Jaga Kepercayaan Publik, KPK Berniat Ambil Alih Kasus Pemerasan 64 Kepsek oleh Kajari Inhu Riau

Rabu, 19 Agustus 2020

BUALBUAL.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berniat mengambil alih proses hukum kasus dugaan pemerasan terhadap 64 kepala SMP di Indragiri Hulu, Riau yang melibatkan Kajari beserta 2 anak buahnya.

Pasalnya sejauh ini kasus tersebut sudah sempat dalam penyelidikan KPK. Selain bertujuan untuk menjaga kepercayaan publik terhadap proses hukum, sebab para tersangka yang merupakan oknum jaksa itu yakni HS selaku Kajari, OAP selaku Kasi Pidsus dan RFR selaku Kasubsi Barang Rampasan Kejari Indragiri Hulu. Saat ini diproses secara hukum dari instansi yang sama yakni Kejaksaan Agung RI.

Demikian disampaikan Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango. "Jadi saya pikir terlepas dari rasa ketidakpercayaan itu. Terlebih memang perkara dugaan pemerasan 64 Kepsek yang dimaksudkan sudah sempat dalam penyelidikan KPK," kata Nawawi, Rabu (19/8/2020).

Selain menganggap pemprosesan secara hukum atas para tersangka itu idealnya dilakukan oleh KPK, Nawawi Pomolango berharap internal Kejaksaan Agung bersedia untuk melimpahkan sendiri kasus tersebut kepada KPK.

"Tapi menurut saya akan lebih pas kalau ada kehendak sendiri untuk melimpahkan penanganan perkara semacam itu kepada KPK dan KPK tidak hanya berada dalam koridor supervisi," ujarnya.

Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan Kepala Kejaksaan Negeri Indragiri Hulu berinisial HS sebagai tersangka kasus pemerasan terhadap 64 kepala sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Indragiri Hulu. Kejagung menduga, HS melakukan tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan jabatannya.

Selain HS, Kejagung juga menetapkan Kasipidsus Kejari Indragiri Hulu berinisial OAP dan RFR Kasubsi Barang Rampasan pada Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan Kejari Indragiri Hulu sebagai tersangka.

“Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap enam saksi dan dikaitkan dengan alat bukti dan barbuk lainnya, maka penyidik berkesimpulan telah terpenuhi minimal dua alat bukti, sehingga ditetapkan tiga orang tersangka,” kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Hari Setiyono di kantornya, Selasa (18/8/2020).

Sebelum menetapkan ketiganya sebagai tersangka, Kejagung lebih dulu menjatuhkan hukuman sanksi terhadap enam pejabat Kejari Indragiri Hulu. Hal ini setelah Bidang Pengawasan Kejaksaan Tinggi Riau melakukan serangkaian pemeriksaan.

Dijelaskannya, dari hasil pemeriksaan dimaksud disimpulkan dan dinyatakan terbukti adanya perbuatan tercela yang dilakukan oleh enam pejabat Kejaksaan Negeri Indragiri Hulu, yaitu Kepala Kejaksaan Negeri Indragiri Hulu, Kasipidsus Kejari Indragiri Hulu, Kasi Intel Kejaksaan Negeri Indragiri Hulu, Kasi Datun Kejari Indragiri Hulu, Kasi Pengelolaan Barbuk dan Barang Rampasan dan Kasubsi Barang Rampasan pada Pengelolaan Barang Bukti dan Rampasan Kejari Indragiri Hulu.

“Terhadap enam orang pejabat itu, dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pembebasan dari jabatan struktural,” sambungnya.

Atas dasar ini, kemudian dari laporan hasil pemeriksaan (LHP) ditemukan dua alat bukti tindak pidana korupsi. Sehingga, Kajari Indragiri Hulu dan Kasipidsus Kejari Indragiri Hulu dan Kasubsi Barang Rampasan pada Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan Kejari Indragiri Hulu ditetapkan sebagai tersangka.

Terkait dugaan pemerasan yang dilakukan Kejari Indragiri Hulu, diduga pemerasan bantuan operasional sekolah (BOS) bervariatif mulai dari Rp10 juta sampai Rp65 juta. Total keseluruhan barang bukti pemerasan senilai Rp650 juta.

Ketiga oknum jaksa itu disangkakan melanggar melanggar Pasal 12 huruf e atau Pasal 5 ayat 2 jo huruf b.