Sejarah Alat Musik Kelintang Perunggu Melayu Timur, Reteh Indragiri Hilir, Provinsi Riau

Senin, 05 Desember 2022

BUALBUAL.com - Suku Iranun di Indragiri Hilir merupakan suku Muslim yang berasal dari Mindanao bagian wilayah Kesultanan Sulu di bagian Selatan Filipina yang datang ke wilayah Kesultanan Lingga dan kesultanan lainnya di pesisir Sumatra sekitar tahun 1780-an.

Suku Iranun secara umum, melakukan pergerakan dan perpindahan mencakup wilayah yang luas menggunakan kapal Lanong atau Joanga yang besar ke wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, terkhusus di Semenanjung Malaya dan Pesisir Sumatra.Ketika pergerakan Suku Iranun ini untuk berperang di wilayah Riau, mereka membawa alat musik Kelintang yang awalnya dimainkan untuk memberi semangat berperang dengan irama yang dimainkan berjudul “Gendang Perang”.

Kedatangan mereka menggunakan 40 kapal, bersama 40 datuk (pimpinan) dan 40 perangkat kelintang. Hingga saat ini disinyalir masih tersisa beberapa buah perangkat kelintang yang beredar di beberapa yaitu : Desa Kuala Patah Parang, Desa Kuala Sungai Batang, Tanjung Uban (Kepulauan Riau) yang awalnya berasal dari Reteh, maupun di Tanjung Jabung Jambi.

Baca Juga : Mengenal Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau

Menurut Arbain Maguindanao yang merupakan keturunan keenam Suku Iranun yang menetap di Kuala Patah Parang, alat musik ini ada di setiap kapal atau perahu. Nada atau irama musik yang akan dimainkan adalah “Gendang Perang” yang saat ini sudah jarang dimainkan karena sudah tidak ada perang lagi.

Ketika perang telah usai, sebagian dari kelompok ini kembali pulang ke wilayah asalnya di Pulau Mindanao, di Selatan Filipina, yang menjadi bagian dari Kesultanan Sulu. Sedangkan sebagian lain menetap di Reteh dan Tanjung Jabung. Saat ini Suku Iranun telah menyebar ke berbagai daerah lainnya.

Mengenai Sejarah Suku Iranun di Indragiri Hilir Riau; Sang Penguasa Laut Timur dari Filipina Selatan. 

Alat Musik Kelintang dan Pengiring

Musik Kelintang Suku Iranun Kuala Patah Parang dianggap lengkap terdiri dari seperangkat alat kelintang yang terdiri dari 7 kelintang, 2 buah gendang tabuh, dan 2 buah gong yang semuanya dimainkan oleh perempuan.

Penabuh gendang dan pemukul gong akan mengikut kepada Pemukul Kelintang yang menjadi pemimpin permainan alat musik ini.

Pemain Musik Kelintang dan Pakaiannya

Pemain Musik Kelintang Suku Iranun adalah seorang perempuan pemukul Kelintang yang didampingi 2 orang perempuan penabuh gendang dan 2 orang pemukul gong, yang semuanya berpakaian perempuan melayu dari jenis Baju Kurung Melayu maupun Baju Kurung Kebaya Labuh atau Baju Kebaya Panjang. Bahan pakaian ini dapat beragam sesuai keadaan, tetapi wajib berwarna kuning.

Rambut secara umum akan dibuat ikatan sanggul siput baik siput lipat maupun siput lintang serta siput cekak, tetapi jarang diikat dengan cara siput tegang. Secara umum karena pemainnya adalah perempuan muslim, ikatan rambut akan tertutup oleh kain penutup kepala dimana pakaian ini akan dilengkapi kain penutup kepala berupa selendang atau kain tudung (tudung jurai, tudung mantur maupun tudung lingkup) atau pun jilbab sebagai penutup kepala.

Di bagian bawah, pakaian ini juga dipadukan dengan kain pelekat atau pun kain lejo ataupun kain sarung maupun kain lainnya yang juga berwarna kuning yang senada dengan warna pakaiannya. Kain diusahakan dari bahan yang sama.

Fungsi Musik Kelintang Melayu Timur

Setiap irama atau nada yang dimainkan memiliki fungsi khusus yang digunakan dalam hiburan, musik penyambutan tamu, maupun irama khusus untuk upacara adat pernikahan, makan kelung, ritual pengobatan, ritual mandi asin, serta upacara adat lainnya. Di Tempasuk Kota Belud Sabah Malaysia, dan hal ini berlaku umum bagi Suku Iranun, alat musik ini dimainkan pada saat acara pernikahan, khususnya di rumah pengantin pria.

