Melihat Kisaha Uripah Janda yang Tak Dapat Bantuan Pemerintah Saat Pandemi

Selasa, 12 Mei 2020

Foto: Uripah janda di Pekalongan ini butuh uluran tangan saat pandemi Corona (Robby/detikcom)

BUALBUAL.com - Masa pandemi virus Corona atau COVID-19 banyak memukul penghasilan warga pekerja harian. Tak terkecuali Uripah (52), buruh colet batik ini kini dirumahkan tanpa upah maupun bantuan dari pemerintah.

Warga RT 03 RW 01 Kelurahan Tirto, Kecamatan Pekalongan Barat, masa pandemi ini membuatnya gigit jari. Jangankan bantuan program keluarga harapan (PKH), bantuan pangan non-tunai (BPNT), bahkan bantuan warga terdampak seperti bantuan sosial tunai (BST) dan jaring pengaman sosial (JPS) saja dirinya tidak menerima.

"Setiap hari nyolet batik. Iya buruh batik. Ya dapat 10 ribu- 20 ribu buat makan," kata Uripah saat ditemui detikcom di rumahnya, Senin (11/5/2020).

tampak lapuk bahkan sudah miring dimakan usia. Tak hanya itu, kondisi itu kian diperparah dengan meluapnya Sungai Bremi yang berada di timur rumahnya.

Baru akan masuk ke rumahnya sudah terlihat hijaunya lumut tepat di depan teras rumah Uripah. Aroma tak sedap dari Sungai Bremi pun terasa menyengat karena jaraknya hanya terpisah jalan kecil dari rumah. Masalah genangan Sungai Bremi ini memang menjadi 'PR' yang tak kunjung diselesaikan Pemkot Pekalongan.

"Sejak kondisinya seperti ini (pandemi Corona), tempat kerja tutup," tambahnya.

Foto: Teras rumah Uripah janda di Pekalongan (Robby/detikcom)

Ibu tiga anak itu menuturkan, dua anaknya merantau ke Jakarta untuk mencari nafkah. Dia pun maklum kedua buah hatinya itu tidak bisa mengiriminya uang karena juga harus berjuang di Ibu Kota. Demikian pula seorang anaknya yang kini tinggal tak lagi serumah dengannya.

"Ya sedikit bantuan dari anak untuk makan, cukup tidak cukup. Terkadang dari bantuan orang lain juga," katanya.

Uripah pun menggeleng ketika ditanya soal bantuan yang dia terima. Dengan suara lirih, Uripah menyampaikan harapannya agar bisa terdaftar sebagai penerima bantuan.

"Tidak dapat. Penginnya sih dapat, apalagi kan sudah nggak kerja lagi," tuturnya.

Janda yang suaminya meninggal karena kecelakaan lima tahun lalu itu, juga tidak bisa tidur tenang jika malam hari. Sebab, luapan air Sugnai Bremi kerap nyelonong masuk ke rumahnya, terutama saat hujan deras. Air bahkan menggenangi rumahnya yang sederhana itu.

"Kalau hujan air masuk. Kalau rob, air masuk segini (menunjukkan lututnya), luapan dari sungai juga," terangnya.

Namun, Uripah tak sendiri. Di RT tempatnya tinggal ternyata masih ada banyak warga yang juga tidak menerima bantuan meski pandemi Corona ini. Ketua RT 03/RW 01 Triono mengaku telah mendata semua warganya yang layak diajukan sebagai penerima bantuan. 

"Saat pihak kelurahan memerintahkan untuk mendata, saya data semuanya, Namun yang ini seperti Mak Uripah belum mendapatkannya," kata Triono.

Triono menyebut pihaknya memang bertugas melakukan pendataan. Dari wilayahnya tercatat ada 86 warga yang diajukan sebagai penerima bantuan di masa pandemi Corona ini.

"Warga terdampak yang kami data kemarin ada 86 warga dan sudah diajukan ke kelurahan dan hari ini yang mendapatkan BST dan JPS hanya ada 26," jelas Triono.

Sementara itu, Wali Kota Pekalongan, Saelany Mahfud sebelumnya mengklaim proses pelaksanaan pemberian bantuan berjalan lancar. Dia menyebut pendataan maupun distribusi bantuan itu juga menjadi tanggung jawab RT.

"Tetapi bila kita bicara siapa yang dapat dan siapa yang tidak, ini menjadi masalah besar. Karena data yang tahu pertama semestinya RT," katanya.

Dia pun berharap warga yang mampu memiliki kesadaran untuk berbagi. "Jika tidak berhak ya jangan dikembalikan tapi diberi ke yang berhak. Berikan pada tetangga-tetangga kita yang betul-betul terdampak tapi tidak terdata," harapnya.