Sastra Lisan Indragiri Hilir, Syair Ibarat Khabar Kiamat dan Sejarah Tuan Guru Sapat

Senin, 26 September 2022

BUALBUAL.com - Kabupaten Indragiri Hulu Riau memiliki satu lagi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kebanggaan yang pada tahun 2020 ditetapkan sebagai WBTB Indonesia dari Riau, yakni Syair Ibarat Khabar Kiamat dalam Domain Tradisi dan Ekspresi Lisan. Syair Khabar Kiamat ditetapkan sebagai WBTB Nasional dari Provinsi Riau tepatnya dari Kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1044/P/2020 Tentang Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2020 pada tanggal 1 Desember 2020 yang ditandatangani oleh Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Apa itu Syair Ibarat Khabar Kiamat?

Syair Ibarat Khabar Kiamat adalah sastra lisan budaya Indragiri berupa syair yang dibuat oleh Syekh Abdurrahman Shiddiq atau Tuan Guru Sapat, beliau adalah seorang Mufti Kerajaan Indragiri yang sangat terkenal.

Syair Ibarat dan Khabar Kiamat yang dikarang oleh Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Apif pertama kali diterbitkan oleh Mathba'ah Ahmadiah Press di Singapura tahun 1915. Buku ini kemudian ditransliterasikan oleh Suhayib Syam dan diterbitkan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dan Yayasan Bhakti Ilmu yang memiliki tebal 110 halaman dan dicetak oleh Universitas Riau Press pada tahun 2001.

Menurut Onesearch sebagai penyedia akses pencarian katalog buku di Indonesia, tercatat bahwa buku Syair Ibarat dan Khabar Kiamat terbitan Unri Press tersebut tersedia 3 (tiga) buah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Sedangkan menurut catatan data World Catalogue (worldcat) sebagai penyedia akses pencarian katalog buku di seluruh dunia, buku ini telah tersebar ke berbagai perpustakaan kampus universitas di berbagai negara semisal Australian National University ANU (Canberra, Australia), Universiteitsbibliotheek Leiden University Library (Leiden, Netherlands), University of Hawaii at Manoa Hamilton Library (Honolulu), University of British Columbia Library (Canada), University of Washington Libraries (United States), UC Berkeley Libraries (United States), dan secara umum di berbagai perpustakaan kampus universitas di Amerika Serikat.

Karya tulis Tuan Guru Sapat atau Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Apif baik berbahasa Arab maupun Melayu sangatlah banyak dan umumnya di terbitkan oleh Mathba'ah Ahmadiah Press di Singapura. Buku-buku ini dalam upaya dakwah beliau melalui buku dan menjadikan beliau sebagai ulama yang produktif menulis pada masa itu. Beberapa buku karya tulis Tuan Guru Sapat (sebagian dikutip dari Zulfa Jamalie, 2015 dan alif.id), yaitu :

  1. ah wa ma Ulhiqa Biha, diselesaikan pada 12 Syawal 1350 H / 19 Februari 1932 M. Kandungannya membicarakan sejarah asal-usul Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullahal-Banjari dan keturunan-keturunannya. Cetakan pertama oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, tahun 1937 M.
  2. Risalah Takmilat Qawl al Mukhtashar, diselesaikan pada 10 Safar 1351 H / 15 Juni 1932 M. Kandungannya menceritakan tanda-tanda Hari Kiamat dan mengenai kedatangan Imam Mahdi. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, pada tahun 1937. Buku ini dicetak kombinasi dengan Syajaratul Arsyadiyah (103 halaman) oleh pengarang yang sama, dan Risalah Qaulil Mukhtashar fi 'Alamatil Mahdil Muntazhar (55 halaman) karya Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
  3. Mauwidzhah li Nafsi wa li Amtsali minal Ikhwan, diselesaikan 5 Rajab 1355 H / 21 September 1936 M. Kandungannya merupakan kumpulan pengajaran akhlak. Cetakan yang pertama oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1355 H / 1936 M.
    Kitab Al-Fara`idh, tahun 1919.
  4. Jadwal Sifat Dua Puluh (20), tempat dan tahun penyelesaian tidak diketahui.
  5. Beberapa Khuthbah Pakai Makna Karangan Jaddi as-Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari, tanpa dinyatakan tarikh selesai penulisan. Kandungannya merupakan kumpulan khutbah yang pernah diucapkan oleh Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 101 Jalan Sultan, Singapura, tanpa dinyatakan tahun cetakan.
  6. Catatan, tanpa tarikh, ditulis dalam bahasa Arab dan Melayu. Kandungannya merupakan beberapa catatan Syekh Abdurrahman Siddiq mulai lahir malam Kamis, sebelum Subuh 1288 H / Jun / Julai 1871 Masihi. Wafat hari Isnin, jam 5.40, pada 4 Sya’ban 1358 H / 18 September 1939 M, dalam usia 70 tahun. Tahun 1306 H beliau ke Mekah dan tinggal di sana hingga tahun 1312 H. Selain itu terdapat catatan kelahiran dan wafat anak-anaknya dan lain-lain.Asrar al-Shalat min ‘Iddat al-Kulub al-Mu’tabarat, tahun 1931.

