Ilustrasi/AI pulau Burung kabupaten Indragiri hilir
BUALBUAL.com - Tak banyak yang tahu, Desa Pulau Burung yang kini dikenal sebagai sentra kelapa terbesar di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, berawal dari sebuah pulau kecil yang dulunya ramai dihuni berbagai jenis burung.
Nama "Pulau Burung" sendiri konon berasal dari fenomena alam di masa lampau. Setiap pagi dan sore, ribuan burung beterbangan dan hinggap di pulau yang kala itu dikenal warga sebagai Pulau Adranan. Seiring waktu, masyarakat mulai menyebut kawasan tersebut sebagai Pulau Burung — nama yang kemudian diresmikan sebagai identitas desa.
Sebelum tahun 2001, Desa Pulau Burung masih berada di bawah administrasi Kecamatan Kateman. Namun, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan pelayanan pemerintahan yang lebih dekat, pemerintah memekarkan wilayah ini menjadi Kecamatan Pulau Burung pada 26 Mei 2001.
Transformasi desa ini kian pesat saat perusahaan perkebunan kelapa, PT Riau State United Plantation (RSUP), masuk ke wilayah tersebut pada era 1980-an. Melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) transmigrasi, ribuan keluarga dari berbagai daerah — seperti Melayu, Bugis, Banjar, dan Jawa — datang dan membentuk komunitas baru di atas lahan gambut yang luas.
Kini, Desa Pulau Burung membentang seluas ±14.000 hektare dengan populasi lebih dari 11 ribu jiwa. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup dari sektor perkebunan kelapa hibrida dan kelapa dalam yang menjadi andalan ekonomi lokal.
Selain sebagai sentra kelapa, desa ini juga mulai menggeliat di sektor pariwisata. Lanskap perkebunan kelapa yang tersusun rapi di atas kanal-kanal gambut menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin merasakan atmosfer pedesaan unik khas Pulau Burung.
Namun demikian, tantangan masih membayangi. Akses transportasi yang terbatas, ketergantungan pada moda air, serta risiko subsiden lahan gambut menjadi perhatian bersama. Pemerintah daerah pun terus berupaya meningkatkan konektivitas lewat pembangunan pelabuhan penyeberangan roro dan perbaikan infrastruktur jalan.
Seiring perjalanan waktu, Desa Pulau Burung tidak hanya mencatatkan sejarah sebagai penghasil kelapa, tetapi juga sebagai contoh nyata kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam membangun kawasan terpencil menjadi motor penggerak ekonomi daerah.