Ilustrasi/AI
BUALBUAL.com - Di balik tembok istana Kesultanan Melaka yang megah pada abad ke-15, ada satu nama yang tak pernah lekang oleh waktu — Hang Tuah. Ia bukan hanya laksamana, tapi lambang kesetiaan, keberanian, dan tuah orang Melayu. Namanya diabadikan dalam pepatah, sastrawan mengangkat kisahnya ke syair, dan masyarakat menjadikannya simbol marwah bangsa.
Anak Kampung yang Menjadi Laksamana
Menurut Hikayat Hang Tuah, ia berasal dari Kampung Sungai Duyung, Melaka. Sejak kecil, ia telah menunjukkan bakat luar biasa dalam silat, kepemimpinan, dan kecerdasan. Bersama empat sahabatnya — Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu — Hang Tuah meniti jalan menuju istana, dan kemudian diangkat sebagai Laksamana Melaka.
Namun hingga kini, sebagian sejarawan meyakini bahwa Hang Tuah bisa jadi memiliki darah Bugis, atau setidaknya pengaruh dari budaya Bugis yang telah lama berdiaspora ke Semenanjung. Sebab dalam strategi perang dan pelayaran, Hang Tuah menampilkan karakter khas pelaut Sulawesi: gesit, licin, dan berani hingga ke titik darah penghabisan.
Kesetiaan Tanpa Batas
Hang Tuah dikenal sebagai panglima paling setia kepada Sultan Melaka. Salah satu kisah paling terkenal adalah saat ia difitnah berkhianat, hingga dihukum mati oleh Sultan. Namun diam-diam, Bendahara menyelamatkannya. Ketika sahabatnya Hang Jebat mengamuk karena membela Tuah, Sultan meminta Tuah kembali — dan dengan berat hati, Tuah mengalahkan Jebat demi taat pada daulat Raja.
Kisah ini menjadi dilema moral Melayu sepanjang masa:
“Mana lebih utama — kesetiaan kepada sahabat, atau kepada Raja?”
Diplomasi dan Perjalanan Dunia
Tuah bukan hanya prajurit. Ia juga diplomat ulung. Ia pernah diutus ke Majapahit, mengalahkan pendekar terkenal Taming Sari, dan membawa keris pusaka itu ke Melaka. Ia juga menjalankan misi ke Siam, Pasai, dan bahkan konon pernah ke Mekah dan China.
Dimanapun ia berada, tuahnya bersinar — disegani lawan, dihormati kawan.
Legenda atau Fakta?
Sebagian menilai kisah Hang Tuah adalah mitos penuh simbolisme. Namun banyak bukti sejarah yang menyebut tokoh serupa pernah hidup — baik dalam catatan Portugis, manuskrip Arab-Melayu, hingga hikayat lokal. Yang pasti, figur Hang Tuah telah menjadi roh dalam semangat bangsa Melayu: berdaulat, beradab, dan berani.
Warisan Hang Tuah
Hari ini, nama Hang Tuah hidup di berbagai tempat:
Universiti Hang Tuah di Melaka
Jalan dan kapal perang yang dinamai atas namanya
Teater, film, hingga buku anak-anak yang mengangkat kisahnya
Dan satu ungkapan yang tak pernah hilang dari lidah orang Melayu:
“Takkan Melayu hilang di dunia.”
— Hang Tuah
Sumbe Referensi:
Hikayat Hang Tuah, manuskrip klasik Melayu
Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin)
Andaya & Andaya – A History of Malaysia
Dr. A. Samad Ahmad – Hang Tuah dalam Sejarah dan Legenda