Sejarah Tuan Guru Sapat Syekh Abdurrahman As-Shiddiq

ng mana kakeknya ini (Abdullah) cucu dari seorang Muballigh yang datang dari Magribi ke Filipina yang mendirikan Kerajaan Islam di Mindano (Mindanao = berasal dari kata Min-‘indana yang berarti "dari golongan kami") yang bernama Sayyid Abdullah bin Sayid Abu Bakar Al-Idrus Al-Hindy. Ali Azhar adalah penulis buku SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQ ; Tuan Guru Teladan Bangsa sekaligus cucu dari Syekh Abdurrahman Shiddiq. Anak dari Hj. Zainab.

Ali Azhar (2020) melanjutkan, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Pengarang berbagai Kitab Sabilal Muhtadin) hidup dimasa ulama-ulama tanah air sezamannya seperti Syekh Abdusshamad Al-Falimbani, Syekh Abdul Rahman Mashri, maupun Syekh Abdul Wahab Bugis.

Tuan Guru Sapat awalnya belajar dasar-dasar agama Islam dari neneknya bernama Ummu Salamah dan adik orangtuanya yaitu Siti Saidah. Guru yang mengajarkan ilmu alat atau ilmu tata bahasa Arab kepada Tuan Guru Sapat pertama kali adalah Masri dan Zainuddin, seorang santri di Dalam Pagar, Martapura. Tuan Guru Sapat juga belajar kepada guru-guru lainnya seperti Tuan Guru Muhammad Said Wali, Tuan Guru Muhammad (Ahmad) Khatib, dan Tuan Guru Abdurrahman Muda.

Kemudian beliau pergi ke Mekkah di tahun 1306 H / 1889 M untuk belajar ilmu agama Islam kepada ulama besar disana yaitu Syekh Bakri Syaththa (pengarang kitab I’anatut al-Thalibin), Syekh Ahmad Dimyati, Syekh Sayyid Bahasyil (Babasyid), Syekh Ahmad Bafadhil, Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Syafi’iyah), Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani (Jawa-Banten), dan Syekh Umar Sambas.

Selain itu, Tuan Guru Sapat juga belajar ilmu tasawuf, tauhid dan fikih kepada guru-guru Syekh Sayyid Bakri Shaththa’, Syekh Sayyid Bahasyil dan Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani.

Syekh Sayyid Bakri Shaththa’ memberi gelar As-Shiddiq di belakang nama Abdurrahman karena penguasaan beliau atas ilmu agama Islam serta akhlak beliau yang terpuji.

Tuan Guru Sapat kemudian berguru di Madinah bersama teman-temannya dari Mekkah seperti Syekh Ahmad Khatib Mingkabawi (Minangkabau), Syekh Ahmad Dimyati (Mufti Mekkah), Syekh Abdullah Zawawi, Syekh Said Al-Yamani, Syekh Abdul Qodir Mandailing, Syekh Umar As-Sumbawi, Syekh Awang kenali (Kelantan, Malaysia), Syekh Hasyim Asy’ari (Tebuireng, Jombang) pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, Syekh Jamil Jaho (Sumatera Barat), Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka), Syekh Ali Junaidi Berau (Kalimantan Timur), dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Bukit Tinggi).

Tuan Guru Sapat juga berteman dengan Abdullah Fahim (ayah mantan Perdana Menteri ke-5 Malaysia; Tun Abdullah Ahmad Badawi), dan Tok Kenali. Beliau sempat mengajar (tahliah) di Masjidil Haram atas ijin dari Kerajaan Saudi Arabia saat itu hampir selama 2 tahun.

Tuan Guru Sapat pulang ke Indonesia pada tahun 1312 H / 1896 M.