Sementara pengantin pria Iranun sedang berpakaian pengantin, teman-temannya menunggu di rumahnya, minum kopi dan mendengarkan musik gong, guling-tangan dan kendang. Hal ini seperti yang disebutkan oleh D. Headly, dalam artikel berjudul “Some Illanun and Bajau Marriage Customs in the Kota Belud District, North Borneo” pada halaman 159 yang dipublikasi pada tahun 1951 menyebutkan :

“Whilst the groom is being dressed, his friends wait at his house, drink coffee and listen to the music of gongs, guling-tangan and drums.”

Irama Alat Musik Kelintang Suku Iranun Melayu Timur Reteh

Pemain Kelintang tidak bernyanyi atau pun tidak bersenandung atau tidak mengeluarkan suara dari mulutnya. Musik kelintang tidak untuk mengiringi lagu atau nyanyian, dengan demikian musik Kelintang Suku Iranun Melayu Timur Kuala Patah Parang tidak memiliki lirik lagu.

Terdapat beberapa irama musik yang dalam hal ini lebih disebut “nada” oleh Suku Iranun, yaitu :

  1. Gendang Perang (sudah jarang dimainkan).
  2. Kedungkok (irama magis yang dimainkan khusus pada upacara pengobatan dan ritual Makan Kelung).
  3. Anduk-anduk.
  4. Anduk-anduk Selor (Andok-andok Suluk).
  5. Arak-arak.
  6. Kedidi.
  7. Kedincing / Kedingcong.
  8. Serame.
  9. Serame Due.
  10. Serame Tige.
  11. Serame Jawe.
  12. Serame Angin.
  13. Serame Silat.
  14. Cak Pumpung.
  15. Gubang / Gubang-gubang / Udang-udang.
  16. Gubang-gubang Kayoh.
  17. Kisak-kisak.
  18. Janda Ngagek Terong.
  19. Jande Metik Bunge.
  20. Tepai Begelot.
  21. Sendayung.

Sebagai alat musik Kelintang (gulintangan) Suku Iranun Melayu Timur (Iranun music) yang menjadi kesenian, kebudayaan maupun kemahiran atau kerajinan (Iranun arts, culture and crafts) yang terus diupayakan dipertahankan. Hal ini dilakukan karena sejarah panjang akan keberadaan Suku Iranun, alat musik dan kebudayaannya itu sendiri di Indonesia, khususnya di Indragiri Hilir, Provinsi, Riau, Indonesia.

Sumber foto :
Semua foto berasal dari Tim Dokumentasi Festival Budaya Melayu Riau 2017 Dinas Kebudayaan Provinsi Riau

Sumber bacaan :

  1. Kelintang Perunggu Orang Melayu Timur di Tanjung Jabung Jambi.
    https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/kelintang-perunggu-orang-melayu-timur/
  2. Hak Kekayaan Intelektual Kelintang
    http://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/index.php/jenis/1/ekspresi-budaya-tradisional/885/kelintang
  3. D. Headly. Some Illanun and Bajau Marriage Customs in the Kota Belud District, North Borneo. Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society Vol. 24, No. 3 (156) (October, 1951), pp. 159-160 (2 pages). Published By: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society.
  4. Ricardo D. Trimillos dan Ted Solis (edtr.). Performing Ethnomusicology; Teaching and Representation in World Music Ensembles. University of California Press. Agustus 2004.
  5. Wawancara Arbain Maguindanao dengan Tim Dokumentasi Warisan Budaya TakBenda Dinas Kebudayaan Provinsi Riau.

Bahan bacaan lain ;

  1. Virgina Matheson & Barbara Watson Andaya. The Precious Gift (Tuhfat Al Nafis) Annotated translation. Oxford University Press. Kuala Lumpur. 1982. Dikutip dalam artikel oleh James Francis Warren, berjudul Savagism and Civilization: The Iranun, Globalization and the Literature of Joseph Conrad (The Iranun Age), Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, Vol 74 - 2001.
  2. Sejarah alat perkusi terutama sejarah alat musik Gong baik yang terbuat dari kayu (Khalifus) maupun terbuat dari logam dapat dibaca dalam buku Percussion Instruments and Their History oleh James Blades, yang diterbitkan oleh Westport, Conn. : Bold Strummer ; White Plains, N.Y. : Distributed by Pro/AM Music Resources pada tahun 1992.

Ditulis oleh Attayaya Zam
Bersama Tim Dokumentasi Warisan Budaya Tak Benda Dinas Kebudayaan Provinsi Riau