah suatu negara.

Namun terkadang melihat lokasi Ibukota yang sudah ditetapkan sejak lambat dirasa kurang sesuai sehingga terkadang sebuah negara memutuskan untuk melakukan perpindahan ibu kota negara. 

Sebagai contoh, pada tahun 2005 Myanmar memindahkan ibukota mereka dari kota Yangon lama kota terbesar di negara itu menjadi kota Naypyiday yaitu kota yang jaraknya lebih dari tiga ratus km ke utara Hal ini dilakukan sebab Naypyiday jauh terletak lebih Sentral daripada yang non dan juga merupakan pulsa transportasi yang terletak tepat disebelah tiga negara bagian yang sering mengalami pemberontakan.

sehingga dengan adanya lokasi ibukota dan militer yang begitu dekat dirasa dapat membantu meningkatkan stabilitas kawasan, Disamping itu ibu kota Yangon disinyalir lebih rentan terhadap bencana iklim karena lokasinya dekat dengan pantai Hal ini terbukti pada tahun 2008 ketika Topan menghantam kota Yangon dan menghancurkan tigaperempat infrastruktur kota.

Alasan yang sama terjadi juga di Brazil Brazil memindahkan ibukota mereka pada tahun 1960 pada saat itu Rio de Janeiro terlalu padat penduduk dan terletak di dekat pantai sehingga lokasi ibukota dipindahkan ke kota yang lebih terpusat di dalam negara Brazil yang kemudian disebut Brazilia. Keputusan ini sebagian besar dibuat untuk mendorong pertumbuhan lokasi pedalaman yang jauh dari pantai dan membuat lokasi ibukota lebih Netral secara regional.

Sumatera itu pertikaian besar terjadi di Australia pada tahun 1927 ketika Sydney dan Melbourne berebut menjadi ibukota Australia, setelah terjadi pertikaian yang cukup alot akhirnya memutuskan untuk kan beda menjadi ibukota baru, saat ini di Tahun 2022 terdapat dua negara modern yang sangat besar yang secara aktif melakukan proses pemindahan ibukota mereka untuk alasan yang cukup mirip.

Pertama Mesir saat ini Tengah merelokasi ibukota mereka dari Kairo menuju Kota Baru yang kabarnya masih dalam pembangunan.

 Kedua Indonesia sedang dalam proses memindahkan ibukota mereka dari Jakarta ke pulau yang berbeda 1000 km jauhnya.

Hal ini merupakan perubahan yang amat penting mengingat Indonesia juga merupakan negara yang sangat besar, Indonesia menempati populasi tertinggi keempat di dunia setelah Cina India dan Amerika Serikat dengan lebih dari 270000000 orang penduduknya untuk negara sebesar itu Indonesia merupakan satu-satunya negara unik dibanding China India dan Amerika Serikat yang kekuatan Continental utamanya kedekatan.

Indonesia berisi sekitar 17 ribu pulau yang beragam diantara pulau-pulau tersebut terdapat lima wilayah daratan besar yakni Pulau Sumatera Jawa dan Sulawesi dan Kalimantan juga Papua sementara empat dari pulau-pulau tersebut yang cukup jarang penduduknya dan pulau Jawa menjadi pulau terpadat dunia yang mengalahkan Rusia dengan menjadi rumah bagi lebih dari 60% jumlah seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 145 jutaan orang.

Hai hal ini menjadikan Jawa merupakan pulau yang lebih banyak dihuni daripada Rusia yang luas negara rusia 123 kali lebih besar dari Pulau Jawa, maka tidak heran apabila Pulau ini menjadi pusat populasi dan budaya Indonesia, dan tentu saja sekaligus menjadi lokasi Ibukota Indonesia sejak lama yaitu Jakarta.

Jakarta menjadi kota besar di Indonesia dengan populasi Metropolitan yang telah meroket menjadi sekitar 35 juta orang, jumlah populasi yang cukup padat ini membuat Jakarta menjadi pusat daerah perkotaan terbesar kedua di dunia setelah Tokyo, Selain sebagai Ibukota Indonesia Jakarta juga merupakan tempat diplomatik ibukota ASEAN atau perhimpunan negara-negara Asia Tenggara.Hal ini membuat Jakarta menjadi Uni Eropa versi Asia Tenggara atau Bro salesnya dan Eropa.

Menjadi kota besar yang sangat penting dan berpengaruh bagi Indonesia tidak menjadikan Jakarta jauh akan masalah justru masalah-masalah tersebut yang pada akhirnya membuat Jakarta menjadi lokasi yang tidak begitu menguntungkan sebagai ibukota Indonesia di abad ke-21.

