HAKIKAT Dalam Kehidupan Manusia Telah di atur oleh Sebuah Hukum Agama

Rabu, 08 Mei 2019

BUALBUAL.com, Sesungguhnya dalam kehidupan manusia pada hakikatnya telah di atur oleh sebuah hukum agama. Jika ia muslim tentu ia harus taat dan patuh dengan hukum yang ada. Sehingga perjalanan hidup manusia itu pun harus berdasarkan dengan ketentuan yang telah Allah tentukan. Dalam hidup dengan ikatan sebuah agama, sejatinya ada dua hal urgen yang harus di jaga oleh manusia khususnya orang muslim. Yang pertama Hablumminallah atau hubungan kepada Allah yang kita realisasikan dalam bentuk ibadah mahdhah seperti solat, puasa, zakat dan haji. Kemudian yang kedua ada yang namanya hablumminannas atau hubungan kepada sesama manusia yang kita realisasikan dalam bentuk ibadah ghairu mahdhah. Seperti menolong orang lain, tidak menyakiti sesama, dan hal-hal lain yang berkaitan antara sesama manusia. Oleh sebab itu maka kedua hal itu mestilah kita jaga dengan sebaik mungkin. Karena hal itu sangat urgensi dalam hidup ini. Jadi, sesungguhnya Ibadah itu bukanlah hanya persoalan solat, puasa, zakat haji. Akan tetapi sesungguhnya ibadah itu selain dr ibadah mahdhah ada ibadah yang sering di lupakan orang yakni menjaga hubungan baik sesama manusia yang dalam istilah agama di sebut dengan istilah hablumminannas. Sehingga pantaslah jika pada suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihiwasaalam ketika sedang duduk dengan para sahabat, lalu beliau melemparkan sebuah pertanyaan. أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. قَالَ: إِنَّ الْمَفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَ ةَالٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya dirham (uang perak) dan tidak punya harta.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa (amal) shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah mencerca ini (seseorang), menuduh orang (berzina), memakan harta orang, menumpahkan darah orang, dan memukul orang. (Orang) ini diberi (amal) kebaikannya dan yang ini diberi dari kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) tanggungannya, dosa-dosa mereka (yang dizalimi) diambil lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim) Jika kita perhatikan jawaban dr para sahabat atas pertanyaan Rasulullah, mereka mengira bahwa kebangkrutan itu adalah dalam konteks dunia. Yakni rugi jika seseorang tak punya uang, dan tak punya kekuasaan. Namun Rasulullah memandang bahwa kebangkrutan manusia itu disisi ukhrawi yakni ketika manusia tak mampu menjaga hubungan baik kepada sesama dan berbuat zalim kepada sesama sehingga semua pahala amal yang di realisasikan dalam bentuk solat, puasa dan lain-lain diberikan kepada orang yang ia zalimi ketika hidup di dunia. Orang yang menzalimi orang lain sebenarnya sedang menghancurkan dirinya sendiri, seperti dikatakan, “Barang siapa menggali lubang untuk (mencelakakan) saudaranya, ia terjatuh sendiri ke dalam lubang itu.” Bisa dibayangkan betapa rugi dan menyesalnya orang tersebut nanti. Saat ia mengharapkan amal kebaikannya akan menolongnya dari kedahsyatan kiamat, kebaikannya justru lenyap diambil orang lain, bahkan dia dicampakkan ke dalam neraka. Kalau orang zalim yang masih punya amal kebaikan saja seperti ini nasibnya, lantas bagaimana halnya bila dia tidak punya kebaikan sama sekali, bahkan kitab catatan amalnya semuanya berisi kejelekan? Allah ‘azza wa jalla berfirman, إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا ٢٩ “Sesungguhnya telah Kami sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (al-Kahfi: 29) Tiada yang ditunggu oleh orang yang zalim kecuali kehancuran. Kekuasaan akan lenyap, keperkasaan akan sirna. Allah ‘azza wa jalla berfirman, فَتِلۡكَ بُيُوتُهُمۡ خَاوِيَةَۢ بِمَا ظَلَمُوٓاْۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ ٥٢ “Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui.” (an-Naml: 52) Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Seandainya suatu gunung berbuat zalim terhadap gunung yang lain, maka yang zalim akan dihancurkan.” (al-Adabul Mufrad no. 601) Kalau gunung yang materialnya batu-batu yang keras dan besar saja akan diluluhlantahkan apabila berbuat zalim, bagaimana kiranya dengan manusia yang hanya berupa daging, darah, dan tulang yang lemah? Oleh sebab itu maka marilah kita menjaga hubungan kita kepada Allah dan hubungan kita kepada sesama manusia. Jangan sampai kita menjadi orang yang bangkrut.   Penulis: Jafri