Gerindra: Menginteli Urusan Politik Kamu Bisa, Tapi Menginteli Mafia Beras Enggak Mau

Rabu, 16 Januari 2019

BUALBUAL.com, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo menyoroti masalah mafia pangan terutama beras yang masih menjadi masalah. Edhy enggan spekulasi apakah mafia pangan bekerja sama dengan aparat. Namun masalah mafia pangan bisa selesai bila pemimpinnya bisa tegas. "Saya gak mau spekulasi tentang kerja sama (aparat dan mafia) itu karena tidak ada yang bisa membuktikan, sebenarnya ini sudah lama sekali, kalau ini semua pemimpinnya mau langsung manggil semua dan ajak bicara, saya pikir masalah selesai," kata Edhy di Prabowo-Sandi Media Center, Jalan Sriwijaya I No 35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (16/1). Edhy mempertanyakan, gudang beras gelap yang diduga dimiliki para mafia. Dia menjelaskan, tiap petani panen pasti ada pihak yang selalu membeli beras. Tapi gudang berasnya tak diketahui. Edhy menduga ini menjadi kesempatan para kartel menampung beras. Sebabnya, gudang bulog pemerintah hanya mampu menampung maksimal 3 juta ton beras. "Gudang bulog itu hanya (mampu menampung) 2 juta setengah, maksimal 3 juta kalau dipaksakan. Panen kita sampai 45 juta ton beras paling sedikit. Selain di sawah beras itu kan ada di gudang, gudangnya itu kan yang miliki bukan bulog saja, ini siapa? Saya tanya saja sampai sekarang dimana beras itu gak ada yang jawab," ujar Edhy. Untuk menyelesaikan hal itu, kata Eddy, harus melibatkan Polri, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan intelijen. Dia memastikan di pemerintahan Prabowo-Sandi ke depan mafia pangan sudah hilang. "Kenapa kalau inteli urusan berpolitik bisa kok, ngintelin dimana beras enggak mau. Loh buktinya kok ada orang tiba-tiba sidak beras, saya enggak tahu gudangnya dimana tapi nyatanya berdasarkan pengakuan masyarakat beda. Ini yang belum ada. Di pemerintahan Prabowo nanti saya yakin yang gini-gini udah enggak ada," tandasnya.   Sumber: Merdeka.com