Pernyataannya itu Menusuk Sampai ke Ulu Hati "Pacu Jalur itu Membosankan, Hanya Nostalgia Orang Kuansing"

Selasa, 20 Agustus 2019

BUALBUAL.com - Kira-kira demikian pernyataan seorang senior di sebuah WAG (WhatsApp Group) ketika tema tentang Pacu Jalur di Kuansing menjadi bahan perbincangan. Sejujurnya bagi saya sebagai anak jati Kuansing, pernyataannya itu menusuk sampai ke ulu hati. Perih rasanya. Apalagi sang senior itu mengulang-ulang pernyataannya diperkuat dengan berbagai faktor minus Festival Pacu Jalur. Misalnya, di Kuansing susah cari hotel untuk nginap. Jalan menuju Kuansing buruk dan bla bla bla... Jujur, sempat darah saya terasa berhenti mengalir, jantung berdegup-degup tak jelas, tapi akhirnya saya bisa menguasai diri. Saya sama sekali tak ikut nimbrung dalam percakapan yang sangat mengiris-iris hati saya itu. Walau pernyataan seorang senior itu tidak enak di hati, tapi saya pikir-pikir, sambil menarik nafas dalam-dalam, mungkin ada benarnya juga. Sudah ratusan tahun Festival Pacu Jalur ini digelar, dan saya sudah puluhan kali menyaksikan, sesuai dengan umur yang juga sudah kepala empat, kayaknya memang tak ada kemajuan yang berarti. Betul kata senior saya itu, ya gitu-gitu aja. Tak ada improvisasi yang dapat membuat event ini lebih menarik, tidak hanya bagi orang Kuansing, tapi bagi masyarakat dunia. Belum nampak upaya-upaya yang sangat serius agar event ini tidak sekedar menjadi "nostalgia" orang Kuansing, seperti dikatakan senior saya itu, tapi benar-benar bisa menjadi magnet bagi wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang ke Kuansing. Lalu, Festival Pacu Jalur ini pada akhirnya tidak sekedar sebuah perayaan tahunan yang membuat harga sawit dan karet makin turun akibat cukong-cukong karet harus ikut menyumbang untuk pelaksanaanya. Tapi kalau bisa memberi dampak ekonomi bagi masyarakat Kuansing yang kini kehidupan ekonominya makin susah karena harga sawit dan karet sudah sejak lama terjun bebas. Sebagai anak jati Kuansing, saya harus mengakui, bahwa Festival Pacu Jalur selama ini lebih banyak dinikmati keuntungannya oleh pedagang-pedagang yang datang dari luar Kuansing. Sementara anak-anak Kuansing bahkan ada yang terpaksa mencuri ayam tetangga demi untuk menyaksikan Pacu Jalur. Belum lagi APBD Kuansing yang terkuras untuk membiayai event tahunan ini. Andai boleh memberi saran, ke depan pola pengelolaan Festival Pacu Jalur harus diubah total. Sebaiknya serahkan saja kepada Event Organizer (EO) dengan sistem sponsorship. Pemkab Kuansing tinggal terima bersih dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) Setiap malam selama Pacu Jalur pihak EO boleh saja mendatangkan band-band ternama dari Jakarta. EO juga bisa mengikutsertakan pihak luar selain orang Kuansing untuk ikut berkompetisi di Festival Pacu Jalur. Sehingga menarik pihak lain untuk datang ke Kuansing. Bila perlu undang juga negara-negara tetangga. Termasuk pengelolaan parkir dan tribun penonton mesti diatur sedemikian rupa, sehingga bisa mendatangkan PAD untuk daerah. Selama ini, parkir dan tribun lebih banyak dikuasai orang-orang bagak. Sementara Pemkab setempat hanya gigit jari. Pelaksanaan Festival Pacu Jalur, tidak boleh lagi sedikitpun merecoki APBD Kuansing. APBD Kuansing harus benar-benar dialokasikan untuk meningkatkan perekonomian rakyat Kuansing. Wallahu'alam...     Sumber: cakaplah