Moeldoko Cerita Suasana Sidang Kabinet Sebelum dan Sesudah Presiden Memarahi Menteri

Kamis, 02 Juli 2020

BUALBUAL.com - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menceritakan suasana para sidang kabinet sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) datang dan marah di depan para pembantunya, pada Kamis (18/6) lalu. Dia mengungkapkan, para menteri biasa saja dan tidak tegang.

"Ya biasa kita sidang kabinet adalah sidang yang terjadwal, suasana biasa mengikuti kegiatan, jadi biasa kondisinya tidak ada yang spesial," kata Moeldoko saat live dalam program Ruang Merdeka bersama merdeka.com, Kamis (2/6).

Moeldoko menyebut, bahwa sejak pandemi melanda, Presiden rutin menggelar rapat bersama pembantunya. Jadi, para menteri tidak dalam suasana deg-degan.

"Oh enggak (de-degan). Itu hal yang rutin bagi para menteri karena menghadapi Covid ini Bapak Presiden itu hampir minimum sekali dalam satu minggu mengevaluasi kinerja Gugus Tugas berikutnya untuk mengevaluasi perkembangan Covid di daerah," jelasnya.

Lebih dari itu, kata dia, kepala negara bisa menggelar rapat tiga kali dalam sepekan. Jokowi terus melihat perkembangan kinerja para menterinya.

"Kalau sidang kabinet seminggu, bisa tiga kali dengan berbagai dengan berbagai tema tapi khusus untuk minimum sekali awal awal dua kali, satu bagaimana melihat langkah-langkah pekerjaan yang dijalankan, kedua evaluasi dari apa yang sudah dikerjakan," ungkap Moeldoko.

Lalu bagaimana suasana sidang kabinet yang dibuka Jokowi sedang kata-kata tegas untuk para menteri? Moeldoko memastikan para menteri langsung melakukan introspeksi diri. Menurutnya, para menteri juga punya WhatsApp grup untuk saling mengoreksi.

"Kita punya WhatsApp grup ya sebenarnya lebih kepada masing-masing menteri introspeksi ya seperti kadang tadi malam di Mata Najwa dihadirkan Mendagri dan Menteri Desa kalau saya lihat dari bahasanya semuanya melakukan introspeksi atas kinerja masing-masing," kata Moeldoko.

Dia melanjutkan, para menteri tidak mencari alasan atau pembelaan setelah Jokowi marah. Mereka semua lebih banyak melakukan perbaikan metode dan sistem.

"Itu yang lebih diutamakan bukan membela diri bukan mencari excuse dan seterusnya, tapi yang lebih banyak dilakukan para menteri adalah bagaimana melakukan koreksi ke dalam, perbaikan sistem dan metode, bagaimana mencari sebuah terobosan baru, sehingga semuanya efektif dan efisien itu yang betul-betul diinginkan presiden," kata dia.