Kecendekiaan Orang Indragiri Hilir "14 Juni 1965 - 14 Juni 2019"

Rabu, 12 Juni 2019

1 Syawal 1440 H tahun ini jatuh pada hari Rabu tanggal 5 Juni 2019. Gema takbir berkumandang, pawai takbir dengan arak-arakan memenuhi jalanan, Sholat Ied dilaksanakan di Mesjid, Surau dan tanah lapang. Silatruhami saling berkunjung dan saling memaafkan. Tentunya dengan baju, celana dan sandal yang baru serta yang lainnya serba baru dengan aroma yang semerbak. Tentunya ucapan selamat dan permohonan maaf terlebih dahulu bersigau di media sosial baik dalam bentuk gambar maupun untaian kata indah yang dirangkaikan dengan bait pantun. Di Indragiri Hilir pada Hari Raya kita akan memperoleh bonus sajian selera Nusantara. Karena Indragiri Hilir “Little Indonesian” di Pesisir Timur Pulau Sumatera, tempat bermukim anak jati Indragiri Hilir yang memiliki darah keturunan dari beragam suku bangsa. Bagaikan Syawal Food and Beverage Festival setiap rumah menyajikan aneka masakan yang akan dihidangkan untuk sanak famili, handai taulan, kerabat dan tamu yang datang. Ayam kampung masak merah ataupun masak putih, Soto Banjar, Sop Konro, Rendang, Lontong Ayam bersayur buncis dan wortel, Sate, Kari Daging. Tentunya tidak lupa Ketupat, Lepat, Lemang, Nasi Merah, Nasi Lemak, Nasi Dagang, Nasi Uduk, Burasak, Langkak, Empek-Empek Palembang, Roti Canai, Tekwan. Sajian kuih muih yang bercitarasa manis dan bermentega menggusur Antu se-ome, Aman Sari, Tepung Bungkus, Buah Malaka, Barangko, Tapai Hijau, Tapai Hitam, Pundut, Papudak, Nagasari, Amparan Tatak. Saya mencari-cari Pindang Belanak Jumpol, Asam Pedas Kepala Gerut, Gangan Bakaroh, Gulai Umbut, Udang Bajang goreng kunyit tidak ada rumah yang dikunjungi rela menyajikan. Apalagi mencalok, ikan bawadik, asam tempoyak dan mandai (karena tidak musim cempedak) nihil sama sekali. Begitulah kebiasaan hidangan hari raya, identik dengan sajian daging lembu dan ayam serta masakan bergelomak santan. Bahkan air kemasan berperisa dan bersoda seakan-akan minuman wajib untuk disuguhkan. Aneka makanan disantap sambil bercengkerama bersenda gurau melepaskan rindu dengan sanak keluarga yang pulang kampung dari tanah rantau. Lupakanlah sejenak lezat dan nikmatnya hidangan di hari Kemenangan. Pada tanggal 14 Juni 2019 tepat pada hari Jumat kita merayakan Milad Kabupaten Indragiri Hilir yang ke 54. Usia ke 54 Kabupaten yang kita cintai dihitung mulai disahkannya oleh Presiden Sukarno Undang-Undang Nomor 6 tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Inderagiri Hilir dengan Mengubah Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1956, Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah. Undang-Undang ini diundangkan oleh Sekretaris Negara Republik Indonesia Mohd. Ichsan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 49. Undang-Undang Nomor Nomor 12 Tahun 1965 telah menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai wilayah administrasi otonom Daerah Tingkat II berkedudukan di Tembilahan. Selanjutnya dan sesungguhnya Kabupaten Indragiri Hilir menjadi bahagian dari Daerah Tingkat I Riau yang telah dibentuk melalui Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Sumatera Barat, Jambi Dan Riau yang ditetapkan di Denpasar pada tanggal 9 Agustus 1957. Rentak nafas kehidupan Kabupaten Indragiri Hilir di usia ke 54 umur yang matang mengalir bagaikan alunan simfoni perairan Kuala Mandah dan Kuala Patah Parang. Ombaknya ketika anak pasang menggelora menghempas ke pantai berlumpur bersabung dengan tiupan derunya angin. Ketika setengah pasang airpun tenang hanya berbintik riak, pucuk bakau kaku tak