Banyak ketimpangan dalam negara yang tercermin pada 60% persebaran penduduk Indonesia yang hanya menduduki pulau Jawa, sedangkan pulau Jawa hanya merupakan 7% dari Total luas daratan Indonesia sehingga sebelum puluh tiga persen sisanya atau sekitar 17 ribu pulau lainnya kurang terwakili baik dalam hal populasi maupun ekonomi hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi.

Selama beberapa dekade terakhir hanya terpusat di Jakarta dan Jawa, terbukti sejak tahun 1971 Jawa telah dihuni oleh sekitar 75juta orang sementara Sumatera berisi 38000000 duduk dan Kalimantan hanya 11 juta penduduk, ini berarti bahwa Sulawesi hanya diduduki oleh sekitar 10 juta penduduk sedangkan Papua hanya ditinggali oleh sekitar 4 juta penduduk.

Sementara pulau-pulau lain ini mungkin terlihat berdekatan pada peta, namun sebenarnya tidak, jika kita letakkan pulau-pulau di Indonesia di atas Eropa dengan permisalan Jawa ditempatkan kira-kira di utara Italia luas Pulau Kalimantan dapat diilustrasikan setara dengan sepanjang Sisi Utara Jerman dan Polandia, Sulawesi tepat berada di Belarusia dan Ukraina sementara Papua berada jauh di Kazaztan, pulau-pulau ini sangat jauh dari kota Jakarta sehingga menjadi terisolasi dan jauh dari pusat pemerintahan.

Jika dilihat berdasarkan pemusatan faktor daya yang paling masuk akal dan dari perspektif geografis mereka lokasi terbaik Ibukota Indonesia yaitu antara di Kalimantan atau sulawesi namun Factor sentralisasi saja tidak cukup untuk menjadi satu-satunya alasan Indonesia melalui keputusan sulit terkait perpindahan ibukota, kalau terpenting lainnya adalah bahwa Jakarta sendiri memiliki banyak isu yang harus dihadapi, kota ini telah mengalami pertumbuhan perkotaan yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir.

Kembali pada tahun 1945 pada awal Perang Dunia Kedua populasi kota hanya 600.000 orang, 25 tahun kemudian pada tahun 1974 duduk kota telah meningkat enam kali lipat menjadi lebih dari 6 juta orang dan 50 tahun kemudian sejak tahun 2020 jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 10 juta orang akibat terjadinya migrasi besar-besaran dari seluruh kota-kota kecil di Indonesia ke Jakarta.

Penambahan penduduk yang sangat signifikan ini mengakibatkan dan ekologi yang substansial, disertai dengan lalu lintas yang sangat macet melibatkan hampir empat setengah juta mobil dan lebih dari 13 juta sepeda motor, sementara transportasi umum menyumbang sepertiga dari komputer kota, dalam rangka memperbarui polutan dari semua kendaraan ini terdapat 10 pembangkit listrik tenaga batubara yang semuanya ditempatkan dalam radius 100 km dari kota, emisi dari 10 PLTU ini sama dengan menambahkan 20 juta mobil tambahan ke jalan-jalan Jakarta yang sudah padat.

Mengingat polusi udara dan kabut asap di Jakarta merupakan masalah serius dan umumnya juga terjadi di kota-kota padat penduduk seperti New Delhi dan Beijing, kualitas udara menjadi sangat buruk di sini sampai-sampai pada tahun 2021 lalu Selama 172 hari atau hampir selama setengah tahun udara Jakarta dinyatakan tidak sehat.

Selain itu tentu saja ada isu kemacetan lalu lintas yang membawa Jakarta sering disebut kota terburuk di dunia pada beberapa kesempatan oleh beberapa publikasi, kemacetan lalu lintas ini bahkan diperkirakan akan membuat rata-rata penduduk Jakarta menghabiskan 10 tahun hidup mereka untuk menghadapi kemacetan lalu-lintas.

Kota kedua terbesar setelah Jakarta dimana banyak pekerja kantor yang bekerja di pusat Jakarta adalah Bogor, yang jaraknya sekitar 61 km dari Jakarta pada saat kondisi lalu lintas Jakarta terbilang normal jarak tersebut biasanya memakan waktu dua jam berkendara namun ketika kondisinya buruk jarak tersebut bisa memakan waktu lebih dari 3 jam.

