Menteri Bambang Akui Pertumbuhan Ekonomi RI Tak Sesuai Harapan

Kamis, 22 November 2018

Bualbual.com, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh stagnan di angka 5 persen, tidak sejalan dengan rencana awal Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang menginginkan ekonomi tumbuh di angka 7 persen. Bambang mengatakan, pada saat awal ada semangat optimisme dari pemerintah bahwa ekonomi akan lebih tinggi dari 5 persen. Namun, kenyataannya memang tidak sesuai harapan. "Tapi kondisi global dan Indonesia sendiri yang membuat kita tidak bisa tumbuh di atas 5 persen," ujar Bambang di acara seminar Legacy Talk bertajuk 'Memaksimalkan Potensi Sumber Daya Indonesia, serta Membangun dan mengembangkan Peluang Ekonomi dan Bisnis', di Jakarta, Kamis 22 November 2018. Ia menguraikan, banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Pola ekonomi seperti harga komoditas disebut juga menjadi faktor penentu yang menyebabkan perbedaan ekonomi pada 2010, 2012, dengan 2014. "Komoditas itu umurnya pendek, makanya kita tidak bisa tumbuh segitu. 2013 adalah akhir dari commodity booming, puncaknya adalah 2014, 2015, sehingga mulai sulit, dan sekarang tumbuh lebih rendah di 5 persen," ujarnya. Kondisi ini, lanjut dia, akan terus berlangsung karena Indonesia belum serius mengerjakan pekerjaan rumah terbesarnya yaitu industrialisasi. Indonesia dinilai tidak bisa hanya bergantung dengan sumber daya alam, sebab harganya tidak pernah stabil. "Ini berlangsung terus (ekonomi tumbuh 5 persen) karena kita belum melakukan PR besar, yaitu industrialisasi. Harga natural resources(sumber daya alam) tidak pernah stabil, kalau yang stabil hanya manufaktur," kata mantan menteri keuangan ini. Bambang juga mengkritik bahwa Indonesia bukan yang terbesar di sektor batu bara, namun ekspornya merupakan yang paling besar. Hal ini juga memicu munculnya tendensi sektor pertambangan disebut over eksploitasi. Dengan demikian, tegas Bambang, sektor manufakur atau industrialisasi menjadi PR besar bagi Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Ketimbang hanya berharap kepada komoditas seperti minyak, gas bumi, dan tambang. "Karena kita terbuai batu bara dan sawit, industri ini tidak ada yang mengembangkan. Padahal negara yang besar adalah besar di industrialisasi, manufaktur," katanya. Editor: BBC | Sumber : VIVA.co.id