Negeri-Negeri Yang Tertua dan Mengandung Sejarah di Indragiri Hilir

Kamis, 14 Januari 2021

Junaidy bin Ismail Abdullah

BUALBUAL.com - Catatan cerita dan sejarah tentang Indragiri Hilir di masa lalu tidak banyak ditemukan secara tertulis. Apalagi tulisan yang  secara rinci mengisahkan tentang negeri ataupun kampung-kampung tua di Indragiri Hilir dengan mencantumkan nama-nama pemimpin ataupun tokoh-tokohnya serta asal usulnya. 

Buku karya Amir Hamzah Abdulrahman yang berjudul Lintasan Sedjarah Indragiri Hilir yang terbit pada tahun 1956 telah memberikan sedikit pengetahuan kepada kita tentang hal tersebut. Beliau telah berupaya untuk menorehkan catatan nama-nama negeri-negeri tua dengan beberapa catatan dan penjelasan yang sangat berharga bagi kita Orang Indragiri Hilir.

Untuk itu saya mencoba mengetik ulang tulisan Amir Hamzah Abdulrahman khususnya pada Bab III halaman 14 hingga halaman 17 yaitu tentang Negeri-negeri  yang Tertua dan Mengandung Sejarah. Tidak ada yang saya ubah apa yang telah ditulis beliau. Saya hanya menyesuaikan ejaan bahasa yang digunakan beliau yaitu dari Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik menjadi Ejaan Bahasa Indonesia yang dipakai pada saat ini. Berikut ini dari tulisan Amir Hamzah Abdulrahman mengisahkan antara lain tentang Tempuling, Tembilahan, Terusan Babu, Sungai Perak, Sapat dan Perigi Raja.

Baca Juga Berita Kaitan: Part 2, Negeri-Negeri yang Tertua dan Mengandung Sejarah di Indragiri Hilir

Kecamatan Tempuling, di negeri Tempuling penghulu yang terdahulu ialah Muhammad Tahar Melayu Indragiri. Sungai Bayas, Pekan Tua adalah negeri-negeri yang kini masih banyak diduduki oleh suku-suku asli Indragiri. Di Sungai Pengajian ada terdapat sebuah kuburan yang panjangnya luar biasa dan lebih kurang 4 meter panjangnya. Tidak diketahui siapa dan bangsa apa yang terkubur disitu. Di Teluk Bagus pada tahun 1920 ada pabrik papan kepunyaan bangsa Jerman bernama Wass, pabrik ini terbakar pada tahun 1925.

Kecamatan Tembilahan, di Parit Encik Nanggui, sekarang parit Nomor 7, Encik Nanggui adalah suku Melayu Indragiri dan menjadi wakil Sultan Indragiri untuk mengurus pemerintahan Sultan. Parit Nomor 7 adalah Pasar Tembilahan yang mula pertama. Kemudian pasar tersebut dipindahkan ke Pasar Lama dekat Mesjid Raya Tembilahan (Tahun 1900 M). Pasar Lama ini pada tahun 1911-1912 dipindahkan pula pada pasar yang sekarang antara parit Nomor 12 dan 13 Tembilahan.

Di seberang Tembilahan ada sungai yang bernama Pembilahan, artinya di sungai itu tempat orang-orang mengambil bilah untuk dijadikan sesuatu. Negeri Tembilahan asalnya Pembilahan. Pada tahun 1911-1912 datanglah orang-orang India, diantaranya berana Ana Sina Tembi. Dengan datangnya orang India ini selanjutnya disebut Tembi. Maka nama negeri Pembilahan bertukar menjadi Tembilahan. Karena setiap orang yang akan datang ke kedai lantas ditanya dan menjawab hendak ke kedai Tembi.

Disebelah hilir Sungai Tembilahan di parit pintasan/terusan Sungai Perak dahulunya terdapat keramat di bawah pohon kayu, pohon kayu itu sekarang masih ada. Orang-orang waktu itu sering bernazar ke situ memohon berkah, sekarang ini tidak diindahkan orang lagi.