Kondisi ini semakin memburuk sampai pejabat tinggi pemerintah harus secara teratur dikawal oleh konflik polisi sepanjang jalan supaya dapat tiba di pertemuan mereka tepat waktu, situasi akan lebih buruk lagi apabila penduduk Jakarta masih mengalami pertumbuhan pada tahun 2030, telah diperkirakan bahwa akan ada lebih dari 40 juta orang yang tinggal di wilayah Metropolitan, jumlah tersebut melebihi jumlah seluruh penduduk Kanada bahkan dapat melampaui Tokyo untuk menjadi kota terbesar terbaru di dunia.

Isu ini sangat mirip dengan kota Meksiko dan Venesia Jakarta didirikan dalam lingkungan Rawa berabad-abad yang lalu sebelum kebutuhan kota modern sama sekali dipahami seperti sekarang, 13 sungai mengalir melalui kota yang dulunya menyediakan banyak air bersih tetapi sekarang semuanya Sangat tercemar dan saat ini tidak dapat digunakan untuk air minum.

Jakarta memang memiliki serangkaian pipa air tetapi hanya menjangkau sekitar 60% dari populasi dan semuanya Sangat terkonsentrasi di daerah yang lebih kaya di Jakarta Selatan dan Jakarta Tengah, sementara jutaan orang yang lain yang tidak memiliki akses tersebut pemompaan tanah merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan air.

Karena air di bawah permukaan ini terus diambil tanah di permukaan akan terus memadat dan tenggelam, terus memburu keadaan basah ada lusinan pemompaan besar-besaran dan gedung pencakar langit beton serta baju berat di seluruh permukaan kota ia menambahkan lebih banyak beban dan tekanan diatas tanah yang rapuh.

Sebagai akibat dari semua faktor kontribusi ini saat ini seluruh permukaan Jakarta mengalami penurunan sekitar 1 sentimeter per tahun dia 25 cm per tahun di beberapa daerah tertentu, ketika anda memperhatikan isu naiknya permukaan laut ini maka anda juga akan memahami bahwa sebagian besar kota terancam tenggelam dan berada dalam bahaya besar, bahkan fenomena banjir yang sudah menjadi masalah kronis kota Jakarta pun tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan mungkin terjadi di masa depan.

Jakarta terletak dalam cekungan datar dan menurut beberapa perkiraan 40% Jakarta sudah tenggelam di bawah permukaan laut, sementara banyak yang lain memperkirakan bahwa tahun 2050 atau hanya 28 tahun dari sekarang seluruh kota yang berpenduduk lebih dari 10,6 juta orang ini akan terkubur di bawah laut seperti Atlantis modern dengan asumsi apabila tidak ada yang benar-benar dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

Tapi tentu saja semoga energi Jono penanganan yang sudah dipersiapkan, pada tahun 2014 pemerintah Indonesia mengungkapkan rencana pembuatan tanggul yang mereka sebut tanggul laut raksasa Jakarta yang diharapkan selesai pada tahun 2025, rencana tersebut meliputi rencana pembangunan tanggul laut berukuran raksasa di seluruh teluk Jakarta untuk melindungi kota dari lautan diluar dinding, tanggul ini direncanakan akan dibangun dalam bentuk burung Garuda raksasa yang merupakan lambang negara Indonesia.

Seluruh perencanaan selain untuk menghalau air laut sekaligus menjadi icon dan menarik wisatawan, proyek ini terinspirasi dari proyek Pulau Sentosa Singapura rencananya setelah tanggul garuda raksasa dibangun di teluk Jakarta bangunan itu juga direncanakan untuk dapat menjadi sumber air tertutup, yang pada akhirnya akan menjadi sumber untuk air bersih baru yang besar di kota Jakarta, ke 13 sungai yang saat ini mengalir ke teluk direncanakan untuk dibersihkan dan dijernihkan dari polusi untuk mencegah arus keluar mereka yang saat ini tercemar menjadi tangki septik yang mampet.

Sedangkan tanggul laut raksasa direncanakan untuk dapat menjadi pusat Kota Baru pengembangan kota Jakarta lengkap dengan Jalan Raya Perumahan dan rel kereta api yang menghubungkan kembali ke daratan serta memiliki kemampuan menampung populasi baru sebanyak 2 juta orang seluruh proyek ini disinyalir memakan biaya yang sangat aduhai yaitu sekitar 500 teriliuan rupiah, nominal tersebut tentu saja menimbulkan kontroversI.

Selain fakta bahwa proyek ini akan membutuhkan banyak pembebasan lahan penduduk setempat kontroversi dalam pembebasan tanah pribadi milik penduduk di sepanjang pantai yang juga merupakan tempat mata pencaharian mereka menjadi pertimbangan penting, terlebih lagi adanya ketakutan bahwa jika tembok kita mengalami kegagalan pembangunan karena sesuatu seperti serangan teroris atau peristiwa yang tak terduga seperti banjir yang berikutnya akan menjadi bencana besar dan mungkin akhirnya menghancurkan kota di masa depan.

