Membaca Duet Syam-Edy di Pilgubri 'Hanya Bisa Dibedakan tapi Sama Sekali tak Bisa Dipisahkan'

Sabtu, 11 Februari 2023

BUALBUAL.com - MASIH terlalu pagi bicara masa depan duet Syamsuar-Edy Natar Nasution (Gubri-Wagubri periode 2019-2024). Proses pemilihan Gubri-Wagubri baru akan dimulai tahun depan pasca pemilu legislatif 14 Februari 2024.

Setelah Pileg-lah nanti baru pentahapannya berproses secara resmi dan baru akan ketahuan “jantan-betinanya”.

Sekarang semua insan politik “siaga 1” berebut kursi perwakilan dan memenangkan pemilu legislatif.

Namun duet Syam-Edy menarik untuk kita baca, karena di sana ada potensi ambiguitas. Di pemerintahan, mereka berdua merupakan duet yang solid bergandengan tangan di pucuk pimpinan, menerajui negeri. Mereka berdua ibarat dua sisi sebuah koin, hanya bisa dibedakan tapi sama sekali tak bisa dipisahkan. Bagi seorang perwira tinggi TNI, loyalitas kepada pimpinan adalah harga mati. Karakter itu melekat kuat pada diri Wagub Edy Natar Nasution, dan pimpinannya adalah Gubernur Syamsuar.

Namun demikian secara kepartaian keduanya beda bendera. Syamsuar adalah Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Riau, sementara Edy Natar Nasution adalah Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem Provinsi Riau.

Masing-masing pastilah berikhtiar sedaya upaya memenangkan partainya, berebut kursi perwakilan sebanyak-banyaknya, dan sejadi-jadinya. Menariknya, terbuka kemungkinan, duet ini akan bertarung satu sama lain, sebagai calon anggota DPR-RI, bahkan gelagatnya, mereka akan bertanding dalam dapil yang sama, yakni Dapil Riau-1. Wajar, karena basis pemilih tradisional Syamsuar adalah Siak dan Rokan Hilir, sementara basis pemilih tradisional Edy Natar Nasution adalah Rokan Hulu dan Bengkalis. Bukankah keempat kabupaten tersebut masuk dalam Dapil Riau-1 untuk pemilihan anggota DPR-RI?

Panggung politik lokal Riau kelihatannya akan semakin seksi andai benar keduanya maju sebagai Caleg DPR-RI. Bila itu terjadi, maka duet ini harus sama-sama meletakkan jabatan, turun dari singgasana Gubri-Wagubri terhitung tanggal 1 Agustus 2023, atau saat penetapan DCT (Daftar Calon Tetap) oleh KPU. Berarti mereka akan bertempur berebut panggung, tak lagi sebagai atasan-bawahan, tapi sesama Calon Anggota DPR -RI. Apa yang akan terjadi, terjadilah. Urusan terpilih atau tak terpilih itu masalah lain.

Andai kedua tokoh ini terpilih sebagai Anggota DPR-RI, keduanya tentu memiliki posisi tawar yang kuat untuk kembali berduet, tepuk dada tanya selera. Atau kemungkinan lain, masing-masing akan maju cagub-cawagub dengan pasangan duet berbeda. Andai salah satu menang, atau kedua-duanya kalah dalam pileg, maka duet Syam-Edy akan berakhir, atau setidak-tidaknya bila duet ini ingin dipersatukan juga, tentu perlu lobi-lobi tingkat tinggi. Ketiga skenario hasil pileg ini semuanya memiliki “jebakan Batman” bagi Syam-Edy.

Pilihan jalur yang agak sunyi, duet Syam-Edy pilih tak maju sebagai caleg DPR-RI. Namun, duet ini akan diberhentikan serentak pada awal Desember 2023 sesuai ketentuan peraturan perundangan yang mengatur tentang Pilkada serentak. Untuk selanjutnya Provinsi Riau akan dipimpin oleh seorang Penjabat Gubernur yang diusulkan oleh DPRD Riau kepada Presiden melalui Mendagri. Penjabat Gubernur akan memimpin sampai Gubernur-Wakil Gubernur terpilih hasil pilkada serentak dilantik secara resmi, pada akhir 2024.

Ketika duet Syam-Edy diberhentikan, maka mereka akan kehilangan panggung. Memang masih ada posisi Ketua DPD Partai Golkar Riau untuk Syamsuar, dan posisi Ketua Dewan Pakar Nasdem Riau untuk Edy Natar Nasution, artinya, mereka pasti ditugaskan partainya masing-masing sebagai jurkam, tapi panggung itu bukan lagi milik mereka. Dan langkah-langkah pemanasan yang masing-masing dilakukan oleh Syamsuar dan Edy Natar Nasution dalam beberapa bulan terakhir ini pasti akan terasa “kurang garam”. Posisi tawar mereka tak akan sekuat ketika mereka tampil sebagai Caleg DPR-RI (apalagi mereka menang dalam pileg).

Dinamika politik lokal pasca pileg dan pilpres 14 Februari 2024 pasti beda. Ada yang “duduk” ada yang “terduduk”. Ada politisi yang tampil brilian ada yang tenggelam tak kuat menantang badai. Wajah politik lokal pasca pemilu legislatif dan pilpres, agak sulit dibaca karena memiliki banyak variabel. Bila Syam-Edy kalah dalam pileg, maka pilkada pada 2024 akan tinggal mimpi, tapi bila mereka menang, maka pilkada 2024 menjadi kaji menurun. Bahkan terbuka peluang menduduki Menteri Kabinet, bila presiden yang mereka usung menang Pilpres.

Maka Syam-Edy harus membaca dan menghitung dengan cermat langkah-langkah yang akan diambil dalam beberapa pekan ini, karena akan menentukan peluang di 2024. Hari esok ditentukan hari ini. “Tomorrow is Today”, kata penyanyi Billy Joel.