Omset Sempat Turun 50 Persen Dihantam Covid-19, Kini UMKM di Pekanbaru Mulai Bangkit Lagi

Rabu, 10 Juni 2020

BUALBUAL.com - Pandemi Covid-19 yang mewabah sekitar tiga bulan terakhir membawa dampak buruk bagi perekonomian, termasuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Sepinya pembeli sehingga menurunnya omset menjadi hal yang dialami oleh hampir seluruh pengusaha di bidang ini. Tak tanggung-tanggung, omset bahkan bisa turun hingga setengah dari penghasilan yang didapatkan di hari normal.

Seperti yang dirasakan oleh UMKM yang bergerak di bidang kerajinan berbahan dasar rotan. Akibat pandemi Covid-19, usaha menjadi sepi, pembeli kian tak ada. Bahkan yang biasanya Ramadan dan Lebaran jadi waktu untuk meraup untung banyak karena permintaan meningkat namun kini mereka hanya gigit jari.

"Saya rasa semua sektor terdampak oleh pandemi Covid-19. Sektor kuliner, sektor usaha seperti kami dan banyak lagi," ujar Sapril (67) salah satu pengrajin rotan di Jalan Yos Sudarso saat berbincang-bincang, Selasa (9/6/2020).

Ia mengatakan usaha yang digelutinya sejak tahun 1972 tersebut mengalami penurunan omset sejak pandemi Covid-19. Terlebih saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di Kota Pekanbaru.

"Kalau ditanya penurunan omset, mencapai 50 persenanlah. Sebelum Covid-19 omset kami ni mencapai Rp10 juta perbulan. Sekarang saat Covid hanya tinggal Rp5 juta sebulan. Itu belum dikurangi biaya sewa lapak, belum lagi untuk gaji karyawan," ucapnya.

Untuk setiap harinya, dirinya mampu memproduksi 2 sampai 3 jenis kerajinan dari rotan. Jika bahan atau rotannya ada, produksi dilakukan setiap hari. Kalau tak ada bahannya ya berhenti dulu.

"Untuk produksi kami lakukan setiap hari kalau ada bahannya, tapi ya pembelinya yang tak ada. Untungnya inikan produksi yang bisa tahan lama jadi tak masalah," sebutnya.

Disampaikan Kakek dengan 6 orang anak ini, untuk bahan baku dirinya mendapatkannya dari lokal maupun dari Padang. Meski Padang hingga saat ini masih PSBB, namun pihaknya tak mendapatkan kesusahan dalam mendapatkannya.

"Tak pengaruh kalau mencari bahan bakunya, tetap bisa dikirim kok. Untuk ketersediaan bahan baku juga tak ada masalah. Karena memang tahun ini rotan itu lagi banyak, nggak kayak tahun lalu. Sempat langka," sebutnya.

Lanjut Sapril, untuk jenis kerajinan rotan buatannya yang menjadi favorit adalah ayunan bayi. Namun tak melulu itu, tergantung sedang musim apa. Biasanya kalau jelang lebaran, keranjang parsel menjadi primadona. Namun jika musim melahirkan, ayunan bayi yang laku di pasaran.

"Untuk harga juga bervariasi, tergantung jenis kerajinan yang dibuat. Ada yang Rp 150 ribu untuk tudung saji, kemudian Rp 550 ribu untuk kursi santai, ayunan bayi Rp 350 dan masih banyak lagi," Cakapnya.

Lebih lanjut dirinya berharap, pandemi Covid-19 bisa segera berakhir dan semua keadaan kembali normal.

"Alhamdulillah sejak pencabutan PSBB di Pekanbaru usaha kami mulai merangkak lagi. Pendapatan mulai bertambah. Karena orang sudah banyak keluar, jadi sambil lewat ada yang beli. Alhamdulillah. Yang pasti tentunya kita tak boleh menyerah dengan keadaan, harus berusaha bangkit. Kami ada sekitar 15 orang di sepanjang Jalan Yos Sudarso yang jualan kerajinan dari Kayu Rotan. Mudah-mudahan dilancarkan Rezeki kita semua," tukasnya.