Hanya Untuk Rekam Biometrik Visa Umroh, Munarto Harus Nempuh Perjalanan 14 Jam Dari Pedalam Inhil ke Kota Pekanbaru

Rabu, 26 Desember 2018

BUALBUAL.com, Tatapan mata Munarto (70) terlihat begitu lelah. Semalaman tadi tidurnya tidak nyaman karena harus menempuh perjalanan sekitar 14 jam dari kampung halamannya di Desa Telok Belengkong, salah satu daerah yang berada di pedalaman Inhil, Riau. "Dari rumah ke Tembilahan (Ibukota Inhil), sekitar 5-6 jam naik Marina (kapal ferry). Dari Tembilahan ke Pekanbaru sekitar 8-9 jam. Kami bertiga. Saya, istri dan anak saya yang paling bungsu," katanya, Jumat, 21 Desember 2018 di Pekanbaru. Munarto dan istrinya merupakan jemaah salah satu perusahaan penyedia jasa biro perjalanan umroh di Riau. Diantara syarat agar bisa beribadah ke Tanah Suci Mekah, dia harus melakukan rekam retina mata dan sidik jari untuk biometrik visa umroh khusus Arab Saudi. Sekitar 6 jam dari Teluk Belengkong, naik kapal ferry, Munarto menghabiskan biaya kurang lebih Rp750 ribu untuk 3 orang. Perorangan sekitar Rp250 ribu. Sedangkan dari Tembilahan ke Pekanbaru naik jasa angkutan travel, ongkosnya sekitar Rp150 per orang (Rp450 ribu untuk 3 orang). "Untung saja kami dapat tumpangan dengan teman saya, jadi bisa sedikit irit ongkos," ujarnya. Setibanya di Kota Tembilahan, mereka tidak sempat istirahat. Dari pelabuhan langsung bergegas ke Jalan Batang Tuaka naik becak dayung. Mereka menuju ke sebuah rumah yang tidak lain adalah kenalan lama Munarto, yang dulu pernah menjadi camat di Teluk Belengkong. Dengan menggunakan mobil yang diisi sekitar 5 orang, mereka langsung tancap gas ke Pekanbaru. Ditemui bertuahpos.com, di sebuah warung kopi di depan kantor VFS Tasheel, Jalan Adi Sucipto, Pekanbaru, pada Jumat, 21 Desember 2018, Munarto dan istrinya tengah menyeruput segelas teh hangat. Sebelum itu dia memesan lontong sayur, karena sepanjang perjalanan sekitar 14 jam, pola makanannya jadi berubah. Belum lagi selera makan yang menurun karena banyak pikiran. Dia dan istrinya, menunggu dipanggil petugas dari VFS Tasheel Pusat Layanan Visa untuk Arab Saudi untuk melakukan rekam retina mata dan sidik jari untuk keperluan pengurusan visa. Dari waktu pendaftaran hingga dia dan istrinya dipanggil, Munarto menunggu antrean sekitar 2 jam, setelah seorang pria tinggi besar mengenakan pakaian koko putih, mempersilahkan Munarto dan istrinya masuk untuk melakukan perekaman. Pria itu bernama Ibnu. Dia adalah petugas travel yang akan memberangkatkan Munarto Umroh ke Tanah Suci Mekah. "Saya kesini enggak tahu apa-apa. Untung saja dibimbing sama orang travel," katanya dengan logat Jawa. Bagi Munarto, melakukan rekam retina mata dan sidik jadi di VFS Tasheel ini cukup menyulitkan bagi jemaah yang ingin melaksanakan umroh. Apalagi kantornya hanya ada satu untuk mengcover banyak wilayah. Bayangkan saja, ada banyak orang seperti dia yang datang dari desa nan jauh di pelosok sana hanya untuk merekam retina dan sidik jari. Padahal sewaktu pembuatan paspor, prosedur serupa juga dilakukan. Jikapun memang harus, sebaiknya pihak VFS Tasheel bisa dilakukan secara kolektif. Atau bisa dengan membuka kantor perwakilan minimal di kabupaten. Selain efisien waktu, hal demikian juga bisa menghemat biaya, mengingat sudah banyak uang yang dirogoh dari kocek untuk berangkat umroh dan keperluan lainnya. Untuk pembuatan visa ini, saat perekaman dia harus mengeluarkan lagi uang sebesar Rp110 ribu. Munarto dan istrinya kemudian menyetor ke kasir sebesar Rp220 ribu untuk dia dan istrinya. "Ini bukan masalah berapa uang yang harus dikeluarkan, tapi soal jarak yang begitu jauh, apalagi untuk orang-orang seperti kami," sambungnya. Sekitar 30 menit kemudian, Munarto yang mengenakan batik coklat itu keluar dari balik pintu kaca kantor VFS Tasheel. Raut mukanya terlihat sedikit lega, namun tetap saja tidak bisa menyembunyikan rasa lelah. Setelah melakukan perekaman ini, dia dan istrinya tidak lagi kembali ke Teluk Belengkong karena mengingat waktu keberangkatannya ke tanah suci hanya tinggal seminggu lagi. Sebab jadwal take off ke tanah suci tanggal 29 Desember 2018 nanti. Jika harus pulang, berapa banyak lagi biaya yang harus dikeluarkan. Untung teman mantan camatnya itu punya rumah di kawasan pandau. Rumah itu kosong dan Munarto beserta istrinya dipersilahkan untuk menginap sampai jadwal keberangkatannya tiba. Dia berjalan pelan menuju ke warung kopi dan kembali menyambangi bertuahpos.com. "Semua urusan saya sudah selesai. Doakan saya dan istri selamat pergi dan pulang nanti, ya," ujarnya sambil berpamitan.   Sumber: bertuahpos.com