Erisman Yahya: Azab ini Rekayasa Tuhan

Rabu, 25 September 2019

Dalam banyak ayat di dalam Kitab Suci Al-Quran, Allah SWT menerangkan sifat dasar manusia. Salah satu misalnya, tergambar dalam surat Al-Isra’ ayat 83. Sifat dasar manusia itu, yakni: 1. Apabila diberi nikmat atau kesenangan, seperti harta yang melimpah atau jabatan yang mentereng, maka ia merasa tinggi hati dan Sombong. Bahkan berani melawan Tuhan. 2. Apabila ditimpa azab seperti kemiskinan, kesulitan hidup atau musibah lainnya, maka ia berputus asa. Semua orang salah, Nyinyir, Tidak bisa mengambil pelajaran, Bahkan ia berani menyalahkan Tuhan. Kedua-duanya adalah sifat dasar, dimana kita semestinya sebagai makhluk yang dikaruniai Tuhan akal dan menerima risalah agama, tidak terjebak atau tergolong dalam kedua sifat itu. Hari-hari ini masyarakat Riau dan Sumatera umumnya sedang ditimpa azab. Azab akibat ulah tangan manusia yang melawan sunnatullah. Mereka merusak tatanan hutan dengan membakar seenaknya, sehingga menimbulkan asap. Asap yang pekat atau jerebu membuat udara menjadi tidak sehat bahkan sangat berbahaya untuk dihirup. Dari sekian daerah yang terbakar, maka Provinsi Riau "dipilih" Tuhan sebagai daerah yang paling berat azabnya. Tuhan dengan kekuasaannya, melalui tiupan angin, membawa asap-asap dari daerah-daerah yang terbakar itu, seperti Jambi, Sumsel bahkan dari wilayah Kalimantan, lalu dikumpulkannya di langit Riau. Menurut petinggi Badan Metrologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), asap-asap itu "reuni" atau ngumpul dulu di langit Riau untuk beberapa waktu. Inilah yang menyebabkan bau pengap dimana-mana. Asap-asap itu baru akan pergi atau hilang menyusul musim hujan yang diprediksi akan terjadi pada akhir September atau Oktober mendatang. Inilah kekuasaan Tuhan, Zat Yang Maha Kuasa di atas segalanya. Kok bisa asap-asap itu ngumpul dulu di Riau? Apa orang Riau banyak dosa atau banyak bermaksiat kepada Allah? Apa karena kebun sawit itu terluas di Riau, bahkan mencapai tiga juta hektar lebih. Sementara satu juta hektar lebih berada di area yang ilegal? Kok sawit? Karena biasanya hutan atau lahan yang terbakar itu, menurut BNPB, mayoritas setelah itu ditanam sawit. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu wajar saja muncul dalam pikiran kita. Azab berupa asap ini belum akan berlalu. Bau pengap diprediksi akan bertahan dalam satu atau dua minggu ke depan menyusul datangnya musim hujan. Tapi setiap azab yang ditimpakan Tuhan, pasti ada hikmahnya. Maka, hanya orang-orang yang bisa mengambil hikmahnya itulah orang-orang yang beruntung. Apa hikmahnya? Antara lain, pertama, jangan pernah ada lagi orang yang berani membakar hutan. Caranya dengan menegakkan hukum setegak-tegaknya. Jangan ada lagi penegak hukum yang berani main mata dengan para brengsek pembakar hutan itu. Kedua, sebaiknya moratorium kebun sawit di Riau. Termasuk HTI yang telah banyak meluluhlantakkan hutan Riau sebagai paru-paru dunia. Jika sawit dan HTI masih diizinkan, maka Riau selamanya akan disiksa setiap tahun oleh asap yang pengap. Jika kita tak bisa mengambil hikmahnya, maka kita (terutama para pejabat yang punya kewenangan) terjebak dalam sifat dasar manusia yang kedua, yakni tidak bisa mengambil pelajaran. Nyinyir. Bahkan mungkin cenderung hanya menyalahkan Tuhan. Wallahu’alam...(mcr)