Ekosistem Mangrove Hancur, 482 Km Pantai di Riau Terancam Abrasi

Rabu, 28 Desember 2022

Ket Foto: Abrasi di Desa Kuala Selat Ka teman Inhil Riau

BUALBUAL.com - Berdasar data, selebar 482 Km panjang pantai di Propinsi Riau terimbas abrasi. Ini dikatakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Propinsi Riau Makmun Murod.

Lenyapnya ekosistem mangrove di beberapa kabupaten pesisir timur pulau Sumatra mengakibatkan abrasi yang lumayan kuat. Keadaan abrasi salah satunya terjadi di pesisir pantai Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

"Abrasi yang terjadi telah menggerus ekosistem gambut yang ada. Berdasar data yang ada, selebar 482 Km panjang pantai di Propinsi Riau terimbas abrasi. Dapat dipikirkan berapakah luas teritori dataran yang lenyap karena rusaknya ekosistem mangrove," sebutkan Murod, saat buka publikasi pemercepatan pemulihan mangrove di Pekanbaru, Senin (26/12/2022).

Katanya, ekosistem mangrove di Propinsi Riau alami penekanan yang hebat. Pembalakan kayu bakau secara ilegal untuk industri barang, fondasi rumah dan keperluan manusia yang lain, mengakibatkan kemunduran ekosistem mangrove yang berpengaruh luas.

BACA JUGA
Pemkab Meranti Cabut PSST di Dusun Bandul, Wabup Said Hasyim Mengajak Masyarakat Lalui New Normal
Hanya 3 dari Siak, Ini Rekam Tapak jejak 20 Petinggi Pemerintah provinsi yang Dikukuhkan Syamsuar
Bertandang ke Riau, Masyarakat Lampung Positif Corona
Menurut dia, skema mangrove yang semestinya jadi barrier pada gelombang besar di Selat Malaka sudah lenyap. Tanah gambut yang ringkih di garis pantai pasti secara mudah akan tergerus oleh gelombang.

"Jika hal ini selalu didiamkan, akan mempengaruhi kedaulatan negara dengan makin penyempitan luas beberapa pulau paling luar yang dipunyai Indonesia, diantaranya di Pulau Rangsang Meranti dan Kabupaten Bengkalis," sambungnya.

Hal yang lain terjadi, bila dibiarkan terus ialah lenyapnya penelusuran warga, karena rusaknya kebun-kebun, baik itu berbentuk kebun kelapa, sagu dan sumber mata penelusuran yang lain.

Oleh karenanya, Murod mengutamakan pemulihan mangrove di Propinsi Riau bukan hanya dapat dilaksanakan berbentuk aktivitas penanaman mangrove saja. Tetapi, dibutuhkan pembangunan bangunan sipil tehnis, yang berperan sebagai penahan atau pemecah gelombang.

"Tehnis eksperimen tanaman perlu dilaksanakan karena substrat atau tempat tanam tak lagi pasir berlumpur, tapi telah tiba pada skema tanah gambut," terangnya.

Dia mengharap, dengan program mangrove untuk ketahanan warga di teritori pesisir lewat program Indonesia's Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) sanggup tingkatkan pengendalian mangrove yang lebih bagus kembali nantinya.

"Tingkatkan ketahanan warga positif, pendekatan pengendalian landscape terintegrasi diharap sanggup capai arah sosial ekonomi dan lingkungan di daerah sebagai target," berharap Makmun Murod.