Calon Obat Corona Bernama 'Hydroxychloroquine' Mulai Diuji Klinis pada Manusia

Ahad, 12 April 2020

BUALBUAL.com - Kandidat obat untuk pasien virus Corona (Covid-19), hydroxychloroquine diuji klinis manusia pada pekan ini, menurut National Institute of Health (NIH), Amerika Serikat.

NIH, seperti dilansir Medical Daily, mengatakan uji klinis hydroxychloroquine dimulai dengan melibatkan peserta yang terdaftar di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee, Amerika Serikat.

Sekitar 500 orang dewasa yang saat ini dirawat di rumah sakit dengan diagnosa Covid-19 serta di unit gawat darurat juga menjadi partisipan uji klinis.

Selama uji coba, beberapa pasien akan diobati dengan hydroxychloroquine, sementara yang lain tidak. Namun, semua peserta dalam penelitian ini akan menerima perawatan klinis sesuai indikasi kondisi mereka.

Hydroxychloroquine disebut-sebut berpotensi menjadi obat untuk Covid-19, tetapi efektivitasnya masih menjadi perdebatan para ahli kesehatan. Beberapa ahli memperingatkan masih terlalu dini untuk memutuskan obat malaria ini pilihan yang manjur untuk pasien Covid-19.

Studi pendahuluan menunjukkan obat ini melindungi sel-sel dari virus. Percobaan klinis pada manusia dilakukan untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitasnya dalam merawat pasien virus corona.

“Obat ini telah menunjukkan aktivitas antivirus; kemampuan untuk memodifikasi aktivitas sistem kekebalan tubuh; dan memiliki profil keamanan pada dosis yang sesuai. Hal ini mengarah pada hipotesis obat juga berguna dalam pengobatan Covid-19,” kata pihak NIH.

Meskipun begitu, hydroxychloroquine bukannya tanpa risiko. Sebab penggunaan jangka pendek pun dapat menyebabkan aritmia jantung, kejang, reaksi dermatologis dan hipoglikemia.

“Hydroxychloroquine menjanjikan dalam pengaturan laboratorium terhadap SARS-CoV-2 (penyebab virus Corona) dan laporan awal menunjukkan potensi kemanjuran. Namun, kami benar-benar membutuhkan data uji klinis untuk menentukan apakah hydroxychloroquine efektif dan aman," kata direktur Penyakit Paru di National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI), James P. Kiley.