Demi Gelar Sarjana, Sidang Skripsi Lewat Online

Rabu, 08 April 2020

Ilustrasi/Net

BUALBUAL.com - Jantung Rainur Hapsari terasa begitu berdebar. Hari itu, di dalam kamar dia menghubungi dua pria lebih tua lewat panggilan video WhatsApp. Duduk di depan layar ponsel pintar, penampilan perempuan ini harus menawan. Perasaan deg-degan tak bisa dihindari. Justru semakin merasa menggebu-gebu tiap mendengar kata-kata dari para lawan bicaranya.

Dua pria di ujung panggilan video bukan orang biasa. Melainkan para dosen yang sedang menguji skripsi milik mahasiswi Fakultas Komunikasi Universitas Moestopo, Jakarta. Cara ujian skripsi online tentu sesuatu tidak biasa. Meski tidak berhadapan langsung, rasa cemas berhadapan dengan penguji tidak turun sedikit pun.

Meski di rumah, penampilan menjadi syarat utama. Sebelum memulai ujian, Rainur berdiri menunjukkan setelan dipakai saat itu sesuai aturan kampus. Memakai kerudung hitam, kemeja putih dan rok panjang hitam. Kebetulan perempuan ini memakai berhijab.

mahasiswa sidang skripsi online

Rainur saat sidang skripsi online ©2020 Merdeka.com

Setelah dianggap memenuhi syarat, sidang skripsi baru bisa dimulai. Tiap BAB dalam skripsi miliknya dibahas para dosen. Beberapa pertanyaan diajukan kemudian dijawab sebisa mungkin dengan lugas. Beruntung koneksi internet hari itu cukup lancar. Di luar itu juga tidak ada gangguan.

"Selama sidang berlangsung, aku sebenarnya takut ada gangguan. Aku sudah bilang ke orang tua dan adik kalau aku akan sidang skripsi secara online. Jadi meminta mereka untuk tidak berisik agar tidak mengganggu," ujar Rainur bercerita kepada merdeka.com, Rabu pekan lalu.

Sejak pertengahan Maret 2020, pemerintah meminta segala aktivitas dilakukan di rumah. Kondisi ini dikarenakan pandemi virus corona mulai mewabah di Indonesia. Segala kegiatan pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perkuliahan banyak dilakukan secara online.

Para pengajar dan peserta didik hanya bisa bertemu secara virtual. Tentu kondisi ini tidak bisa maksimal seperti pertemuan dalam kelas. Gangguan internet dan lainnya masih menjadi kendala dalam proses mengajar seperti itu. Termasuk bagi para pengajar yang masih gagap teknologi lantaran usia sudah terlalu uzur.

Para dosen penguji skripsi Rainur berusia sekitar 40-50 tahun. Mereka lumayan paham teknologi. Kondisi ini tentu tidak membuatnya kerepotan. Sebab beberapa kawan di kampus mendapat penguji cukup uzur. Sehingga ketika melakukan ujian skripsi online para dosen didampingi asisten. Membantu mereka agar tidak terjadi kendala.

Sebenarnya ini sidang kedua bagi Rainur. Dua bulan sebelumnya, dia sudah melakukan sidang tatap muka. Setelah mendapat berbagai revisi, ujian kedua terpaksa dilakukan online. Kampus tempatnya kuliah tunduk terhadap arahan pemerintah agar kegiatan perkuliahan menjadi tempat penularan corona. Kemudian bahan skripsi sudah dikirim tiga hari sebelum sidang ujian online dimulai.

mahasiswa sidang skripsi online

Rainur foto di rumah setelah menjalani sidang skripsi online 2020 Merdeka.com

Sebenarnya ada sedikit kendala ketika dirinya melakukan sidang skripsi. Waktu ujian ketika itu dimajukan. Seharusnya Rainur dijadwalkan pukul 2 siang. Kemudian para penguji memajukan menjadi jam 12 siang. Kabar ini baru di dapat sejam sebelumnya. Tentu segala persiapan dilakukan buru-buru. Meski begitu, sampai sidang dimulai dan berlangsung selama 40 menit, semua dilakukan dengan lancar.

"Aku panik karena aku belum mandi, belum makan, belum make up. Soalnya harus tetap make up juga walaupun di rumah. Harus tetap rapi," ungkap dia.

Memang kentara perbedaan ketika sidang tatap muka dan online. Ketika sidang skripsi pertama, banyak tulisan mendapat coretan para dosen. Kemudian diminta untuk ditambah atau dikurangi. Sehingga revisi bisa dilakukan dan mudah dipahami.