Sebelum menetap di Sapat daerah Indragiri Hilir, Tuan Guru sempat merantau ke Padang (Sumatera Barat) dengan tujuan untuk menemui paman beliau bernama As’ad. Di Padang tersebut, beliau menjalankan usahanya sebagai penyepuh emas sambil berdakwah ke pelosok-pelosok daerah Sumatera Barat dengan bekal ilmu agama yang telah di dapatkannya di pesantren sejak kecil.

Lalu Tuan Guru tiba di daerah Sapat sekitar tahun 1320 H / 1902 M berdasarkan catatan Ali Azhar (2020), Indragiri Hilir. Pindahnya beliau dari Bangka Belitung ke Indragiri didasarkan pada informasi dari seorang saudagar asal Indragiri Hilir bernama Haji Arsyad, bahwa pada saat itu Indragiri Hilir (Sapat) memiliki potensi dan sangat membutuhkan seorang ulama untuk mengembangkan Islam di daerah tersebut.

Beliau pun lebih dikenal sebagai Tuan Guru Sapat, karena telah lama beliau menetap di daerah Sapat. Kemampuan Tuan Guru Sapat dalam berdakwah bil lisanbil hal, maupun bil kitabah sangatlah terkenal. Lalu kabar tentang keberadaan dan kehandalan beliau sebagai sang ulama Sapat pun didengar oleh Sultan Indragiri. Kabar itu disampaikan oleh Panco Atan yang pernah belajar di Mekkah. Sultan lalu mengundang Tuan Guru Sapat dan memintanya untuk menjadi Mufti kerajaan. Pada saat itu dibutuhkan seorang guru yang mampu memberikan solusi atas masalah-masalah mawaris, pengadilan, pernikahan, perceraian, dan sebagainya.

Awalnya Tuan Guru menolak karena beliau enggan menerima jabatan, tetapi akhirnya karena mendesaknya kebutuhan atas keberadaan Mufti, Tuan Guru pun menerima tawaran Sultan Mahmud Syah (Sultan Indragiri ke 25) bin Sultan Isya Mudayatsyah. Maka terhitung sejak tahun 1337 H / 1919 M, Tuan Guru secara resmi menjadi Mufti Kerajaan Indragiri. Tuan Guru Sapat dalam menjalankan tugasnya sebagai Mufti Kerajaan Indragiri tidak mau menerima gaji dari kerajaan. Jabatan ini dipangku Tuan Guru Sapat hampir 20 tahun sampai tahun 1354 H / 1935 M.

Dalam menjalankan tugasnya, Tuan Guru Sapat sering berperahu menyusuri Batang Kuantan pulang pergi dari Sapat ke Istana Rengat untuk memberikan pengajian. Terkadang beberapa pembesar istana pun mengunjungi Tuan Guru Sapat di Kampung Hidayat.

Jauh sebelum Tuan Guru Sapat menjadi Mufti Kerajaan Indragiri, beliau telah ditawari untuk menjadi Mufti Batavia oleh Habib Utsman bin Yahya untuk menggantikan Habib. Demikian juga Tuan Guru Sapat ditawari untuk menjadi Mufti Kerajaan Johor Malaysia. Semuanya ditolak secara halus oleh Tuan Guru Sapat.

Tuan Guru Sapat meninggal pada 4 Sya'ban 1358 H atau pada hari Senin jam 5.40 wib 18 September 1939 dan dimakamkan di Kampung Hidayat (Kampung Parit Hidayat), Sapat, Indragiri Hilir.

Isi Syair Ibarat Khabar Kiamat Karya Tuan Guru Sapat

Selain sebagai ulama, Tuan Guru juga seorang pengarang besar berbagai kitab termasuk karya sastra Syair Ibarat Khabar Kiamat.

Syair tersebut berisi kuat tentang pesan-pesan keislaman, pendidikan budi pekerti dan sangat kental dengan pesan-pesan dakwah. Salah satu kutipan dari syair tersebut di antaranya:

Bismillahirohmanirrohim
Terbit dari pada, hati yang salim (bersih)
Mendapat surga Jannatun Na’im
Dengan Kurnia, Robbir Rohim

Alhamdulillahirobbilalamin
Mengikuti sabda, Saiyidil Mursalin
Dapat syafaat, sekalian mu’minin
Masuk surga, Salamin Aminin

Diiringi dengan, sholat salam
Kehadirat Nabi, Saiyidil Anam
Dengan Nas (dalil), Qur’anul A’zom
Wajib mengikuti, dengan Ihtirom

Kemudian dengarkan, suatu cerita
Terbit dari pada, hati yang duka
Bukannya hamba, mengada-ada
Supaya dikenal, saudara kita

Suatu cerita, hamba khabarkan
Kepada sekalian, ahli dan ikhwan
Tandanya dunia, akhir zaman
Orang yang salah, dapat kebenaran.

