Mantan Atlet Tati Sumirah, Pelajaran dari Kartini Bulutangkis yang Terlupakan

Jumat, 21 April 2017

Bualbual.com,- Menjadi atlet di Indonesia tak selalu menjadi menjamin hidup nyaman dan berkecukupan di usia senja. Seiring dengan kepudaran popularitas dan bertambahnya usia, tak jarang sang atlet tersebut kemudian terlupakan. Itulah dirasakan Tati Sumirah, pahlawan bulutangkis yang ikut menyumbang Piala Uber pertama untuk Indonesia pada 1975.

Masih segar dalam ingatan Tati Sumirah suasana gegap gempita di Istora Senayan penuh dengan penonton yang mendukung dirinya dan kawan-kawan. Indonesia selangkah lagi mencetak sejarah di Piala Uber. Pada partai final, tim Indonesia meladeni Jepang dengan menurunkan Minarni, Utami Dewi, Imelda Wiguna, Theresia Widiastuti, Regina Masli, dan Tati Sumirah. Tati turun pada nomor tunggal putri. "Saya sebenarnya orangnya pemalu. Akan tetapi, ketika itu dukungan penonton berupa teriakan dan tepuk tangan membuat saya semakin bersemangat. Saya bermain seperti kesetanan," kata Tati ketika menerima kunjungan Bola.com di kediamannya di daerah Waru Doyong, Buaran, Jakarta Timur beberapa waktu lalu. Dukungan all out penonton penonton Indonesia terbukti tak sia-sia. Tati Sumirah yang turun sebagai tunggal kedua berhasil mengalahkan tunggal ketiga Jepang, Atsuko Tokuda. Atsuko tak mampu mengimbangi permainan agresif Tati, sekaligus terintimidasi oleh berisiknya penonton di Istora. Tati Sumirah menang 11-5, 11-2. Dia berhasil menyamakan kedudukan setelah Indonesia tertinggal karena kekalahan Theresia Widiastuti kalah dari Hiroe Yuki. Malam itu Indonesia akhirnya berhasil mengalahkan Jepang dengan skor 5-2 sekaligus merengkuh Piala Uber untuk kali pertama sepanjang sejarah. "Setelah dipastikan menang, saya sendiri masih tidak percaya. Bengong dan rasanya seperti mimpi. Akhirnya saya dipeluk dan diarak keliling lapangan di Istora," kenang Tati yang lahir di Jakarta pada 9 Februari, 65 tahun silam itu. Berkat prestasi prestisius tersebut, Tati mendapatkan hadiah uang senilai satu juta rupiah. Jumlah yang cukup besar untuk seorang dara berusia 23 tahun pada tahun itu. Uang tersebut digunakan Tati untuk membeli sepeda motor, barang yang pada masa itu sangat bergengsi di kalangan atlet pelanas. Sisa uangnya kemudian diberikan Tati kepada orangtua untuk digunakan keperluan sehari-hari. "Dikasih uang dari Encang Harto (Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto) satu juta rupiah. Waktu itu uangnya saya belikan Vespa baru, yang lama saya jual dan beli jenis yang lebih bagus," kenang Tati. "Soalnya waktu itu hanya atlet bulutangkis yang gaya hidupnya lebih terpandang dibanding atlet lain. Apalagi motor Vespa pada zaman itu gengsinya lumayan," tambahnya. Juara Piala Uber 1975 merupakan klimaks karier Tati Sumirah di bulutangkis. Sebelumnya, Tati sudah mencicipi prestasi menjadi runner up pada Piala Uber 1972, peringkat 2 Kejuaraan Invitasi Dunia di Jakarta pada 1974, dan mempersembahkan medali perak beregu putri pada Asian Games 1974 di Teheran, Iran.(Bola.c)