Sedangkan secara online, Rainur justru cukup kebingungan. Tiap dosen mempertanyakan isi skripsi, dirinya tidak tahu apakah itu direvisi atau hanya sekedar pertanyaan. Tentu tiap pernyataan para penguji dicatat agar menjadi pegangan.

"Aku merasa dosen seperti tidak mengoreksi skripsiku dengan benar, beda seperti sidang pertama yang mana dosen aku sangat kritis terhadap penelitian aku, sangat detail," ujar Rainur.

Setelah dinyatakan lulus sidang skripsi, kini jadwal wisuda kampus masih belum ditentukan. Beberapa kawan kampus Rainur yang seharusnya wisuda pada akhir Maret lalu, harus terpaksa ditunda karena corona. Segala persiapan pun terpaksa dibatalkan.

Merasa Lebih Rileks

Surat edaran tentang masa belajar dan penyelenggaraan program pendidikan selama darurat virus corona dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).

Ada lima ketentuan dari Kemendikbud untuk aturan ini, di antaranya pertama, masa belajar paling lama bagi mahasiswa yang seharusnya berakhir pada semester genap 2019/2020, dapat diperpanjang 1 semester. Untuk pengaturannya diserahkan kepada Pimpinan Perguruan Tinggi sesuai dengan kondisi dan situasi setempat.

mahasiswa sidang skripsi online

Dina berfoto usai sidang skripsi online 2020 Merdeka.com

Untuk kedua, praktikum laboratorium dan praktik lapangan dapat dijadwalkan ulang sesuai dengan status dan kondisi di daerah. Ketiga, penelitian tugas akhir selama masa darurat ini agar diatur baik metode maupun jadwalnya, disesuaikan dengan status dan kondisi setempat.

Kemudian keempat, periode penyelenggaraan kegiatan pembelajaran semester genap 2019/2020 pada seluruh jenjang program pendidikan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan tiap perguruan tinggi. Sehingga seluruh kegiatan akademik dapat terlaksana dengan baik Terakhir, tiap persiapan pelaksanaan agar terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi setempat.

Sidang skripsi online sebenarnya lebihnya nyaman. Kondisi itu dirasakan Rahmatul Madina, Mahasiswa Ilmu Administrasi Fiskal Universitas Indonesia (UI), Depok. Mahasiswi angkatan 2016 itu merasa tidak gugup ketika berhadapan dengan para penguji secara virtual. Kebetulan ketika itu ujian skripsi memakai aplikasi Google Meets. Konsepnya sama, menggunakan panggilan video.

Ketika menjalani sidang, perempuan akrab disapa Dina, ini merasa tidak mendapat tekanan berarti dari para penguji. Hanya dua pertanyaan didapat. Sidang pun hanya berlangsung 20 menit. Padahal kekhawatiran dia begitu besar. Para dosen bisa mengkritik habis-habisan isi skripsi miliknya.

"Ketika ujian skripsi, aku cuma ditanya dua pertanyaan saja. Masukan yang diberikan juga sangat sedikit. Sebenarnya kalau masukannya banyak pun aku malah suka karena kan itu semata-mata supaya skripsi aku lebih baik lagi," kata Dina kepada merdeka.com, Jumat pekan lalu.

Menurut Dina, para dosen meminta mahasiswa tidak diberatkan melakukan studi di lapangan akibat wabah pandemi corona. Kondisi ini tentu disayangkan. Mereka justru lebih menitik berat kepada studi pustaka. Padahal skripsi milik DIna tentang pemajakan atas penghasilan Natura, yaitu bukan objek pajak.

Tentu akibat kebijakan ini, dirinya tidak menyambangi kantor Direktorat Pajak dan Badan Keuangan Fiskal milik Kementerian Keuangan. Padahal banyak bahan skripsi berasal dari dua tempat itu.

Adapun jadwal wisuda, UI menjadwalkan pada tanggal 2 September 2020 mendatang. Dina tentu berharap wabah pandemi sudah pergi dari Indonesia. Sehingga bukan hanya tentang wisuda kampusnya saja, tetapi banyak aktivitas masyarakat Indonesia kembali normal.

"Jujur aku sedih banget, karena pandemi (Corona) ini jadi mengganggu banget kegiatan kita. Aku berdoa supaya pandemi ini segera berakhir," kata Dina berharap.