Begini Adab Murid Yang Baik Terhadap Gurunya

Sabtu, 03 Februari 2018

Bualbual.com, ADAB merupakan suatu persoalan tingkah laku yang mendasar. Sayangnya, hal ini seolah terabaikan. Tak sedikit generasi ‘jaman now’ yang mengabaikan adab baik terhadap orang tua, guru, maupun orang lain di sekitar yang seharusnya mereka hormati. Tak bisa dipungkiri, beberapa kasus penganiayaan justru dilakukan oleh anak atau murid kepada orangtua atau guru. Padahal,  dalam Madarijus Salikin disebutkan bahwa sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya, kurang adab atau tidak beradab adalah alamat (tanda) jelek dan jurang kehancurannya. Adab sangat penting untuk diimplementasikan dalam semua aspek kehidupan, apalagi di di dunia pendidikan. Bagaimana adab seorang murid yang baik terhadap gurunya dalam lingkungan pendidikan di sekolah, khususnya di dalam kelas? Bila pelajaran telah dimulai hendaklah bagi seorang penuntut ilmu memperhatikan hal-hal berikut: Menghadirkan hati dan perhatian dengan seksama, intinya konsentrasi mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sikap yang demikian akan membuat pelajaran lebih membekas dan terpahami. Ibnu Jama’ah berkata: “Hendaklah seorang murid ketika menghadiri pelajaran gurunya memfokuskan hatinya dan bersih dari segala kesibukan. Pikirannya penuh konsentrasi, tidak dalam keadaan mengantuk, marah, haus, lapar dan lain sebagainya. Yang demikian agar hatinya benar-benar menerima dan memahami terhadap apa yang dijelaskan dan apa yang dia dengar.” (Tadzkiroh Sami’ hal. 96) Demikian juga Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Apabila engkau bermajelis maka bersemangatlah untuk mendengarkan daripada berbicara. Belajarlah bagaimana mendengar yang baik sebagaimana belajar berkata. Janganlah engkau memutus pembicaraan orang.” (Adab at-Tatalmudz hal. 43) Mengenakan pakaian yang bersih Karena kondisi yang bersih menandakan bahwa seorang murid siap menerima pelajaran dan ilmu. Maka jangan salah-kan apabila ilmu tidak meresap dalam dada karena kondisi kita yang kurang siap, pakaian penuh keringat, kepanasan dan sebagainya. Ingatlah ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau sangat bersih pakaian dan keadaan dirinya. Umar bin Khoththob mengatakan: “Ketika kami duduk di sisi Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari, tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh.” (HR. Muslim 8, Abu Dawud 4695, Tirmidzi 2610, Nasa’i 8/97, Ibnu Majah 63 dan selainnya.) Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin berkata: “Duduklah dengan duduk penuh adab. Jangan engkau luruskan kakimu di hadapannya, ini termasuk adab yang jelek. Jangan duduk dengan bersandar, ini juga adab yang jelek apalagi di tempat be­lajar. Lain halnya jika engkau duduk di tempat umum, maka ini lebih ringan.” (at-Ta’liq as-Tsamin hal. 181) Bertanya kepada guru Dahulu dikatakan, “Bertanya dengan baik adalah setengah ilmu.” (Fathul Bari 1/142). Maka, dalam mengajukan pertanyaan, seorang murid pun tetap harus memperhatikan adabnya. Apabila ada pelajaran yang tidak dipahami maka bertanyalah ke­pada guru dengan baik. Bertanya dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan pergunakanlah bahasa yang santun lagi sopan. Adakalanya murid yang penuh dengan rasa ingin tahu mendesak guru untuk menjawab pertanyaan dengan sejelas-jelasnya, bahkan sampai berdebat. Dalam keadaan demikian, murid perlu memahami bahwa guru adalah manusia biasa. Ia bisa saja lupa ataupun salah. Syaikh al-Albani berkata: “Kadangkala seorang alim tidak bisa mendatangkan dalil atas se­buah pertanyaan, khususnya apa­bila dalilnya adalah sebuah istinbat hukum yang tidak dinashkan secara jelas dalam al-Qur’an dan Sunnah. Semisal ini tidak pantas bagi penanya untuk terlalu mendalam bertanya akan dalilnya. Menyebutkan dalil adalah wajib ketika realita menuntut demikian. Akan tetapi tidak wajib baginya acapkali ditanya harus menjawab Allah berfirman demikian, Rosul bersabda demikian, lebih-lebih dalam perkara fiqih yang rumit yang diperselisihkan. (Majalah al-Asholah edisi. 8 hal. 76. Lihat at-Ta’liq as-Tsamin hal. 188) Maka, adab yang harus dijaga oleh seorang murid adalah tetap menghormati guru. Meski guru memiliki kelemahan dan kekurangan, tidak ada alasan bagi seorang murid untuk mengejek ataupun mengolok-oloknya. Panggilah guru dengan panggilan yang baik, tidak menyebut hanya namanya saja apalagi mengejeknya. Allah berfirman: Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul di antara kamu seperti pang­gilan sebahagian kamu kepada seba-hagian (yang lain) … (QS. an-Nur [24]: 63) Ayat ini adalah pokok untuk membedakan orang yang punya kedudukan dengan orang yang biasa. Harap dibedakan keduanya. (al-Faqih wal Mutafaqqih, Adab at-Tatalmudz hal. 52) Ketika seorang murid menghormati guru dengan menjaga adabnya, insya Allah, ia dapat memperoleh keberkahan ilmu yang diberikan oleh gurunya tersebut. Tidaklah kebaikan dunia dan akhirat kecuali dapat diraih dengan adab, dan tidaklah tercegah kebaikan dunia dan akhirat melainkan karena kurangnya adab.*(islampos.com)