Ketika permukaan laut lebih tinggi tembok tersebut akan jadi titik paling kritis keamanan Indonesia yang harus dipertahankan dengan segala cara, selain itu masih ada banyak ketawa Tiran terkait isu lingkungan akibat membangun tembok, oleh karena semua faktor negatif ini dan tuntutan untuk mengurangi tekanan populasi yang meningkat di kota yang terancam tenggelam ini Presiden Indonesia saat ini Joko Widodo membuat pengumuman tegas pada tahun 2019 untuk pertama kalinya memindahkan ibukota dari Jakarta.

Sementara itu spesifikasi lokasi dan rencana yang tepat masih dalam tahap penyelesaian satu hal yang kita tahu bahwa ibukota baru dikabarkan akan berada 1000 km jauhnya dari Jakarta yakni di atas pulau Kalimantan yang juga merupakan pulau terbesar ketiga di dunia, itu berarti Ibukota Indonesia akan berbagi pulau dengan dua negara lain di bagian utara yakni Malaysia dan Brunei.

Kalimantan sebagian besar ditutupi oleh hutan hujan tropis dan jarang penduduknya tetapi memiliki beberapa fitur yang menguntungkan untuk menjadi ibu kota baru Indonesia, yang pertama pemerintah Indonesia sendiri sudah memiliki sebagian besar tanah di sisi perbatasan sehingga modal untuk membangun ibukota baru jika dibandingkan dengan Jakarta resiko bencana di Kalimantan agak minim baik itu dari banjir gempa bumi tsunami atau dari gunung berapi sekalipun.

Indonesia secara geografi didominasi oleh gunung berapi dan letusannya sejak dulu, di seluruh Nusantara telah terjadi Beberapa bencana paling merusak dalam sejarah manusia dua letusan gunung berapi paling kuat yang pernah tercatat dalam sejarah manusia, dua letusan gunung merapi yang plaing kuat yang tercatat dalam secara manusia di Indonesia yakni di Krakatau pada tahun 1883 dan di Gunung Tambora pada tahun 1815.

Keduanya menyebabkan kehancuran yang sangat besar 74000 tahun yang lalu gunung berapi super Toba meletus di Sumatera dan menyebabkan musim dingin vulkanik Global selama 6 tahun dan hampir menyebabkan awal kepunahan seluruh spesies manusia pada saat itu, kini setidaknya ada 127 gunung berapi aktif di seluruh negeri dan lebih dari lima juta warga hidup dalam zona bahaya namun jika anda melihat di peta tidak ada gunung berapi aktif besar yang berada di Kalimantan sehingga membuat Kalimantan menjadi kota yang jauh lebih aman bagi otak negara untuk berada di sana.

Kalimantan Secara geografis terletak hampir persis di tengah-tengah kepulauan Indonesia ada beberapa kota berkembang di dekat lokasi yang diusulkan yang diprediksikan dapat tumbuh pesat dari waktu kewaktu Indonesia berharap untuk dapat menciptakan wilayah ibukota baru di Kalimantan dengan nama Nusantara dengan luas sekitar 256 hektar persegi, dua kali lebih luas dari Jakarta dan sedikit lebih luas dari kota London.

Presiden Joko Widodo juga berharap bahwa pada akhirnya ibukota baru ini akan menjadi rumah bagi 1,4 juta pegawai pemerintah dan keluarga mereka yang berpotensi akan mencapai populasi lebih dari 7 juta orang, beberapa desain futuristik loh dipilih untuk gedung-gedung pemerintah yang lebih tinggi seperti istana presiden dan lebih banyak lagi.

Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana mendanai proyek ini dan memulai konstruksi total perkiraan harga untuk membangun ibukota baru ini adalah sekitar 35 Milyar Dollar atau sekitar 501 Triliun Rupiah, adanya penundaan yang ekstensif akibat pemotongan anggaran pandemic covid-19  dan tekanan yang meningkat lainnya ibukota akan dipindahkan bertahap dalam kurun waktu 2023 hingga 2027 dengan porsi kurang lebih 20% setiap tahunnya.

Harapan Jokowi Adalah supaya ia dapat mendorong jutaan orang untuk meninggalkan kota menuju ibukota baru di Kalimantan hal ini akan cukup meringankan setidaknya sebagian dari tekanan permukaan tanah Jakarta dan memberikan kesempatan kepada kota Jakarta untuk pulih dan berkembang sekali lagi

 

Sumber: YT Geografyi