Di Terusan Babu 4 KM dari Tembilahan, disebut juga Sungai Perak Kecil. Pada tahun 1908 M adalah tempat kedudukan Datuk Bandar wakil dari Sultan Indragiri. Nama Datuk Bandar ialah Datuk Mohammad, seorang tokoh pengembang Serikat Islam yang berpusat di Jawa di Indragiri Hilir ini. Dan inilah partai politik berdasarkan Islam yang pertama pula di Indragiri dan Indragiri Hilir khususnya. 

Pembantu Datuk Bandar ini diantaranya ialah Encik Isa keturunan Melayu Johor. Aktivitas Serikat Islam, ialah supaya rakyat yang ada di daerah ini kecuali bangsa asing, mestilah setia kepada Islam serta Kerajaan Sultan. Tiap-tiap rakyat harus meminum air Qur’an surat Yassin, bersaksi dan bersumpah menyatakan kesetiaannya.

Penghulu-penghulu tertua dan terdahulu di Sungai Perak ialah Penghulu Bungruk, Maali, Gombang, Samad, Itam dari Suku Melayu Indragiri. Sungai Perak adalah negeri yang tertua dan lebih dahulu dibangunkan dari negeri Tembilahan.

Di Parit Nomor 10 Tembilahan terdapat dua buah Meriam besar, kini Meriam itu telah dipindahkan ke Kampung Baru Tembilahan dan tidak dirawat. Siapa yang empunya Meriam ini, bangsa Portugis, Inggris, Belanda kah tidak diketahui.

Negeri Tembilahan mulai dibuka pada tahun 1900 oleh rombongan H. Abdul Gani suku Banjar yang mula pertama kali di Retih. H. Abdul Gani adalah bapak dari H. Saaludin dan Siti Khadijah sebagaimana disebut dahulu. Penghulu-penghulu yang terdahulu ialah Udin, H. Saaluddin, Uda. Sekolah Rakyat yang pertama didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1912/1913 M dengan guru-gurunya Nasri dan Arpan dari Suku Banjar.

Negeri Sapat dibuka antara tahun 1890-1900 lebih dahulu dari Tembilahan dibuka. Rombongannya ialah H. Mahmud serta istrinya H. Kafsah nenek kandung dari H. Hasjim Imam di Sapat. Di Parit Hidayah disebut juga parit Tuan Guru adalah tempat makam seorang Ulama Besar bernama H. Abdurrahman Siddik dari suku Banjar. Almarhum adalah Mufti Kerajaan Indragiri wafat 10 Maret 1939 M datang ke Sapat tahun 1898 M sebagai telah disebut.

Perigi Raja adalah negeri yang tertua di Indragiri Hilir. Nama Perigi Raja karena asalnya disitu ada perigi/sumur tempat orang-orang yang lalu lintas mengambil air tawar untuk minum dan memasak makanan, karena air yang di sungai rasanya asin. Diantara orang-orang yang lalu lintas dan mengambil air disitu terhitung pula Raja dan turunan Raja baik yang datangnya dari Rengat Indragiri ataupun datangnya dari Riau. Akhirnya perigi tempat mengambil air tawar itu berubah menjadi Perigi Raja, demikian kata orang-orang tua dahulu. 

Penghulu yang tertua adalah Jaudin dari Suku Palembang, Encik Taib dari Suku Melayu Indragiri. Suku Minang yang terdahulu berada dan menetap di Perigi Raja adalah Alam Jumin, waktu karangan ini ditulis beliau masih hidup dan berusia lanjut. Beliau sangat mahir melukis dan menggambar yang sangat indah, banyak orang yang menyimpan lukisan beliau.

Junaidy bin Ismail Abdullah, yang lahir di tepian Sungai Igal pernah tinggal di tepian  Sungai Pelanduk, Gangsal,  Reteh, Ibu Mandah, Sapat Dalam. Masa ini bermukim antara Parit 14 dan Parit 15 Tembilahan di tepian Sungai Indragiri.