Di Tanah Putih, Tanjung Melawan-Rokan Hilir, terdapat makam yang berusia hampir ratusan tahun

Jumat, 02 Juni 2017

bualbual.com, rohil. Makam Tuan Syekh Zainuddin mengembangkan tarikat Naqshabandiyah di Tanahputih. Hidupnya kurang lebih sezaman dengan Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan, bahkan keduanya berkerabat dekat setelah anaknya yang bernama Maryam menikah dengan Tuan Guru Besilam tersebut. "Tuan Syekh Zainuddin juga belajar tarikat di Jabal Abi Qubis Mekah, kemudian beramal sendiri. Doa-doanya sering makbul, sehingga beliau tidak hanya dikenal, berwibawa, dan dihormati di kampung-kampung sekitar Tanahputih, tapi juga  ke hilir dan ke hulu sungai Rokan (sampai ke Pasir Pengarayan). Makam tuan SyekhZainuddin terletak di Tanahputih Tanjung melawan bersebelahan dengan masjid raya Tanah Putih Tanjung Melawan (masjid raya An-Nur).02/05/17 Di makam tersebut terdapat Tampayan atau orang tanah putih bilang (TAKE) yang berisi air yang tak habis-habis walaupun sering diambil oleh para peziarah makam tersebut, konon air tersebut dipercaya dapat menyambuhkan berbagai penyakit. Sampai saat ini makam Tuan Syekh Zainuddin masih ramai diziarahi orang dari berbagai penjuru, terutama pada hari Jum'at dan pada hari-hari besar Islam Jika diurai jejak panjang napak tilas para pengembang agama Islam di Kabupaten Rokan Hilir, niscaya nama Tuan Syekh Zainuddin atau disebut juga tuan Syekh Zainuddin Rokan merupakan salah seorang yang menonjol. Jasa-jasa tuan syekh senantiasa harum dalam ingatan masyarakat dan menjadi ucapan yang diwariskan dari generasi ke generasi khususnya di Kecamatan Tanah Putih, Tanjung Melawan, sampai sekarang. Karomah yang pernah terjadi pada masa hidupnya pun melekat sebagai buah bibir abadi. Namun menggali sejarahnya dalam waktu singkat bukanlah perkara yang mudah. Sangat sedikit atau bisa dikatakan tidak ada sama sekali berkas, berupa literatur yang dapat diketengahkan. Cucu cicitnya tersebar di mana-mana, ahli warisnya pun tak memiliki atau membuat catatan faktual --yang sepertinya memang bukan menjadi budaya penting pada waktu itu-- di satu sisi dorongan dari pemerintah daerah akan upaya-upaya positif praktis pendokumentasian sosok ulama besar lokal ini nihil. Kebanyakan bantuan yang datang lebih berorientasi pada pemberian material maupun dana yang tentu saja sifatnya instan dan tidak berkelanjutan. Luputnya perhatian pada aspek dokumentasi data ini membuat keterangan yang didapati hanya berupa tutur lisan belaka. Akurasinya layak dipertanyakan, di samping rentan mengalami gejala penggerusan dan pengelembungan di sana sini. Tak urung, sejarah nyata yang demikian megah tentang sosok sang syekh membias sebagai mitologi belaka. Perbancuhan antara sejarah dan mitos itu lah , amat (50) menjalani pekerjaannya sebagai salah seorang penjaga makam Tuan Syekh Zainuddin yang terletak persis di sebelah Masjid Raya An Nuur di kepenghuluan Melayu Besar. Dikunjungi bualbual com.hari rabu tgl 31-5-2017 beberapa hari lalu, didampingi penjaga lainnya, Syahlan (45) bersemangat menceritakan tentang karomah dan profil sekilas almarhum Tuan Syekh termasuk menyelipkan harapan agar sarana penyediaan air bersih di areal makam itu dapat ditingkatkan. Syekh Zainuddin, tuturnya memiliki nama kecil Julad, lahir di hulu Rokan (Rokan Hulu) di daerah Tambusai. Meski demikian, sebagian besar masa hidup syekh lebih lama dilewati di hilir Rokan sampai akhirnya menghembuskan napas 1353 H. Bukan tergolong sebagai pionir yang membawa Islam karena pada saat itu agama Islam sudah berkembang namun peran dan ketokohan Syekh Zainudin tidak kecil. Ini tidak terlepas dari kegigihan sikapnya dalam menerapkan nilai agama sekaligus melakukannya secara nyata dalam kehidupan. oBeliau tidak segan menegur orang yang lalai menjalankan perintah agama, bahkan menurut kisah ada kejadian Tuan Syekh menempeleng seseorang yang sengaja merokok pada bulan puasa, kata pak amat penjaga makam. Pungkas nya (rahmat)