LAMR Datuk Sirajo Dinardin. Kordias Harus Hargai Adat Melayu Kalau Tak Ingin Diusir dari Riau

Sabtu, 04 November 2017

bualbual.com, Ratusan masyarakat mendatangi Balai Lembaga Adat Melayu Riau, Jalan Diponegoro Pekanbaru, Sabtu (4/11/2017). Kedatangan masyarakat yang mengatasnamakan anak kemenakan dan tokoh adat Kuantan Singingi ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasinya terkait kasus perselisihan antara Kordias Pasaribu dan Suhardiman Amby. Dalam pernyataan sikapnya, pemuka adat dan anak kemenakan adat Kuansing ini menyebutkan bahwa Suhardiman Amby adalah datuk masyarakat Kuansing dengan gelar Datuk Panglima Dalam. "Karena Suhardiman Amby adalah datuk adat kami, maka kami tidak ingin Suhardiman Amby itu direndahkan. Karena, kalau beliau direndahkan, berarti merendahkan kami juga," ujar juru bicara tokoh adat Kuansing, Datuk Sirajo Dinardin. Dilanjutkannya, masyarakat meminta Lembaga Adat Melaya Riau segera mengambil sikap terkait perseteruan Kordias Pasaribu yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan dengan Suhardiman Amby. "Kita minta lembaga adat Melayu Riau memanggil Kordias Pasaribu agar diberi tunjuk ajar Melayu. Kalau iatak bisa mengikuti adat Melayu, kita minta ia diberikan sanksi termasuk sanksi paling berat, pengusiran dari Riau," ujarnya. Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Riau, Syahril Abubakar mengungkapkan takjubnya atas kekompakan masyarakat adat memperjuangkan marwah Melayu ini. "Baru kali ini lembaga adat ini didatangi ramai anak kemenakan untuk memperjuangkan marwahnya sebagai anak Melayu. Dan karenanya, aspirasi tokoh adat dan anak kemenakan kita dari Kuansing akan menjadi perhatian serius bagi kita," ujar Syahril. Al Azhar: Rabu Depan, Kita Sudah Buat Sikap Sementara Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu Riau, Al Azhar menyebutkan bahwa persoalan antara Kordias dan Suhardiman Amby akan diputuskan hari Rabu (8/11/2017) mendatang. Keputusan tersebut adalah keputusan adat yang pastinya untuk kemenangan marwah Melayu. "Kita sudah panggil Kordias dan Suhardiman. Termasuk juga Muhammad Arfah yang menjadi saksi atas kejadian perselisihan Kordias dan Suhardiman. Setelah ini, kita tak akan panggil-panggil orang lagi. Kita langsung buat sikap yang Insya Allah kita umumkan hari Rabu depan," kata Al Azhar di hadapan ratusan masyarakat Kuansing yang mendatangi Lembaga Adat Melayu Riau, Sabtu (4/11/2017). Dilanjutkan Al Azhar, dalam mengambil sikap terkait kasus ini, Lembaga Adat Melayu Riau juga mendapatkan dukungan dari lembaga adat kabupaten/kota se-Riau. "Bahkan ada yang menyampaikan dukungannya dengan menyebutkan kalaulah berperang itu bukanlah orang Kuansing saja, tapi dari lembaga adat kabupaten lain pun akan membantu," tegasnya. Diberitakan sebelumnya, diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua DPRD Riau, Kordias Pasaribu dan anggota DPRD Riau Suhardiman Amby berseteru di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Hal ini dibenarkan Suhardiman Amby. Ia mengatakan bermula saat beberapa anggota DPRD Riau ditugaskan untuk berangkat ke Jakarta, Senin (20/10/2017). Rombongan terdiri dari Kordias Pasaribu, Suhardiman Amby, Erizal Muluk, Ade Agus Hartanto, M.Arpah dan Adrian. "Jadi pas panggilan terakhir untuk masuk pesawat, pas dia mau lewat saya bilang jangan terlalu tempramen, setelah itu dia marah-marah pakai kata-kata kau kau. Saya tanya eh ada apa? Kemudian langsung dia lemparkan gelas ke lantai, dan hampir mengenai saya," terang Suhardiman Amby yang akrab di sapa Datuk ini, Selasa (31/10/2017). Datuk merasa harga dirinya diinjak-injak karena perbuatan Kordias tersebut. Ia merasa apa dilontarkan Kordias tersebut merendahkan martabat dia sebagai orang Melayu. Ia mengaku tidak gentar Kordias menantangnya berkelahi. Ia berprinsip kalau ditantang ia takkan munduri. "Setapakpun takkan lari saya melawan dia. Seharusnya sebagai pimpinan DPRD dia tidak melakukan cara-cara yang tidak baik," ujarnya. Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Riau, Kordias Pasaribu, membantah semua tuduhan Suhardiman Ambi itu. Menurutnya Suhardiman membalikkan fakta. Apa yang disampaikan ke media tidak sesuai dengan fakta kejadian. "Sebenarnya saya tidak ingin menanggapi persoalan ini, tapi karena dia (Suhardiman) menyebarkan ini ke media, maka saya perlu klarifikasi. Kejadian ini berawal dari percakapan di Grup WhatsApp (WA) DPRD Riau," ungkap Kordias. Dalam percakapan di grup WA itu, sambungnya, Suhardiman acap kali memposting meme ataupun pernyataan yang merendahkan pimpinan partai dan parpol, terutama PDIP. "Ia sudah saya ingatkan, jangan memposting hal-hal yang merendahkan sesama anggota ataupun pimpinan partai. Karena saya punya prinsip, kalau sudah masuk ke DPRD ini tidak ada perbedaan warna, kita sudah keluarga, tapi dia tetap memposting meme yang tak pantas," jelasnya. Tak hanya melecehkan partai, kata Kordias, Suhardiman juga pernah memposting video tak elok di grup WhatsApp tersebut. "Semua buktinya ada di hape saya, ini gak pantas, makanya saya ingatkan. Kemarin saya memimpin Banmus juga sudah saya sampaikan ini, tapi dia (Suhardiman) tidak ada disana," cetusnya. Puncaknya saat sejumlah anggota DPRD berada di VIP lancang kuning dimana kedua orang yang berseteru ini bertemu. "Awalnya biasa saja, pas waktu panggilan boarding saya imbau kawan-kawan untuk bersiap. Tiba-tiba dari kejauhan Suhardiman berteriak, ketua turunkanlah tensi di Banmus tu, saya lalu tanya mengapa memangnya? Diapun langsung bereaksi," ucapnya. Kordias membantah ia melecehkan orang Melayu," Tidak ada saya lecehkan sebagaimana tudingan Suhardiman," tegasnya.(Alzal/CLC)