Kamu Harus Waspada, Kehilangan Rasa dan Bau secara Tiba-Tiba Bisa Jadi Pembawa Covid-19

Rabu, 25 Maret 2020

BUALBUAL.com - Virus corona atau Covid-19 masih terus menjadi perbincangan dunia. Para ilmuwan juga terus berupaya mengetahui lebih dalam mengenai virus corona. Tujuannya tentu untuk bisa menciptakan antivirusnya. Namun, baru-baru ini beredar sebuah informasi terkait virus corona yang bisa membuat masyarakat kian khawatir. Bagaimana tidak, seseorang bisa menjadi pembawa covid-19 tersembunyi jika dirinya merasakan kehilangan indra perasa dan penciuman secara tiba-tiba.

Seorang Dokter Kehilangan Indera Penciuman dan Perasa

Melansir dari CNN, Selasa (24/3/2020), seorang dokter di Amerika Serikat mengungkapkan dirinya kehilangan indera penciuman dan perasa pada hari minggu. Melihat hal itu, informasi yang diberikan kemudian untuk ditambahkan ke 'list of screening tools' Covid-19. penanganan pasien virus corona di wuhan

THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO/Handout via REUTERS

American Academy of Otolaryngology, Kepala dan Leher Bedah mengatakan, gejala kurangnya indera penciuman (anosmia) dan indera perasa (dysgeusia) harus digunakan untuk mengindentifikasi kemungkinan infeksi virus corona. "Anosmia, khususnya, telah terlihat pada pasien yang akhirnya dites positif untuk virus corona tanpa gejala lain," tulisnya dalam pernyataan resmi di laman web akademi.

Seorang Ibu Kehilangan Indera Perasa

Di sisi lain, seorang ibu terinfeksi virus corona yang tinggal di Inggris secara tiba-tiba tidak bisa mencium bau popok penuh bayinya. Tidak hanya itu, sang ibu juga tidak bisa mencium aroma bumbu maupun masakan. Melansir dari The New York Times, Selasa (24/3/2020), seorang dokter THT di Inggris mengutip laporan dari rekan sesama medis di seluruh dunia. Dari laporan tersebut muncul permintaan kepada orang dewasa uang kehilangan indera penciuman untuk mengisolasi diri selama tujuh hari. "Kami benar-benar ingin meningkatkan kesadaran bahwa ini adalah tanda infeksi dan bahwa siapa pun yang kehilangan indera penciuman harus mengasingkan diri. Itu bisa berkontribusi memperlambat transmisi dan menyelamatkan nyawa." tulis Prof. Claire Hopkins, presiden British Rhinological Society, dalam emailnya.

Gejala Baru Ditambahkan

Melansir dari World of Buzz, Selasa (24/3/2020), menurut kedua sumber berita itu, dokter di Amerika Serikat dan Inggris kini menyerukan kehilangan indera penciuman dan perasa untuk ditambahkan ke daftar 'screening tools'. Di mana hal itu yang biasanya digunakan ketika mendiagnosis kasus Covid-19 secara potensial. penanganan pasien virus corona di wuhan

THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO/Handout via REUTERS

Lebih lanjut, anosmia (kurangnya penciuman) dan dysgeusia (kurangnya perasa) telah ditemukan pada pasien positif corona. Akan tetapi, mereka tidak menunjukkan gejala-gejala covid-19 lainnya. "Anosmia, khususnya, telah terlihat pada pasien yang pada akhirnya dites positif untuk virus corona tanpa gejala lain," pernyataan dari Akademi Otolaringologi Amerika - Bedah Kepala dan Leher.

Sudah Terbukti

Tidak menyangka, kabar tersebut juga telah dilaporkan dalam pernyataan yang dibuat oleh ENT UK, organisasi profesional yang mewakili ahli bedah THT (telinga, hidung dan tenggorokan) di Inggris. Sudah ada bukti yang baik dari Korea Selatan, China dan Italia bahwa sejumlah besar pasien dengan infeksi COVID-19 yang terbukti telah mengembangkan anosmia, tulisnya.

Paling Sering Terlihat Pada Pasien Lebih Muda

Melansir dari World of Buzz, dalam sebuah wawancara dengan konsultan otolaringologi dan ahli bedah kepala dan leher, Profesor Nirmal Kumar, Sky News, telah mencatat kehilangan indera penciuman dan perasa paling sering terlihat pada pasien yang lebih muda. Sebaliknya, pasien ini justru tidak menunjukkan gejala virus corona lainnya. dokter izinkan pasien virus corona lihat matahari terbenam

Ong Lip Qin Physiotherapist Precise Rehab/ FB 2020 Merdeka.com

Profesor Nirmal Kumar menambahkan, mereka yang menunjukkan gejala-gejala tersebut harus segera mengisolasi diri selama 7 hari untuk mencegah penyebaran infeksi virus corona atau covid-19.
    Sumber: merdeka.com