Mengapa? Shalat Rajin, Tapi Tetap Bermaksiat!

Selasa, 28 Mei 2019

BUALBUAL.com - Dalam kehidupan manusia banyak sekali aturan-aturan yang mengikat diri manusia itu sendiri sehingga aturan- aturan itu sangatlah diyakini oleh mereka bisa memberikan pengaruh pada dirinya. Bahkan secara umum, dunia ini terdapat berbagai macam agama dengan berbagai macam ritual keagamaan yang mereka yakini sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Dan seluruh orang beragama tentu sangat meyakini bahwa ritual agama yang mereka selenggarakan akan mendatangkan dampak positif di tengah-tengah kehidupan mereka. Nah, dalam agama Islam ada sebuah ibadah yang sangat penting dalam kehidupan pemeluknya, yakni ibadah Shalat yang di yakini ibadah ini sebagai sebuah wadah untuk bertemu dengan Rabb-Nya dan wadah untuk mengadukan segala hal ikhwal kehidupan yang sedang mereka jalani serta wadah sebagai agent of change dalam kehidupan mereka. Shalat jika ditinjau dari sisi bahasa maknanya adalah berdo’a, dan dari lain pengertian bisa juga bermakna mengagungkan. Sedangkan menurut Hasbi Ash-Siddieqy Shalat ialah beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Shalat juga merupakan amal yang sangat penting bagi ummat islam, sebab ketika di yaumil hisab kelak, amal yang pertama di hitung ialah ibadah shalat. Sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasam عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ عَزَّ وَجَلَّ : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا ) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ (، وَقَالَ :( حَدِيثٌ حَسَنٌ ) Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih. Melalui hadis ini Rasulullah menjelaskan begitu berpengaruhnya ibadah shalat terhadap ibadah-ibadah yang lain dan juga terhadap nasib umat islam ketika di akherat kelak. Sebab, jika shalatnya lulus ditahap pengecekan,maka amal yang lainpun ikut lulus pula. Namun, jika tak lulus ditahap itu maka amal yang lainpun ikut tak lulus pula. Demikianlah sedikit gambaran tentang makna dan substansi dari ibadah shalat. Namun melaui tulisan ini sesungguhnya bukan hal itu yang ingin penulis kaji lebih dalam. Akan tetapi bagaimana agar kita selaku umat yang mengaku beriman kepada Allah, kemudian melaksanakan ibadah shalat dan mampu mengiplementasikan makna dari ibadah shalat itu sendiri dalam keseharian kita dengan tujuan agar shalat yang kita kerjakan itu tidak sia-sia, tetapi justru mendatangkan nilai plus yang bisa merubah perangai dan prilaku orang yang mengerjakannya. Berangkat dari firman Allah dalam surah al-Ankabut ayat 45 :         “Sesungguhnya Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” jika memang dikatakan bahwa dengan shalat bisa mencegah dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar, tetapi mengapa banyak orang yang mengerjakan ibadah shalat, namun maksiat tetap ia kerjakan. Ia masih berucap dusta, mencuri, berzina, minum khamar dan lain sebagainya.? Dengan kata lain shalat yang ia kerjakan tak mampu membentengi dirinya dari maksiat. Ada apa dan mengapa? Sejatinya, setiap kita tahu bahwa shalat itu mestilah dikerjakan dan disetai dengan ilmu sebagai penopang ketika kita berhadapan dengan Sang Khalik. Namun, tidak setiap kita memiliki pengetahuan yang dalam terkait dengan ilmu tentang ibadah shalat itu sendiri. Sehingga dalam prakteknya terkadang kita merasakan bahwa shalat itu hanyalah sebuah kewajiban yang mesti dikerjakan dan setelah selesai dikerjakan maka kita merasa lega karena kewajiban kita telah gugur. Padahal sesungguhnya setiap gerakan, ucapan didalam shalat itu tersirat banyak makna yang bisa merubah perangai dan tingkah laku kita dalam keseharian. Di dalam ibadah shalat, terdapat 13 rukun, kemudian 13 rukun ini terbagi pula ke dalam 3 rukun, yang pertama di sebut dengan rukun qauli (ucapan). Jadi, semua ucapan didalam shalat yang termasuk kedalam rukun yang 13 merupakan bagian dari rukun qauli. Salah satunya ialah membaca surat al-Fatihah. Rukun qauli ini takluk kepada sifat Allah yaitu sama’(mendengar). Apa maknanya? Ketika kita membaca al-Fatihah jika kita faham dengan pengetahuan ini, maka kita sadar bahwa saat itu Allah sedang mendengarkan bacaan kita. Yang kedua, disebut dengan rukun fi’li (perbuatan). Semua perbuatan didalam shalat yang termasuk kedalam rukun 13 merupakan bagian dari rukun fi’li. Dan rukun fi’li ini takluk kepada sifat Allah yaitu Bashar (melihat). Perbuatan dalam shalat seperti ruku’, sujud’, duduk diantara dua sujud dan lain sebagainya merupakan bagian dari rukun fi’li. Maknanya adalah ketika kita sedang melaksanakan rukun fi’li ini maka pada waktu itu Allah sedang melihat apa yang kita lakukan. Maka bagi orang yang punya pengetahuan tentang ini tentulah didalam ia melaksanakan ruku’, sujud, dilaksanakan dengan khusyuk kerena ia tahu bahwa Allah maha melihat apa yang sedang ia lakukan, Dan yang ketiga, rukun qalbi (hati), yang termasuk kedalam rukun ini ialah niat. Takluknya rukun qalbi ini kepada sifat Allah yaitu ‘ilmu. Maknanya apa yang ada di dalam hati kita maka Allah Maha Mengetahui. Kalaulah didalam ibadah shalat Allah maha Mendengar apa yang kita ucapkan, Maha Melihat apa yang kita kerjakan dan Maha Mengetahui apa yang ada didalam hati kita. Maka logikanya jika di dalam shalat saja Allah melihat, Mendengar dan Mengetahui, maka ketika di luar ibadah solat pun tentulah Allah juga Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha mengetahui segala-nya. Jika manusia paham akan hal ini, pastilah shalatnya akan memberikan pengaruh dan bisa di implementasikan dalam kesehariannya. Inilah hal pokok yang mesti di ketahui oleh setiap manusia yang mengaku umat islam agar shalatnya tidak sia-sia belaka, tapi justru bisa merubah perangai dan membentenginya dari maksiat. Wallahu ‘a’lam bisshawab Penulis: Jafri