BUALBUAL JUM'AT: Pemuda Dalam Perspektif Islam

Jumat, 11 Januari 2019

BUALBUAL.com, Berangkat dari Hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasaallam : عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil. (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”(mutafaqqun 'alaihi) Pada hari itu, Allah hancurkan dunia beserta isinya, gunung-gunung beterbangan laksna kapas, bumi terbelah dan air laut pun tumpah kedarat. Dan tak satu makhlukpun bise lepas dari amukan alam semesta, itulah hari kiamat. Setelah itu setiap manusia akan dibangkitkan kembali untuk dihitung semua tingkah laku, tindak tanduk serta perbuatannya selama hidup di dunia. Hari itu disebut dengan yamumil mizan(hari pertimbangan), yamumil hisab (hari perhitungan) yang dikumpulkan di yaumil mahsyar ( padang mahsyar). Pada hari itu, setiap manusia dalam keadaan panik yang tak terhingga sehingga diibaratkan seorang ibu yang menyusui lupa dengan anak yang disusuinya, seorang ayah lupa dengan keluarganya, seorang teman lupa dengan sahabatnya dan seorang suami lupa dengan isteri dan anak-anaknya. Semua sibuk dengan dirinya sendiri dan tak sempat untuk memperhatikan dan memikirkan orang lain. Dan pada hari itu Allah akan menampakkan sebagian dari azab dan sebagian dari rahmat-Nya. Dari sekian banyaknya manusia dalam keadaan panik dan takut hanya ada 7 golongan yang langsung mendapat naungan dari Allah, sesuai dengan hadis yang di kutip di awal tulisan ini. Dari 7 golongan tersebut di atas, pada kesempatan ini penulis hanya membatasi pada poin nomor 2, yakni seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wata'ala, dan poin inilah yang menjadi titik tekan yang ingin penulis jabarkan kepada para pembaca. Berbicara tentang masa muda, Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Maka ini merupakan nikmat besar dari Allah Ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha Allah Ta’ala. Dan sebagimana nikmat-nikmat besar lainnya dalam diri manusia, nikmat inipun nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, أَلا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ. لِيَوْمٍ عَظِيمٍ. يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ “Tidakkah mereka itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar (dasyat), (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (Allah Ta’ala)” (QS al-Muthaffifiin: 4-6). Namun, dari sisi lain masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang ini sering menyebabkan dia mengalami keguncangan dalam hidup dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut Dalam kondisi seperti ini, tentu peluang untuk terjerumus ke dalam keburukan dan kesesatan yang dibisikkan oleh setan sangat besar sekali, apalagi Iblis yang telah bersumpah di hadapan Allah bahwa dia akan menyesatkan manusia dari jalan-Nya dengan semua cara yang mampu dilakukannya, tentu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Allah Ta’ala berfirman, قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ “Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi-halangi) manusia dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)” (QS al-A’raaf: 16-17). Sehingga begitu banyak pemuda yang hari ini menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang tidak berfaedah, apalagi di tengah-tengah era melineal sekarang ini banyak di antara mereka yang menghabiskan waktu mudanya dengan terjebak kepada teknologi dan kebiasaan buruk tanpa memikirkan akheratnya. Di sinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada umat manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka di dunia dan akhirat. Agama Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah para pemeran utama di masa mendatang, dan mereka adalah pondasi yang menopang masa depan umat ini. Oleh karena itulah, banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menghasung kita untuk membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah, dan generasi tua akan digantikan dengan generasi muda yang shaleh, insya Allah. Imam Abul ‘Ula al-Mubarakfuri berkata: “ terkait dengan pemuda yang mendapat naungan dari Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhusukan (penyebutan) “seorang pemuda” karena (usia) muda adalah (masa yang) berpotensi besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat, disebabkan kuatnya pendorong untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda, maka dalam kondisi seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai) ketakwaan (dalam diri orang tersebut)” Dari satu sisi pemuda adalah manusia dengan tingkat nafsu yang luar biasa. Namun dari sisi yang lain, seorang pemuda harus mampu memfilter nafsu yang diiringi oleh era globalisasi. Adakah pemuda hari ini seperti mudanya ashabul kahfi? Adakah pemuda yang hari ini seperti mudanya Nabi Yusuf? Oleh sebab itu idealnya seorang pemuda dalam persepektif islam adalah pemuda yang mampu mengontrol dirinya dari hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Dan hari ini pula, banyak pemuda yang merasa terpuruk dengan masa lalunya. Dia merasa minder untuk solat berjamaah, merasa tak punya kepentingan untuk hadir di majelis ilmu. Hal inilah yang pada akhirnya akan membuat pemuda hanyut dengan maksiat dan dosa yang pada akhirnya akan terus membawanya kepada lembah neraka. Saudaraku, jangan pernah merasa putus asa dari rahmat Allah subhanahu wata'ala. Bahwa orang yang baik bukan berarti tidak pernah melakukan kekhilafan dan dosa. Karena setiap kita tidak punya jaminan tidak bersalah. Namun orang yang baik dialah orang yang ketika berbuat khilaf dan dosa maka ia segera bertaubat dan terus memperbaiki dirinya. Maka jadilah pemuda yang berani berhijrah di jalan Allah Subhanahu wata'ala, sehingga kelak di yaumil mahsyar kita termasuk orang yang langsung di naungi oleh-Nya. Penulis Jafri Alumni mahasiwa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri ( UNISI) TEMBILAHAN.