Presiden Direktur Chevron Sebut Illegal Tapping Penyebab Lifting di Blok Rokan Turun

Selasa, 21 Januari 2020

BUALBUAL.com - Presiden Direktur Chevron dicecar pertanyaan oleh sejumlah Anggota Komisi VII saat Rapat Dengar Pendapat 10 Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) SKK Migas dengan komisi VII DPR Senin 20/1/20 di gedung Nusantara 1 Komp. DPR/MPR RI. Saat pemaparan capaian kinerja, Presdir Chevron Albert Simanjuntak mengatakan bahwa salah satu penyebab turunnya produksi lifting di blok Rokan adanya pencurian minyak (illegal tapping) yang semakin canggih dilakukan oleh para pencuri. "Illegal Tapping ini semakin canggih, kita sudah bangun kerjasama dengan Polda Riau dan dengan Danramil untuk mengatasi itu mudahan akhir bulan ini sudah berjalan, setidaknya dapat menghambat laju turunnya lifting kita, sepanjang 2019 ada 72 kejadian dan 55 dapat kita hentikan, kerugian diprediksi mencapai Rp23 miliar. Meskipun begitu 2020 tetap akan terjadi penurunan," terang Presdir Chevron ini. H Abdul Wahid Anggota Komisi VII asal Riau juga mencecar beberapa pertanyaan berkenaan dengan drastisnya turun produksi dan lifting, terlebih PT. Chevron beroperasi di Dapilnya. "Soal illegal tapping sudah lama kita dengar terjadi, tapi kenapa baru sekarang bekerja sama dengan aparat penegak hukum? Kemudian apakah jika pencurian ini dapat ditangani produksi dan lifting kita bisa meningkat dari yang sekarang?" tanya Legislator PKB ini. Abdul Wahid meminta dalam proses alih kelola dengan Pertamina harus selesai semua persoalan yang ada, termasuk soal pemulihan lingkungan. "Saya melihat konsentrasi Chevron ini soal waktu berakhir kerjasama semakin dekat, dalam alih kelola nanti jangan sampai ada persoalan lah. Baik teknologi pengembangannya, pemulihan lingkungan dan lain-lainnya. Karena ada banyak uang negara di situ, saya dengar masih belum tuntas ini rundingnya baik dengan Pertamina maupun SKK Migas" tegas Abdul Wahid Pada kesempatan itu Albert Simanjuntak menjelaskan, karena kontrak kerja sama akan berakhir, fokus kerja juga harus menyelesaikan proses peralihan. Kemungkinan penurunan lifting mampu ditahan pada perkiraan 161.000 barrel per hari. "Konsentrasi kita juga terfokus pada peralihan alih kelola, karena sudah akan berakhir kontrak kerjasama. Jadi tahun ini perkiraan kita dapat menargetkan lifting sekitar 161.000 barrel per hari, dan akan semakin turun tahun berikutnya. Dengan SKK Migas kita sudah membicarakan detail proses peralihan, termasuk soal pemulihan lingkungan kita menunggu persetuan dari SKK Migas saja, kita sudah ajukan," terang Albert. (*)