Kondisi Riska Pemain Voly Sekolah Pascaamputasi, Harus Jalani Kemoterapi 6 Kali di Jakarta

Rabu, 01 Juli 2020

Kondisi Riska Ramadila (17) pascaamputasi, kini masih berada di Jakarta untuk proses pengobatan metode kemoterapi selama 6 kali.(IST)

BUALBUAL.com - Masih ingat dengan Riska Ramadila? Olahragawan di SMAN 1 Lipat Kain Kampar Kiri yang mengalami tumor ganas di lutut. Kini kaki kanannya telah diamputasi di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, hingga kini dia didampingi keluarga masih harus menjalani proses kemoterapi di Jakarta pascaamputasi.

RISKA Ramadila (17), gadis belia yang merupakan pemain voli di sekolahnya, SMAN 1 Lipat Kain Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, ini telah menjalani proses amputasi. Tumor ganas yang menggerogoti lutut kaki kanannya terpaksa diangkat untuk menghindari penyebaran yang lebih luas lagi.

Pascaamputasi, Riska mesti menjalani ragam jadwal kemoterapi untuk mematikan sel tumor yang ada di kakinya. Saat ini dia telah menjalani langkah kemoterapi itu ketigakalinya sejak diamputasi pada Februari lalu, dan masih akan menjalani proses itu sampai 6 kali.

"Kami masih di Jakarta sejak difasilitasi oleh pihak Dandim dan Korem. Anak kami si Riska masih dalam jadwal langkah kemoterapi, pada tahap ini  Riska telah menjalani kemoterapinya ketigakalinya," kata paman Riska, Ulul Azmi, kepada Riaupos.co.

Kehidupan yang serbamahal di Jakarta menjadi masalah baru bagi keluarga Riska. Mereka yang total 8 orang terdiri dari adik Riska sebanyak 3 orang, ayah, ibu, paman dan istrinya mesti dihadapkan dengan serbamahalnya barang-barang harian untuk kebutuhan hidup, apalagi masa pandemi corona saat ini.

Biaya hidup yang terbilang besar di ibukota tersebut kian menjadi keluhan tersendiri, beruntung mereka sempat mendapatkan santunan setiap bulannya dari Yayasan Bakrie Amanah.

Karena pandemi corona ini, membuat mereka kesulitan untuk bolak-balik ke RSPAD dan untuk belanja sehari-hari dengan sistem online selama 3 bulan terahir ini.

"Biaya sehari-harinya untuk tranportasi dan biaya makan dikasih Rp7 juta sebulan sekali oleh Yayasan Bakrie Amanah. Kalau untuk biaya pengobatan selama ini ditanggung oleh BPJS KIS," ujar Ulul Azmi.

Dana segitulah yang dipergunakan mereka untuk ongkos bolak-balik ke rumah sakit. Saat ini Riska bersama anggota keluarganya itu tinggal di Menteng Atas, Setia Budi, Jakarta Selatan. Dan mesti ke RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat menggunakan transportasi online Go-car.

"Ongkos sekali berangkat bisa 100 ribu dalam seharinya, biasanya sebulan 4 sampai 6 kali," tuturnya.

Sesuai protokolnya, kemoterapi yang dijalani oleh Riska mesti dilakukan sekali sebulan, namun menjelang dimasukan obat kemoterapi mesti harus ada pengecekan darah 3 kali dulu dalam sebulan itu.

Ulum Azmi lantas bercerita, dulu pertama mereka berada di Jakarta selama 2 mingguan ada pendamping dari Dandim yang ikut, namun sekarang tidak ada lagi. Waktu itu, tepatnya sekitar dua bulan lalu mereka mengalami kesulitan juga untuk ngurus pindah Fasilitas Kesehatan (Faskes) BPJS-nya Riska, sebab paket rujukan yang pertama itu telah berakhir.

"Kemarin itu sudah kami urus ke kantor BPJS di Rayon Kecamatan Setia Budi ini, dan kami diminta datang juga ke pihak Disdukcapil untuk mengaktifkan nomor NIK KTP  Riska. Sekarang belum tahu, apakah sudah bisa dipakai atau belum, sebab pada paket untuk berobatnya itu sesuai berlakunya rujukan hanya per tiga bulan sekali. Dan pihak kami sudah 5 bulanan di Jakarta," jelasnya 

Untuk menggunakan paket berobat Riska pada tahap yang kedua ini, Ulul menjelaskan bahwa kemarin mereka minta bantu ke pihak Yayasan Bakrie Amanah, untuk mengakalinya yaitu dengan membawa Riska menggunakan mobil ambulans dan datang ke Puskesmas yang ada di Kecamatan Setia Budi.

Selanjutnya pihak Puskesmas memberikan rujukan ke RS Angkatan Laut, dari situlah baru Riska bisa lagi untuk  masuk dan berobat di RSPAD Gatot Subroto. Namun pada surat rujukan yang tahap kedua ini, akan habis kembali masa berlakunya di Juli ini.

"Mudah-mudahan untuk paket berobat yang ketiga ini sudah bisa menggunakan BPJS-nya lagi. Itulah kesulitan yang kami alami," tuturnya.

Lantas sewaktu surat rujukan pada paket yang pertama itu habis masa berlakunya, keluarga Riska sempat melakukan pembiayan tunai selama 4 kali berobat, karena pada masa itu belum dapat celah untuk ngakali cara untuk mendapatkan surat rujukan yang kedua ini.

"Kalau tidak ada halangan,  untuk kemoterapinya akan selesai pada September. Insya Allah, sehingga kami bisa kembali ke Riau," ungkapnya.

Keluarga Riska berharap, untuk bisa kembali dibantu lagi oleh pihak Dandim dan Korem untuk kepulangan Riska ke Riau, sebab keberangkatan Riska untuk ke Jakarta ini pihak mereka yang memfasilitasi dan mengevakuasinya hingga Riska bisa sampai ke Jakarta untuk berobat.

"Kami tentu sangat berterima kasih," ujarnya.

Mereka berharap juga nantinya  pihak Yayasan Bakrie Amanah atau pun pihak Dandim Kampar dan Danrem Riau bisa membantu untuk fasilitas kaki palsu buat Riska setelah selesai kemoterapinya.  Riska sangat berharap bisa segera pulang ke Pekanbaru sudah dengan memakai kaki palsunya.

"Sebab waktu itu Riska telah dijanjikan itu," ungkap Ulul Azmi.