Bonita Tak Kunjung Ketangkap Tim Penyelamat Di Demo Warga

Sabtu, 24 Maret 2018

BUALBUAL.com, Terkait Harimau Sumatera yang sudah menewaskan warga Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir, tidak ditemukan, warga Desa Pulau Muda kembali beramai-ramai mendatangi Tim Penyelamatan Harimau Sumatera di komplek perumahan PT THIP, pada hari Kamis (22/3/2018). Saat itu, warga memberi tenggang waktu, agar harimau Bonita bisa ditangkap dalam sepekan. Mulai dari 12 Maret dan berakhir pada 20 Maret. Kata warga, jika harimau tak berhasil ditangkap, maka warga akan beramai-ramai memburu Bonita, hidup atau mati. Artinya, saat ini tenggang waktu tersebut sudah habis. "Kemarin kita melakukan pertemuan dengan tim di PT THIP," kata Rudi (45) warga Pulau Muda, saat dihubungi Senuju.com melalui telpon selulernya dari Pekanbaru, Sabtu (24/3/2018). Dari pertemuan tersebut, warga kembali menuntut kesempatan yang sudah ditandatangani kedua belah pihak. Namun, warga tetap bersabar. Mereka memilih untuk mempercayakan agar Bonita bisa ditangkap oleh tim. BBKSDA Riau kata dia, melarang warga untuk memburu harimau itu. Apalagi belum mendapatkan izin dari pemerintah setempat dari BBKSDA sendiri. Alasan dilarangnya, karena takut bukanlah Bonita yang ditangkap nantinya. "Memang waktunya sudah habis. Saat kita minta untuk bisa memburu harimau, kita tidak diperbolehkan. Iya nanti Bonita yang ditangkap, kalau tidak gimana? Begitu kata orang BBKSDA. Makanya warga tidak diizinkan," sebutnya. Hutomo yang juga Kepala Bidang KSDA Wilayah I BBKSDA Riau, juga mengakui ada pertemuan dengan warga Pulau Muda. "Dua hari lewat, tim kita menerima kedatangan warga Pulau Muda. Ramai mereka. Kita terima dengan baik," sebutnya. Saat ditanya apakah warga ini melakukan aksi demo lagi, Hutomo membantahnya. "Nggak demo. Cuma melakukan pertemuan," sebutnya. Dalam pertemuan tersebut, warga meminta tim tetap bekerja menangkap Bonita. Kata Hutomo, ada tiga poin hasil pertemuan itu. Pertama disepakati untuk melakukan doa bersama agar tim segera menangkap harimau. Untuk doa bersama akan dilaksanakan di Posko Siaga Eboni PT THIP. Kedua, tim tetap fokus melakukan upaya penangkapan dan menambah anggota di lapangan, dan ketiga meminta Pemerintah Kabupaten Pelalawan lebih memperhatikan masyarakat Pulau Muda pasca terjadinya konflik satwa dan manusia. "Karena memang sampai saat ini, Pemkab Pelalawan belum ada yang datang ke rumah korban," sebutnya. Hutomo juga menyebut, terbuka mengajak masyarakat untuk ikut membantu tim di lapangan. Asalkan, masyarakat tersebut memiliki kemampuan, setidaknya kemampuan menyelamatkan diri. "Kalau mau bersama-sama, bantu kita. Kita terbuka. Warga juga mendukung upaya tim untuk fokus pekerjaan tim menangkap Bonita," ujarnya. Sebelumya, harimau kembali menerkam warga di Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir, Riau. Peristiwa ini, menambah angka korban meninggal dunia akibat terkaman harimau. Setidaknya dalam tahun ini saja, sudah dua nyawa manusia melayang akibat keganasan si raja hutan. Peristiwa nahas di tahun 2018 ini, pertama terjadi pada 3 Januari lalu. Salah seorang karyawan PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) tewas diterkam harimau. Karyawan yang bernama Jumiati (30) itu, diserang harimau tepat berada di dalam perkebunan sawit, yang masuk ke dalam wilayah administrasi Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran. Tepat 66 hari setelah kejadian itu, salah seorang warga Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan, kembali menjadi korban keganasan harimau. Korban yang bernama Yusri (34), tewas seketika diterkam harimau, di Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Sabtu (10/3/2018) malam. Lokasi ini berjarak 20 km dari lokasi tewasnya Jumiati.   Sumber: senuju.com Editor: ucu