Benarkah Obat Chloroquine Bisa Efektif untuk Virus Corona?

Jumat, 20 Maret 2020

BUALBUAL.com - Obat malaria ternyata disebut-sebut efektif untuk menangani pasien terinfeksi virus corona (COVID-19). Kenyataan ini juga disebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dalam sebuah pengarahan di Gedung Putih, ia mengatakan menyetujui chloroquine (klorokuin) yang "sangat kuat" untuk penanganan pasien corona. Obat ini sering digunakan untuk mengobati malaria, lupus dan rheumatoid arthritis. "Ini menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan - sangat, sangat menggembirakan. Dan kita akan dapat membuat obat itu tersedia segera," kata Trump dikutip dari CNN International, Jumat (20/3/2020). Trump bahkan menyebut Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS sudah menyetujui penggunaan chloroquine ini. Bahkan, boleh beredar dengan resep dokter. "Dan di situlah FDA begitu hebat ... itu telah disetujui ... Jadi kita akan dapat membuat obat itu tersedia dengan resep atau negara," katanya. "Biasanya FDA akan membutuhkan waktu lama untuk menyetujui sesuatu seperti itu, dan itu - itu disetujui dengan sangat, sangat cepat dan sekarang disetujui, dengan resep dokter." Lalu apakah benar FDA sudah setuju dengan penggunaan obat ini? Chloroquine belum disetujui oleh FDA untuk mengobati COVID-19. Dan, dilansir dari CNN, belum ada obat lain yang bisa mengobati penyakit yang disebabkan virus corona itu. Ini ditegaskan kembali oleh FDA pasca-pengarahan Trump. "Tidak ada terapi atau obat yang disetujui FDA untuk mengobati, menyembuhkan atau mencegah COVID-19," kata Komisaris FDA Dr Stephen Hahn. Namun chloroquine memang telah disetujui untuk tujuan lain. Dokter secara hukum diizinkan untuk meresepkannya untuk penggunaan corona yang belum disetujui secara legal jika mau. "Tetapi keamanan dan keefektifannya belum terbukti sehubungan dengan corona," ujarnya. Chloroquine masih akan diuji secara klinis dengan pasien corona. Paling tidak untuk pasien dengan gejala ringan-sedang untuk membantu penyembuhan penyakit. Ia pun mengatakan studi terus dilakukan. Hahn menekankan proses penelitian masih diperlukan meski situasi yang dihadapi kini mendesak. "Kami juga harus memastikan produk ini efektif, jika tidak, kami berisiko merawat pasien dengan produk yang mungkin tidak berfungsi ketika mereka bisa melakukan perawatan lain yang lebih tepat," kata Hahn. Sementara itu, Bayer mengumumkan menyumbangkan 3 juta tablet obat chloroquine dengan nama Resochin ke pemerintah. Bayer mengatakan data baru dari perkembangan di China, meski masih terbatas, menunjukkan potensi penggunaan Resochin dalam mengobati pasien corona.       Sumber: cnbcindonesia.com