Kisah Perjuangan Total Dokter Tirta dari Pejuang Corona COVID-19 Kini Bisa Jadi Korban

Sabtu, 28 Maret 2020

BUALBUAL,com - SALAH seorang dokter yang cukup vokal menyuarakan keprihatinan tenaga kesehatan, Dokter Tirta Mandira Hudhi dikabarkan mulai mengisolasi diri dan bed rest. Kabar ini sesuai dengan cuitannya di Twitter pada Sabtu (28/3/2020). Dalam cuitannya itu, Dokter Tirta menerangkan bahwa keputusannya itu diambil setelah dirinya mengalami kondisi kesehatan yang buruk. Ia mulai mengalami batuk dan gejala demam. "Saya memutuskan bedrest total dan mengunci diri saya sendiri. Saya sudah mulai batuk, gejala demam, ini day 1 (hari pertama). Jika sampai day 3 (hari ketiga) saya nggak baik-baik saja, saya terpaksa harus ke rumah sakit," katanya. Dalam keterangannya itu, Dokter Tirta juga menjelaskan bahwa alat pelindung diri (APD) telah ia fokuskan kirim ke luar pulau. "Tim saya yang akan bantu," tulisnya lagi.

dr tirta@tirta_hudhi

Saya memutuskan bedrest total, dan mengunci diri saya sendiri. Saya sudah mulai batuk, gejala demam, ini day 1. Jika sampe day 3 saya ga baik2 aja. Saya terpaksa harus ke rs.

Apd saya fokuskan send ke luar pulau. Tim saya yg akan bantu
17.1K people are talking about this
Ya, Dokter Tirta menjadi salah seorang tenaga kesehatan yang ikut menangani pandemi COVID-19 ini. Ia cukup vokal dalam menyuarakan ketersediaan APD yang sangat minim dan belum adanya langkah konkrit yang dilakukan pemerintah dalam membantu penanganan pandemi ini. Ia pun menjelaskan, walau dalam kondisi sakit, perjuangan tidak boleh berhenti. "Saya akan tetap update tiap hari dari semua media sosial saya mengenai pergerakan tim saya. Perjuangan nggak boleh berhenti," tegasnya. Dalam menghadapi kondisi kesehatan yang buruk, Dokter Tirta pun coba membuat skenario terburuk yang mungkin saja terjadi pada dirinya. Adalah jika hari ketiga tidak ada perbaikan, dia akan ke RSUD Kembangan. Meski begitu, ia berjanji akan tetap mengabarkan perkembangan kondisi kesehatannya. "Segala perkembangan fisik saya, akan saya kabari. Relax kawan. Tim dan kolega saya masih banyak," pungkasnya. Sebelumnya, Dokter Tirta menceritakan mengapa dirinya cukup vokal dalam menangani kasus COVID-19 ini. Hal itu bermula dari kabar Prof. Iwan Dwiprahasto yang merupakan guru besar farmakologi di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) terinfeksi COVID-19. "Setelah tahu kabar itu, saya mati-matian, saya nggak mau lihat temen saya, tenaga medis down, saya berjuang. Beli masker sendiri, cari APD sendiri, dan akhirnya saya diundang BNPB," tulisnya. Aksi Dokter Tirta melawan COVID-19 tak berhenti di situ. Ia kemudian mengoordinasikan semua sumbangan influencer lalu membuat program untuk membantu mengurangi rate infeksi COVID-19 di Jakarta dan Indonesia. Dia menegaskan bahwa di awal usahanya ini, semua berasal dari uangnya sendiri. Sampai akhirnya Kitabisa.com ikut membantu. Tidak sampai di situ, relawan pun mulai membantunya termasuk Fatur ex-Presma UGM melakukan pemasangan 1.000 desinfektan chamber di Jakarta, membagikan APD bagi teman-teman tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, memberikan nutrisi bagi tenaga medis, memberikan edukasi PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) ke masyarakat, dan memastikan amannya 'social distancing'. "Saya bergerak 14 sampai 15 jam sehari, bahkan kadang 20 jam. Capek, tapi saya semangat. Ini sumpah saya. Dam tiba-tiba saya mendengar Prof Iwan meninggal, saya nangis saat sesi wawancara di salah satu radio. Saya down. Mood saya berantakan. Karena beliaulah (Prof Iwan), saya bisa seperti ini," tuturnya.
dr tirta@tirta_hudhi

Gue lagi rehat sejenak. Maleman kliling lagi. Kenapa gue mati2 an? Gue akan crita dikit alesan gue skrng mati2 an mencegah penyebaran infeksi covid

35.9K people are talking about this
Setelah mendengar kabar itu, Dokter Tirta mendeklarasikan diri untuk melanjurkan 'legacy' Prof Iwan. Dia mengatakan akan membantu sebisanya. 100 atau 200 atau 300 rumah sakit. Mau sampai sakit, dia mengatakan tak peduli. Negara ini butuh bantuan. Dokter Tirta mengatakan, jika angka infeksi nggak bisa ditekan, Indonesia bisa krisis COVID-19 sampai Juni 2020. Ini bahaya, makanya satu-satunya cara, sambungnya, ya, menekan angka infeksi. Di sinilah peran relawan. Perlu Anda ketahui bahwa COVID-19 80 persen tergolong penyakit ringan dan 20% sisanya fatal. Tapi, penyakit ini mudah menyebar dan jujur karena sangat cepat, jumlah pasien bisa nggak sebanding dengan rumah sakitnya. "Selama angka infeksi tinggi, saya nggak akan berhenti berjuang. Terima kasih pada pihak yang telah membantu seperti Kitabisa.com dan Dompet Dhuafa sampai titik darah penghabisan saya akan melawan virus ini," terangnya. Dokter Tirta mengatakan, ini sudah sumpah dokter yang ia ucapkan. Perkara uang yang dikeluarkan, ia mengaku telah 'seattle'. Jika dirinya kenapa-kenapa, ia merasa tugasnya sudah selesai di dunia ini. "Ini perkara sumpah dokter yang saya ambil. Saya akan jaga kawan-kawan saya di garda depan IGD meski nyawa saya taruhannya," tegas Dokter Tirta yang juga pengusaha itu. Ia berpesan agar masyarakat tetap di rumah, yang tetap bekerja jaga asupan makanan dan hidup bersih dengan cuci tangan. Bagi Anda yang mampu berdonasilah. "Ini tugas bersama, bukan tugas negara," pungkasnya.
dr tirta@tirta_hudhi

Tetaplah semangat, biar efektif, saya skrng ke rumah sakit. sampai jumpa 7-14 hari lagi Semoga bisa lebih cepat Swabtest masih besok2. Saya masih baik2 aja. Jaya terus tenaga medis Indonesia.

4,753 people are talking about this
Kabar terbaru diketahui bahwa Dokter Tirta kini sudah masuk rumah sakit. Ia pun berharap bahwa kondisi tubuhnya segera membaik. Swab test baru akan dilakukan besok, Minggu (29/3). "Saya masih baik-baik saja. Jaya terus tenaga medis Indonesia," katanya. Sebelum dirawat di rumah sakit, Dokter Tirta menerangkan bahwa dirinya sempat mengirimkan APD ke RSUP Sardjito Yogyakarta dan RS Kramat 128. Sisanya akan dibantu JDN (Junior Doctor Network). "Jangan menyerah bosku semua," pungkas dia. Sumber: okezone.com