Keren ! Hanya di Maluku, Sungai Alami yang Dindingnya Berkeramik

Sabtu, 03 September 2016

Bualbual.com - Bogor, Kehidupan warga di desa ini sepertinya paling unik di Indonesia. Betapa tidak, air sungai yang airnya bersih mengalih hingga ke depan rumah. Pemandangan menarik ini hanya ada di Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara, Pulau Seram, Maluku Tengah. Yang lebih keren lagi, dinding sungai sudah dipasang keramik. Sehingga sekilas sungai ini tak ubahnya seperti kolam renang. Karena tinggal di daerah yang dikelilingi air, warga Desa Sawaipun menggantungkan hidup mereka pada sungai ini. Kegiatan mandi, membersihkan pakaian, dan mencari rezeki pun bersumber dari sungai ini. Bentuk sungai ini lain daripada biasanya karena mengalir langsung di depan rumah warga. Keunikannya tidak berhenti sampai disitu. Sungai ini yang disebut Air Asinahu ini dulu terasa tawar. Namun sekarang, saat pasang datang, air laut pun masuk ke dalamnya.

Istimewa
Hebatnya lagi, air ini tetap jernih bebas kotoran dan sampah karena warga sangat menjaga kelestariannya. Berikut ini adalah keindahan Sungai Air Asinahu dan Desa Sawai: 1. Walau dipakai untuk mencuci, sungai tetap bersih dan jernih. 2. Keramiknya juga tetap bersih. 3. Warga Desa Sawai masing-masing menjaga kelestarian dan kebersihan sungai. Kampung Janda Suasana di Kampung Janda sepintas sama seperti kampung biasanya, banyak warga yang melakukan aktifitas di sekitar rumahnya. Namun saat siang hari, di Kampung Janda ini, aktifitas warganya lebih didominasi oleh para perempuan dan anak-anak. Ibu-ibu mengenakan daster, terlihat asyik mengobrol di warung, atau di depan rumah mereka. Sementara para suami dan anak laki-lakinya yang sudah besar, jarang terlihat karena sebagian besar sedang bekerja di galian pasir, di atas bukit. Beberapa, tidak memiliki suami karena suaminya meninggal, atau karena cerai. Kampung Panyarang di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor ini memang akrab disapa Kampung Janda oleh warga sekitar, karena banyak perempuannya yang menjadi janda. Usianya beragam, mulai dari 14 tahun hingga lanjut usia sekitar 60-70 tahun. "Di RT saya saja, dari 65 kepala keluarga (KK), ada sekitar 30 perempuan yang menjanda," kata Ketua RT 05, Ade Suryadi kepada TribunnewsBogor.com. Para perempuan itu, kata dia, menjanda akibat banyak hal, ada yang suaminya meninggal tertimbun galian pasir, atau meninggal karena penyakit. "Di kampung sini kan sekitar 80 persen warganya bekerja sebagai penambang galian di atas," ujarnya.
Ia menuturkan, beberapa tahun yang lalu pernah terjadi longsor di galian pasir sehingga menewaskan ratusan orang. "Nah makanya istri-istrinya pada menjanda, dan longsor yang menelan korban jiwa di sana bukan sekali dua kali saja," jelasnya. Selain itu, faktor nikah muda di kampung tersebut juga menjadi penyebab banyaknya perempuan yang menjanda. "Di sini ada yang umur 17 tahun sudah jadi janda dua kali, 12-14 sudah pada menikah dan jadi janda. Saya saja sudah punya cucu, padahal usia masih 30 tahunan," ujarnya sambil tertawa. Karena minimnya pendidikan, akhirnya para orang tua memutuskan untuk menikahkan anak perempuannya meski masih berusia dini. "Rata-rata di sini mah lulusan SD semua, jarang ke SMP. Mau sekolah SMP apalagi ke SMA jauh, cuma ada SD di sini. Makanya daripada bengong-bengong di rumah ya sudah nikahin saja," jelasnya. Kampung Janda atau Kampung Panyarang ini, masuk dalam kawasan RW 07, dan terdiri dari lima RT. "Rata-rata satu RT itu ada sekitar 60 KK, jadi satu RW ada sekitar 300 KK, saya nggak hafal jumlah pastinya," kata Ketua RW 07, M Endang Iskandar menambahkan. Wilayah RT 05 ini, kata dia, masuk wilayang Kampung Panyarang Lebak, karena lokasinya paling bawah. "Kalau di atas, RT 01-03 lebih banyak lagi jandanya. Karena semua warganya kerja di galian," kata dia. Tak hanya laki-lakinya yang bekerja sebagai penggali pasir dan pemecah batu, para perempuannya juga bekerja sebagai penyaring pasir.     (Tania Natalin/Vivi Febrianty)Tribunnewbogor.com