#GantiPresiden2019 Malah Jadi Untungkan Joko Widodo

Sabtu, 07 April 2018

BUALBUAL.com, Tagar #GantiPresiden2019 dinilai banyak pihak sebagai sebuah serangan untuk petahan Presiden Joko Widodo. Terlebih, gerakan itu pertama kali dibuat Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera, Madani Ali Sera. Yang kemudian digaungkan oleh sejumlah politisi dari koalisi oposisi, salah satunya Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Akan tetapi, ternyata tagar #GantiPresiden2019 itu tak sepenuhnya merugikan bagi Jokowi. Sebab, ada keuntungan yang didapat oleh calon petahana itu. Demikian disampaikan pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio kepada Kantor Berita Politik RMOL (grup pojoksatu.id), Jumat (6/4/2018). Nah, keuntungan yang didapat kubu Jokowi dengan tagar #GantiPresiden2019 itu bisa menjadi sinyal pengingat. “Terkait kebijakan dan kekurangan Jokowi selama ia memimpin pemerintahan ini,” jelas Hendri. Di sisi lain, kubu penantang seperti Prabowo pun bisa merasa senang dengan gerakan di media sosial itu. Yakni bisa dipakai sebagai alat ukur untuk menilai Jokowi di mata masyarakat. “Bagaimana, seberapa popular dan seberapa ingin masyarakat mengganti Jokowi di 2019,” terangnya. Akan tetapi, sebagai alat ukur, tagas #GantiPresiden2019 masih terlau jauh apabila dianggap sebagai bentuk kegagalan Jokowi di masa pemerintahannya. Menurutnya, inti dari tagar tersebut yakni ada suara lain yang mengiginkan pimpinan nasional diganti. Bisa saja publik bosan dengan Jokowi meski telah berhasil memimpin selama lima tahun. “Jokowi gagal itu hanya bisa dibuktikan kalau tidak terpilih lagi di 2019,” tegas demikian Hendri. Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin memiliki penilaian berbeda. “Jika ingin mengganti presiden artinya harus mengalahkan Jokowi dulu di Pilpres 2019 nanti,” kata Ujang. Justru, ia menilai tagar #GantiPresiden2019 itu sebagai bentuk kegalauan partai di luar koalisi pendukung Jokowi. Terlebih, elektabilitas Jokowi yang tetap teratas dari figur capres lainnya. “Bisa saja itu bentuk kegalauan Gerindra, karena elektabilitas Prabowo masih di bawah Jokowi,” lanjutnya. Lebih jauh, Ujang menambahkan, baik presiden lama ataupun baru, yang terpenting adalah bisa membawa perubahan untuk Indonesia. Selain itu, juga busa menuntaskan persoalan-persoalan bangsa Indonesia saat ini seperti korupsi, narkoba, hutang, dan kesejahteraan rakyat. Jangan sampai, wantinya, presiden yang baru nanti malah menambah hutang baru Indonesia. “Lalu siapa yang akan membayar hutang jika setiap presiden baru mengambil hutang baru?” tutupnya.

(pojoksatu.id)