Fenomena Cash is The King, Ancaman Baru Ekonomi RI di 2023

Sabtu, 03 Desember 2022

JAKARTA (BUALBUAL.com) - Bank Indonesia (BI) memasukkan fenomena cash is the king dalam lima hal yang harus diwaspadai Indonesia tahun depan imbas gejolak ekonomi global.

Maklum, cash is the king ini mencerminkan keyakinan masyarakat jika uang tunai lebih berharga ketimbang aset investasi lainnya. Fenomena ini terjadi akibat ketidakpastian yang tinggi.

"Karena persepsi risiko yang tinggi, para investor global menarik dananya dari emerging market termasuk Indonesia, dan menaruhnya dalam investasi likuid, yang mendekati cash," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Siniar Prospek Perekonomian dan Arah Bauran Kebijakan Bank Indonesia 2023, Jumat (2/12).

Mengutip dari Investopedia, ungkapan cash is the king sering digunakan saat harga di pasar sekuritas tinggi dan investor memutuskan untuk menyimpan uangnya ketika harga lebih murah.

Istilah ini juga bisa merujuk ke neraca atau arus kas bisnis di mana banyak uang tunai biasanya merupakan tanda positif. Sedangkan arus kas yang kuat memungkinkan perusahaan lebih fleksibel dalam hal keputusan bisnis dan investasi potensial.

Penggunaan istilah cash is the king juga bisa merujuk kepada bentuk pembayaran. Banyak bisnis yang hanya menerima uang tunai sebagai bentuk pembayaran, bukan kartu kredit atau cek. Oleh karena itu muncul ungkapan cash is the king.

Investor yang menyukai istilah cash is king bakal memilih untuk membeli instrumen utang jangka pendek atau sertifikat deposito dibandingkan membeli sekuritas dengan harga tinggi.

Jika menggunakan strategi memegang banyak uang tunai, investor harus bekerja dengan perencana keuangan untuk memperkirakan kebutuhan uang tunai dan tingkat inflasi di masa depan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejak krisis keuangan global, perusahaan teknologi seperti Apple dan Amazon telah menimbun uang tunai di neraca mereka daripada membelanjakannya.

Pada 2017, Amazon mengeluarkan uang tunai yang sangat besar untuk membeli Whole Foods dan mengirimkan kepanikan melalui industri bahan makanan serta membuat saham perusahaan seperti Kroger jatuh sementara. Uang tunai memberi Amazon kekuatan untuk melakukan pembelian besar itu dan mengganggu pasar.

Perencana Keuangan Advisor Alliance Group (AAG) Indonesia Dandy mengatakan kemungkinan resesi dalam waktu dekat tentu bisa berpengaruh pada market.

Ia menuturkan untuk siap-siap menghadapi situasi tersebut, lebih baik jangan terlalu rakus dalam mengambil keputusan, termasuk memilih instrumen investasi.

Menurut Dandy, uang tunai bisa menjadi pilihan. Sebab, uang kontan merupakan instrumen investasi jangka panjang yang tidak akan terlalu terpengaruh saat resesi.

"Karena cash sudah pasti uang nggak akan ke mana-mana dan bisa di siapkan saat resesi benar terjadi," ungkapnya

Selain fenomena cash is the king, ada empat risiko lainnya yang diwaspadai BI pada 2023. Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun bahkan risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Kedua, tingkat inflasi yang tinggi di berbagai negara. Ketiga, kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed dan bank sentral negara maju lainnya yang diperkirakan berlanjut hingga tahun depan.

"Keempat, berkaitan dengan penguatan mata uang dolar AS yang begitu kuat, sehingga memberikan tekanan pelemahan pada berbagai mata uang, termasuk rupiah," ujar Perry.

Perry menyampaikan di tengah risiko global tersebut, BI tetap optimis dengan melakukan bauran kebijakan yang optimal dan bersinergi dengan pemerintah.

​​​​