bergerak. Anak surut arus airnya menuju ke laut gelombang kembali datang, permukaannya sesekali menggelegak dan berolak, setelah itu tenang dan bergemulai menjelang menuju pasang. Dinamika kehidupan yang selalu dirasakan dan dihadapi orang Indragiri Hilir. Namun demikian walaupun ada riak dan gelombang serta ada deru dan gemuruh angin menerpa dalam kehidupan, sudah diwariskan oleh datuk moyang yang cendekia tentang nilai-nilai luhur dalam kehidupan berkampung dan bernegeri yang menyatu padukan orang Indragiri Hilir. Ada beberapa kecendekiaan yang telah diwariskan antara lain : Adat Beselang untuk bergotong royong bersama-sama semisalnya mendirikan rumah, membangun masjid dan surau, membangun madrasah, membuat pelantar, membangun jalan, membersihkan parit, menanam dan menuai padi, persiapan hajat perkawinan dan kenduri rasa syukur serta kesusahan. Berkarun tanah dan berkarun hasil, kesepakatan pembagian dalam menggarap lahan perkebunan maupun pertanian. Berkarun tanah, tanah garapan dan tanaman setelah berhasil dibagi dua antara pemilik tanah dan yang mengerjakkannya. Berkarun hasil hanya hasil tanaman yang dibagi sesuai kesepakatan sedangkan tanah tidak dibagi. Kesepakatan satu baris depan kebun kelapa ditepi jalan ataupun parit yang ditanam jika berbuah ada yang haus dan dahaga diikhlaskan untuk diambil dan diminum. Akan tetapi buah kelapa yang dipetik tidak boleh untuk diniagakan. Tanah buang, kesepakatan saat membuka kebun dan ladang menyisakan sekian depa tanah yang berada ditebing tepian parit dan sungai serta tanjung dan muara. Tanah tersebut tidak boleh digarap dan tidak boleh dikuasai orang per orang untuk dijadikan jalur hijau. Semah atau Bela Kampung, melakukan doa tolak bala secara bersama memohon keselamatan hidup kepada Sang Maha Pencipta. Sekaligus untuk menjaga hubungan manusia dengan makluk hidup lainnya dan alam sekitarnya. Beberapa hari dalam setahun jeda sejenak berpantang larang memetik tumbuh-tumbuhan dan menangkap hewan baik yang hidup didarat maupun dilaut dan disungai. Adab berjanji dengan mengucapkan ijab kabul setelah saling bersiasat, sehingga kemudian hari tidak ada yang silang sengketa meninggalkan dendam kecewa dan goresan luka dihati. Beberapa kecendekiaan datok moyang tersebut membawa pesan moral baik tersurat maupun tersirat bahwasanya hidup berkampung dan bernegeri hendaklah saling berbagi, baik perasaan maupun rezeki. Tidak boleh tamak dan loba mengekploitasi makhluk hidup lainnya dan alam semesta secara serampangan hanya untuk kepentingan sesaat dan mengejar rente ekonomi semata. Hiduplah dengan memegang kata yang sudah dimufakatkan dan dilafazkan. Kesemuanya itu telah difaraidkan menjadi modal kecerdasan sosial dan kecerdasan budaya yang patut dijaga dan dirawat bagi perjuangan kita orang Indragiri Hilir untuk mewujudkan dan menggapai kemakmuran dan kesejahteraan lahir dan bathin yang ingin diwujudkan. Indragiri Hilir negeri yang senantasa bermandikan limpahan cahaya mentari dibawah lintasan garis khatulistiwa yang memisahkan Lintang Utara dan Lintang Selatan. Angkasa raya yang terang temaram disinari cahaya bintang dan rembulan dikala malam. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H mohon maaf lahir dan bathin. Selamat Milad Kabupaten Indragiri Hilir ke 54 menuju kemakmuran dan kesejahteraan kita bersama yang diridhoi Allah SWT. #inhilnanmolek * Junaidy bin Ismail Abdullah, yang lahir di tepian Sungai Igal pernah tinggal ditepian Sungai Pelanduk, Gangsal, Reteh, Ibu Mandah, Sapat Dalam. Masa ini bermukim antara Parit 14 dan 15 Tembilahan ditepian Sungai Indragiri.