Keluarga Korban Lion Air Resah Jika Anak-anak Tanya Mana Makam Orangtuanya

Sabtu, 24 November 2018

BUALBUAL.com, Proses identifikasi jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 resmi ditutup. Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri berhasil mengidentifikasi 125 korban dari 195 kantong jenazah yang dikumpulkan Basarnas dalam proses evakuasi. Sesaat usai konferensi pers yang mengumumkan penutupan proses identifikasi di Rumah Sakit Polri, Jakarta Timur, ke­marin, Doni, keluarga korban bernama Rangga, termenung. Ia masih berharap, seluruh penumpang pesawat itu dapat teriden­tifikasi, meski operasi berakhir kemarin. "Harapan kami, keluarga kami teridentifikasi. Kami masih terus berharap," ujar Doni. Dikatakan, keluarganya masih percaya mukjizat itu nyata. Mereka masih berharap ada titik terang di mana anggota keluarg­anya bisa teridentifikasi. "Meski hanya tulang belu­lang, itu luar biasa bagi kami, dibandingkan hanya menerima akta kematian," ucapnya. Bila nanti keluarganya itu tidak teridentifikasi, dia mem­inta ada sebuah prasasti atau tugu peringatan yang dibangun untuk mengenang para korban. Menurutnya, hal ini penting agar sanak keluarga yang dit­inggalkan dapat mendoakan para korban yang mengalami kecelakaan. "Info yang saya dapat, Gubernur Bangka Belitung mau membangun prasasti. Tapi lokasinyadi mana, saya belum tahu," katanya. Salah satu hal yang dirisaukanjika jenazah tidak berhasil diidentifikasi, adalah jika anak korban yang masih kecil mempertanyakan dimana makam orangtuanya, meski ada akta kematian. Dokumen itu memang penting untuk mengurus segala hak kelu­arga korban. Namun demikian, salah satu keluarga korban, Okto Manurung masih resah jika keluarganya tidak berhasil diidentifikasi. "Yang menjadi keresahan saya, ketika bagian tubuh tidak ditemukan, ataupun jenazah tidak teridentifikasi. Apakah hanya surat kematian yang dida­pat. Bagaimana jika keturunan­nya yang masih kecil memper­tanyakan, apa yang dapat kami tunjukkan," tutur Okto. Atas hal itu, pihaknya me­minta, khususnya kepada Lion Air dapat menyikapi hal ini dan pemerintah turut serta ambil sikap untuk mengatasi kerisauan keluarga korban yang hingga saat ini keluarganya belum dapat ditemukan. Okto juga menginginkan adanya prasasti sebagai tanda bagi keturunan-keturunan kor­ban maupun keluarga. Agar tidak hanya surat kematian yang didapat, tanpa adanya makam korban yang dapat dikunjungi pihak keluarga. "Harapan saya, bagi yang tidak ditemukan, ada sesuatu kepastian tempat meninggalnya dimana, misalnya ditunjukkan ini kuburannya, itu yang saya ya­kin keluarga-keluarga lain juga harapkan. Ada tanda prasasti kepada keturunannya kemudian hari, juga mengingatkan tragedi ini," tuturnya. Sehari sebelumnya, keluarga korban Lion Air, Linda Diah Damayanti, Damsyik menyatakan, sangat berat bagi keluarga jika Diah tidak berhasil teridentifikasi. Sebab, keluarga sangat berharap jenazah berhasil teri­dentifikasi dan dimakamkan sesuai dengan keyakinan aga­manya. "Tapi, kami tetap harus ikhlas," ucapnya. Ke depan, Damsyik berharap seluruh kebutuhan keluarga korban selama di Jakarta diurus Manajemen Lion Air. "Kami in­gin seluruh urusan beres semua. Jangan kita yang mondar-mandir untuk mencari kejelasan atas keluarga yang belum teridenti­fikasi, karena sangat ribet urusannya," ucapnya. Keluarga korban lainnya, Rangga Adiprana, Suroto mem­pertanyakan soal pengurusan ad­ministrasi surat kematian, hal ini berkaitan dengan jenazah yang belum teridentifikasi. Sebab, un­tuk memperoleh surat kematian akan dikeluarkan setelah jenazah teridentifikasi. "Pengurusan administrasi bila anak kami tidak teridentifikasi, apakah keterangan kematian bisa dikeluarkan surat kematian di dukcapil TKP atau domisili?" tanyanya. Orangtuanya Teridentifikasi, Satu Anaknya Belum Seusai jumpa pers itu pula, Eka Bomri duduk di Posko Keluarga Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto atau RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Wajah salah satu keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT610 itu tampak lelah. Matanya merah dan sembab. Di kursi itu, Eka termenung. Sesekali, pria asal Palembang, Sumatera Selatan itu, berbin­cang dengan kerabat yang duduk persis di sampingnya. Hari itu, satu lagi anggota keluarganya berhasil diidentifikasi. Namanya Cici Ariska. Perempuan. Hingga ditutup kemarin, sudah dua anggota keluarganya berhasil diidentifikasi. Masih ada satu lagi yang belum dia ketahui nasibnya. Satu keluarganya itu adalah ke­ponakan Eka. Sebelumnya, suami Cici, Candra Kirana berhasil diidentifikasi dan sudah dimakam­kan di Sumatera Selatan. Kondisi yang dialami Eka mirip dengan puluhan keluarga korban lain di posko tersebut. Raut lelah terlihat jelas dari wajah mereka. Ratusan kursi yang telah disiapkan, jadi tempat mereka bersandar sembari menunggu perkembangan dari tim DVI. Hari itu, usai pengumuman penutupan proses identifikasi, posko keluarga masih dipadati keluarga korban. Mereka berbin­cang satu sama lain dengan anggota keluarga yang datang ke posko tersebut. Keluarga korban yang jenazahnya berhasil diidentifikasi, menangis tersedu. Beberapa tim psikolog yang memang disiap­kan sejak awal, berusaha menguatkan keluarga korban. Meski tak ikut dalam kon­ferensi pers saat pengumuman penutupan proses identifikasi, Eka mengaku telah mengeta­hui hal tersebut. Meski dalam hatinya menolak, Eka tak bisa berbuat apa-apa. "Hari ini memang ada satu la­gi keluarga saya yang diidentifikasi, namanya Cici Ariska. Tapi sebenarnya masih ada satu lagi, keponakan saya yang belum jelas nasibnya. Saya berharap, identifikasi ditutup kalau sudah semuanya ketemu dan diidenti­fikasi," tutur Eka. Kini, dia berharap ada hal yang dilakukan pihak-pihak terkait untuk mengenang korban kecelakaan pesawat tersebut. Salah satunya, membuatkan semacam monumen atau prasastidi tempat pesawat tersebut jatuh, perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat. "Kalau memang tak bisa ditemukan atau diidentifikasi, kami berharap ada semacam tempat untuk mengenang keluarga ka­mi. Baiknya di tempat pesawat itu jatuh, di Karawang. Karena setahu saya, lautnya tidak terlalu dalam. Saya kira bisa dibuat di situ," harapnya. Hari itu, jenazah keluarganya yang telah berhasil teridenti­fikasi, langsung diserahkan un­tuk dimakamkan. Sama seperti sebelumnya, Eka bilang, jenazah Cici akan dibawa ke Palembang untuk dimakamkan. "Biasanya kan penyerahannya malam. Kemungkinan besar dibawa ke Palembang Sabtu pagi (24/11). Dari situ kita makamkan seperti umumnya pemakaman untuk keluarga yang mening­gal," ucapnya. ***   Sumber: rmol.co