Demikian pula orang yang benar, Mendapat salam perkataan tawar
Menyatakan benar mendapatkan gusar, Melainkan wajib ridho dan sabar

Tersebut perkataan awal bermula, Tatkala diri kedatangan qadha
Bukannya kami tiada ridha, Iradat terjunjung atas kepala

Hendaklah kami tak berkata, Bertambah lagi rasanya duka
Jadi mengarang sambil bercinta, Margul selaku orangnya lata

Sudah takdir dari pada Allah, Sedikit tiada dapat di ubah
Qudrat iradat yang memerintah, Menjadi alim tiada tersalah

Subhanallah hambaMu tolong, Tiada tempat bergantung
Sebenar hamba duduk di kampong, Tetapi tiada masuk terhitung

Sudah takdir Azizul Ghaffar, Fikir dan cinta sebagai daur 

Hawa nafsumu jangan diikuti, Dicabuli syetan membawa hanyut
Rahmat Allah itupun luput, Ke dalam neraka gemetar takut

Menuntut dunia sangatlah mabuk, Tamakkan dunia menjadi kutuk
Di dalam akhirat ke neraka masuk, di makan api hancur dan remuk

Menuntut harta supaya banyak, Disangkanya dunia tiada rusak
Di akhirat engkau dapat tempalak

Adapun akan nafsu yang jahat, Bahagian diri sudah tersurat
Jikalau jatuh pada maksiat, Hendaklah segera berbuat taubat

Hawa nafsu itu terlalu bohong, Harus yang di rasa hendak di songsong
Lautannya luas ombak menggulung, Dimanakah engkau mendapat untung

Duduk di dunia negeri yang hilang, Lupalah akan dirinya seorang
Sehari-hari umur berkurang, Tiada mencari bekalmu pulang

Di sangka kekal hidupmu awang, Di akhirat jauh engkau terbuang
Ilmu dan amal tiada di bilang, Di antara kubur siksanya datang

Dunia nan laut yang maha dalam, Banyaklah di sana rusak dan karam
Mengasihkan dunia jahil dan tamam, Di akhirat habis lebur tenggelam

Pelayaranmu itu terlalu jauh, Suatu bekal belum di taruh
Ombaknya besar angin mengguruh, di rantau Luhud tempat berlabuh

Rantau Luhud ombaknya garang, Haluannya itu mengikut pasang
Soal munkar kesana datang, Memeriksa tauhid berulang-ulang

Di dalam kubur tidur seorang, di kapit bumi malam dan siang
Menangislah ia hendak pulang, Mengerjakan taubat zikir sembahyang

Kelebihan dunia yaitu akal, Akan menuntut ilmu dan amal
Sembahyang puasa Fardlu yang afdhal, Hadist dan ayat jangan di tinggal

Ayo hai tuan kenali dirimu, Kemana perginya muda kuatmu
Butakah sudah kedua matamu, Lihatlah yang dielu dari padamu.

CATATAN :
Beberapa penulisan tahun dan garis keturunan perlu diperiksa ulang karena ada beberapa sumber tulisan yang tidak sejalan dalam penyebutan tahun dan garis keturunan.

Sumber bacaan :
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
kemenag.go.id
opac.perpusnas.go.id
worldcat.org
onesearch.id
nu.or.id
tebuireng.online
soundyoung.blogspot.com
Zulfa Jamalie, SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQAL-BANJARI (Madam Dakwah Lintas Kawasan), Fakulti Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin, Indonesia, 2015.
Yusuf Halidi, Ulama Besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Bina Ilmu, Surabaya, 1984.
Wan Mohd. Shagir Abdullah. Penyebaran Islam dan Silsilah Ulama Sejagat Dunia Melayu. Persatuan Pengkajian Khazanah Klasik Nusantara dan Khazanah Fathaniyah. Kuala Lumpur. 1999.
Ali Azhar, SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQ ; Tuan Guru Teladan Bangsa, TrussMedia Grafika, Yogyakarta, 2020.