Cerita Keluh Kesah Warga dan Pemilik Perahu Tambang

Ahad, 16 April 2017

bualbual.com, Imbas 10 perahu tambang di Kecamatan Balongbendo di-police line dan dihentikan sementara, tambangan di wilayah Kecamatan Krian, tidak diperbolehkan beroperasi. Di Kecamatan Krian, lokasi tambangan ada di empat titik. Yakni, di Desa Sido Mulyo 2 titik dan Desa Krikilan sebanyak 2 titik. Seorang warga di Desa Sido Mulyo, Kecamatan Krian, Ny Anik (35) mengaku bingung dan tidak mampu mengantar anaknya sekolah, dengan memutar sangat jauh melewati Legundi. Padahal menurut Ny Anik , perahu di wilayah Krian aman-aman saja, tidak seperti perahu di Balongbendo. Selama ini, Ny Anik mengaku dirinya yang sehari-hari menjadi buruh tukang cuci hanya menitipkan anaknya ke tukang perahu tambangan, untuk diseberangkan. "Saya itu bingung, kalau mengantar anak saya sekolah memutar lewat Legundi sangat jauh, saya tidak punya sepeda motor, hanya sepeda angin. Biasanya, saya nitip ke penambang lalu anak saya diseberangkan," jelas Anik saat ditemui detikcom di warung kopi, Minggu (16/4/2017). Hal senada juga diungkapkan, Ny Azizah (41). Dirinya hanya bekerja di pabrik dekat lokasi tambangan. "Saya juga bingung, besok kalau kerja ke pabrik harus berangkat pagi-pagi sekali. Kalau memutar agak jauh dan lalu lintas juga ramai," tambah Ny Azizah yang hanya memakai sepeda angin saat bekerja. Sementara salah satu pemilik perahu tambang, Yoyon (32) warga Dusun Patuk Desa Sido Mulyo, Kecamatan Krian, berharap perahu tambang bisa dioperasikan lagi. Dirinya mengaku didatangi petugas Polsek Krian dan diimbau agar tidak beroperasi sementara, pasca kejadian beberapa hari lalu. "Tidak boleh beroperasi itu sampai kapan, kalau tidak ada target waktu, gimana anak-anak sekolah dan karyawan yang membutuhkan perahu tambang. Tolong jangan samakan perahu kami dengan yang lain," kata Yoyon saat ditemui detikcom di lokasi, Minggu (16/4/2017). Sebab, jelas dia, perahunya difungsikan menyeberangkan anak sekolah dan karyawan pabrik mulai pagi, siang dan malam. "Kalau Senin besok (17/4) tidak boleh beroperasi, gimana nasib anak sekolah dan para karyawan, kasihan kan," jelas pria yang 6 tahun sudah menggeluti perahu tambang. Menurutnya, perahu tambang miliknya diklaim lebih safety dari pada milik warga di Desa Balongbendo. Selain menghabiskan puluhan juta karena bahan-bahannya dari plat besi, keamanan perahu juga diperketat. Perahu miliknya, tambah Yoyon, menggunakan 2 tali tambang untuk menjaga keseimbangan dan di pinggir-pinggir perahu dipasang pagar besi. Beda dengan perahu milik orang lain yang hanya menggunakan satu tali tambang dan tidak ada pagar besi. Selain itu perahu miliknya tergolong besar yakni berukuran 3x10 meter, dibanding perahu lain yang hanya berukuran 2,5x6 meter. "Perahu saya dilengkapi 2 tali tambang, roll dan ada sling di atas perahu. Untuk menghindari agar tidak mudah terguling, saya menambahkan tali tambang di pinggir perahu," tambahnya. "Saya berharap polisi mengizinkan perahu tambang saya beroperasi, karena ini satu-satunya mata pencaharian saya," tegasnya. (detik.com)