Kisah Alquran Berusia Hampir 1000 Tahun di Maluku Utara Indonesia

Jumat, 05 April 2019

BUALBUAL.com, Sebuah Alquran berusia hampir 1000 tahun ditemukan di Gotowasi, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara. Alquran yang berusia 986 tahun tersebut diketahui dibawa oleh Muhammad Al-Hannafi pada tahun 1033 masehi atau 426 hijriah.

Kini, kitab yang menjadi pedoman bagi umat muslim itu dijaga oleh salah satu keturunan Mataqena, Kolano Tidore ke-8.

Alquran yang memiliki panjang 40 sentimeter dengan lebar 20 sentimeter itu sudah terilihat lapuk termakan usia. Meski begitu, Yakub mengatakan pada tahun 1975, Alquran tersebut hendak dibeli oleh orang-orang Mesir saat berada di Hotel Nagoya, Batam. Harga yang ditawarkan pun fantastis, yakni Rp 190 miliar.

Namun Yakub, yang dipercayakan sebagai penjaga Alquran tersebut, menolak tawaran itu. Yakub mengatakan Alquran tertua ini adalah identitas. Sementara jika dijual, berapa pun jumlah uangnya, kata dia, suatu saat akan habis.

"Menurut pembeli saat itu, Alquran ini terbitan Babilonia," kata Yaqub. "Tetapi Alquran tetap hidup sepanjang kita menjaga dan mengamalkannya. Karena Alquran adalah tauhid kita," sambungnya.

H Yakub memperlihatkan Al-Quran tua dan silsila orang yang membawa Al-Quran. (Foto: Risman Rais/cermat)

Lelaki usia 80 tahun itu mengatakan ayahnya, sebelum meninggal pada 1970, berpesan agar Alquran itu dijaga. Yakub merupakan saudara kandung almarhum Ustaz Abjan Yahya, Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ternate.

"Jadi saya yang bertanggung jawab (menjaga)," kata Yakub.

Alquran yang kondisi kertasnya sudah lapuk itu pernah dibawa lari masuk ke hutan oleh warga Gotowasi saat Perjuangan Rakyat Semesta atau Permesta pada masa rezim Sukarno. Salah satu yang membawanya adalah ayah Yakub yang saat itu menjaga Alquran tersebut.

Yakub menceritakan sebagian kertas yang rusak pada Alquran tersebut karena terkena hujan dan sinar matahari selama dipersembunyian.

"Selain itu, ada juga warga yang merobek beberapa bagian kertasnya untuk dijadikan Lefo atau adjimat," ujar pria berusia 80 tahun itu.

Bagian dalam Al-Quran yang ditulis tangan (Foto: Risman Rais/cermat)

Untuk menjaga Alquran tersebut tetap awet dan tidak rusak, Yakub membuat sebuah tempat penyimpanan yang terbuat dari kayu dan diberi kunci gembok. "Sengaja saya buat begitu karena kertasnya gampang sobek kalau dipegang," katanya.

Senada, Kiemalaha--sebutan lokal untuk setara kepala kampung--Gotowasi, Rasid Ismat Abdul Rahim, mengatakan keberadaan Alquran ini membuat sebagian orang datang ke Gotowasi, misalnya yang berasal dari Jawa dan Arab. Mereka mengaku penasaran dengan wujud Alquran tersebut.

Sedangkan orang-orang yang berasal dari sekitar daratan Halmahera Timur seperti Maba, Wayamli, Bicoli, Patani, dan Weda, Rasid mengatakan biasanya berkunjung pada saat musim haji. Selain itu, mereka juga berziarah di makam keturunan Mataqena.

Menurut Rasid, pihak Kesultanan Tidore pernah meminta agar Alquran tersebut dibawa ke Keraton Kesultanan Tidore. Bahkan, sempat mengutus orang-orang kesultanan untuk datang mengambilnya, namun Alquran itu tidak bisa diangkat.

Rahmat Wali dan Muhlis Ibrahim (kemeja hitam) saat berkunjung ke rumah penjaga Quran tua. (Foto: Risman Rais/cermat)

Terkait peristiwa itu, Rasid mengatakan Sultan Tidore langsung datang ke lokasi. Setelah melihat keadaannya, Alquran tersebut akhirnya dibiarkan tersimpan di Gotowasi, lalu dibuatlah silsilah keturunan penjaga Alquran.

Selain Alquran itu, ada juga makam para keturunan Mataqena yang merupakan orang pertama yang dipercaya menjaganya dan sebuah sumur tua yang dibuatnya. Uniknya, rasa air sumur tua itu berbeda dengan sumur-sumur lainnya yang berada di Gotowasi yang terasa payau.

"Kecuali sumur yang dibuat oleh moyang (Mataqena) kami, rasanya tawar hingga saat ini," kata Rasid.

Sumber: Kumparan.com