BMKG Sebut Belum Pastikan Selat Sunda 'Bersih' dari Tsunami

Senin, 24 Desember 2018

BUALBUAL.com, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih menganalisa peluang tsunami kembali melanda kawasan Selat Sunda dan sekitarnya akibat aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau. "Itu yang saat ini sedang dianalisis bersama, dengan Badan Geologi dan lembaga lain," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di kantornya, kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (24/12/2018). Ia mengatakan sejauh Gunung Anak Krakatau masih terus bererupsi, tsunami tentu bisa kembali terjadi. Namun seberapa besar peluangnya, hal tersebut masih dalam kajian. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono juga mengatakan hal serupa. Tsunami di Selat Sunda hanya bisa terjadi jika ada aktivitas vulkanik yang menyebabkan dinding gunung longsor ke laut. "Kalau tidak ada (aktivitas vulkanik) kecil untuk longsor. Artinya kalau tidak ada longsor, ya tidak ada tsunami," ungkap Rahmat. Hingga dini hari tadi (24/12) diketahui Gunung Anak Krakatau masih berstatus waspada (level II) dengan rekomendasi bahwa masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekat dalam radius dua kilometer dari kawah. Staf Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pengamatan Anak Gunung Krakatau, Windi Cahya Untung mengatakan selama periode pengamatan 23 Desember 2018, pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, visual gunung jelas hingga kabut dengan skala 0-III. Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal dan tinggi 400 meter di atas puncak kawah. Sedangkan, pandangan pada malam tertutup kabut. Terdengar suara dentuman di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau (PGA). Gunung Anak Krakatau sepanjang pengamatan mengalami kegempaan tremor atau getaran terus dengan amplitudo 10-58, dominan 25 mm. Data ini diambil dari Stasiun Sertung di gugusan pulau kawasan sekitar Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Tsunami di Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12) pekan lalu berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin (24/12) pagi telah mengakibatkan 281 orang meninggal dunia, 1.016 lainnya luka-luka, dan 57 orang masih hilang.   Sumber: cnnindonesia