BUALBUAL RAKYAT: Stempel Saja Saya Miskin 'Pandemi Covid-19'

Jumat, 08 Mei 2020

BUALBUAL.com - Memberi stempel suatu sifat yang buruk kepada orang lain adalah perbuatan yang buruk pula. Stempel dapat dianalogikan sebagai "mencap" atau menjustifikasi seseorang itu dengan perbuatan buruk tersebut. Padahal, bisa jadi bahwa ia tidak seperti yang distempelkan atau dicap. Bisa jadi orang hanya melihat kulitnya saja.

Masalahnya, apakah "miskin" adalah perbuatan buruk? Sehingga "menstempel" rumah orang miskin adalah kejahatan? Miskin bukanlah keburukan atau kejahatan. Sahabat nabi banyak yang miskin, bahkan Nabi Muhammad juga memilih hidup miskin. Fatimah, putri tercintanya, hidup miskin bahkan ada pakaiannya yang dijahit sampai 20 tambalan. Aisyah pernah diminta oleh Nabi memilih diri Nabi atau bercerai dengan Nabi dengan imbalan emas sebesar gunung Uhud ketika Aisyah mengeluh dengan keadaannya. Tentu saja Aisyah memilih hidup miskin bersama Rasulullah.

Prof. Akbarizan

Nabi Muhammad seringkali berdoa "Ya Allah hidupkan saya dalam keadaan miskin, wafatkan dalam keadaan miskin, dan kumpulkan saya bersama orang orang miskin pada hari kiamat." Doa ini memgambarkan bahwa Nabi bangga menjadi orang miskin, meskipun hakikatnya Nabi bisa kaya, dan bisa sangat kaya. Nabi bisa hidup mewah, dan glamour. Dari hak harta rampasan perang saja, Nabi bisa memiliki harta yang tak terhingga.

Perbuatan buruk adalah "pemalas" sehingga membuatnya miskin. "Bodoh" tak mau belajar memperbaiki hidup juga buruk. "Mengemis" untuk mengharapkan belas kasih orang adalah lebih buruk. Banyak perbuatan buruk lain yang menyebabkan seseorang jadi miskin. Bila seseorang tidak pemalas, tidak pula tak mau belajar, tidak pula mengemis maka tidak ada yang harus malu atas kondisi miskinnya. Ia telah bekerja keras, belajar dan tidak mengemis, namun ia miskin. Itu adalah kehendak Allah yang ada hikmah besar di belakang itu. Bisa jadi Allah mempersiapkan surga untuknya, kebahagiaan "hakiki", dan anak anak yang sukses dunia akhirat untuknya kemudian.

Stempel saja saya sebagai orang miskin. Saya tak malu dan tak marah sedikitpun. Tapi jangan stempel saya pemalas, dan tak mau belajar memperbaiki hidup. Jangan stempel saya pengemis dan peminta. Saya miskin, tapi saya bahagia. Saya miskin namun memiliki anak anak yang pintar. Meskipun saya miskin, anak anak saya shaleh shalehah. Stempel saja saya miskin.

Saya malu bila saya distempel sebagai orangkaya, karena kekayaan itu bukan milik saya, itu milik Allah. Harta itu hanya titipan Allah yang akan saya pertanggungjawabkan nanti. Apalagi saya distempel orangkaya "bakhil, kedekut, atau sampilik kariang". Jangan stempel saya kaya, STEMPEL SAJA SAYA MISKIN.

 

Penulis : Prof. Akbarizan