Kabut Asap Jalur Pelayaran Masih Aman, Sekolah di Meranti Tidak Diliburkan

Senin, 09 September 2019

BULABUAL.com - Kabut asap menyelimuti Kabupaten Kepulauan Meranti, Senin (9/9/2019), dimana aroma asap juga tercium hingga ke dalam rumah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti memperkirakan kabut asap yang melanda daerah tersebut beberapa hari terakhir merupakan asap kiriman dari daerah lain di luar Kepulauan Meranti. Kepala BPBD Kepulauan Meranti, M Edy Afrizal mengatakan kabut yang menyelimuti Kabupaten termuda di Riau itu dipastikan asap kiriman dari kabupaten lain yang juga mengalami kebakaran jika berpedoman dengan arah angin. "Asap tebal itu bukan dari kita, itu asap kiriman, jika berpedoman dengan pergerakan arah angin, arahnya itu ke selatan, itu larinya ke Sungai Apit, Kabupaten Siak, tak mungkin dia balik kemari," kata M Edy Afrizal. Sementara itu untuk kebakaran di Kepulauan Meranti terdapat dua titik api. Lokasi kebakarannya terjadi di Desa Bumi Asri Kecamatan Merbau. Sedangkan di Dusun Kampung Balak Desa Tanjung Peranap sudah dipastikan padam. "Kebakaran di Kampung Balak sudah padam tinggal proses pendinginan. Sementara dua titik api hari ini lokasinya berada di Desa Bumi Asri. kendala di sana itu sumber air tidak ada, namun kita sudah koordinasikan dengan pihak perusahaan untuk mengerahkan alat berat," ujar M Edy. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kepulauan Meranti, Drs H Nuriman Khair mengatakan, meskipun kabut asap sudah terlihat menyelimuti namun belum berdampak luas dan mempengaruhi aktivitas sekolah di daerah tersebut. Dan kebijakan untuk meliburkan sekolah pun belum dilakukan. "Kabut tidak begitu tebal, makanya saya minta sama Dinas Kesehatan menyiapkan masker untuk sekolah- sekolah, tapi jangan sampai mengganggu jam pelajaran. Saat ini kita menerapkan kurikulum K13 jadi siswa tidak bisa sembarang diliburkan," kata Nuriman. Mantan Sekretaris Dewan itu hanya akan meliburkan sekolah setelah melihat kondisi kabut asap secara situasional. "Saya mengimbau untuk siswa yang berada di sekolah untuk tidak beraktifitas di luar dan cukup hanya di kelas saja. Kalau kita harus meliburkan sekolah itu sampai kapan, tidak ada kepastian, kecuali kabut itu pekat betul, ukuran saya jarak pandang, kalau saat ini masih normal, jadi cukup pakai masker saja," ujar Nuriman. Sementara itu, Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti menyebutkan, secara kasat mata kondisi tersebut sangat tidak bagus untuk kesehatan masyarakat. Dan jika harus beraktifitas diluar disarankan untuk menggunakan masker. Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti, Muhammad Fahri mengatakan saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan perihal meliburkan sekolah. Dia mengatakan bahwa langkah koordinasi ini dilakukan agar kebijakan meliburkan sekolah di Kepulauan Meranti bisa diambil secara bijaksana. "Karena kita tidak punya alat ISPU (Indeks Standard Pencemar Udara) jadi kita masih bingung harus beracuan ke mana, namun untuk kondisi itu kita akan berkoordinasi dengan DLH," ujar Fahri. Fahri mengatakan secara kasat mata, kondisi Kepulauan Meranti memang berasap, namun masih tidak signifikan. "Saat ini kalau menurut kita masih kondisi sedang," tutur Fahri. Terkait hal ini juga Fahri menilai bahwa untuk meliburkan sekolah belum perlu dilakukan. "Levelnya (kondisi asap) apa kita tidak tahu persis, kalau diliburkan seperti itu tentu menyalahi aturan. jadi ini kita mau membicarakan dulu dengan dinas pendidikan," ujar Fahri. Fahri mengatakan sudah berkoordinasi dengan DLH dan tim penanggulangan bencana kebakaran Kepulauan Meranti, namun belum juga mendapatkan informasi pasti terkait kondisi udara. Dirinya juga menanggapi permintaan Kepala Dinas Pendidikan Kepulauan Meranti untuk menyiapkan masker bagi seluruh siswa. "Sekarang berapa orang siswa di Meranti, kalau kita menggunakan seperti itu, tentunya tidak mencukupi kapasitas masker kita," ujar Fahri. Dirinya mengatakan apabila memang kondisi dinilai sudah berbahaya, maka tinggal mengikuti instruksi Gubernur Riau untuk meliburkan sekolah. "Tapi tingkat emergency kita saat ini tidak diketahui karena tidak punya alat, yang bisa terdeteksi Pekanbaru, Siak, Dumai, Bengkalis, terus kita mau ikutin yang mana? kan perlu kesepakatan bersama," katanya. Sementara itu, kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan membuat Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Selatpanjang mengeluarkan edaran waspada pelayaran untuk mengantisipasi resiko kecelakaan. Kepala Keselamatan Berlayar KSOP Selatpanjang, Suharto mengatakan, untuk menghindari hal tidak diinginkan, maka syahbandar mengimbau aktivitas pelayaran meningkatkan kewaspadaan saat berlayar dan memperhatikan jarak pandang aman. "Kemunculan kabut asap ini membuat risiko kecelakaan pelayaran semakin meningkat, dan kami mengimbau pengguna jasa untuk mewaspadai cuaca buruk saat berlayar," kata Suharto. Dia mengimbau pelaku pelayaran untuk menghindari hal tidak diiinginkan dan nakhoda kapal mewaspadai jalur layar di sepanjang selat di Kepulauan Meranti "Meski kabut asap masih dalam batas ambang normal jarak pandang, tapi kita selaku institusi wajib mengimbau dan mengeluarkan surat edaran agar semua pihak waspada," sebutnya. Dikatakannya, pengguna jasa diharapkan juga untuk senantiasa memantau kondisi cuaca dan jarak pandang agar tidak tertutup kabut asap dengan menggunakan peralatan navigasi dan melengkapi kapal dengan alat keselamatan. "Saat ini jarak pandang pelayaran masih aman, yakni berkisar 3 mil dan belum berbahaya. Tapi kami tetap menghimbau untuk nakhoda mengurangi kecepatan kapal, menghidupkan lampu navigasi pelayaran di siang hari dan mengaktifkan radar kapal dan GPS," ujar Suharto.     Sumber: cakaplah