Selembayung Khas Melayu Mulai Memudar, Ini yang akan Dilakukan LAM Pekanbaru

Kamis, 28 Januari 2021

BUALBUAL.com - Selembayung atau ukiran khas Melayu Riau yang biasanya terdapat di setiap bangunan dan juga gapura di Pekanbaru perlahan-lahan sudah mulai memudar.

Menanggapi hal tersebut, Muspidauan, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Pekanbaru mengatakan bahwa LAM Pekanbaru akan mengajukan setiap pembangunan fisik di Pekanbaru wajib menggunakan Selembayung pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tahun 2021 ini.

"Nantinya pembangunan fisik tidak boleh melupakan ciri khas Melayu, salah satunya adalah Selembayung. Ini akan kita usulkan kembali kepada pemerintah daerah kembali," cakap Muspidauan, Kamis (28/1/2021).

Lanjut pria yang juga merupakan Kepala Seksi (Kasi) Penerangan Hukum dan Humas Kejaksaan Tinggi Riau ini juga menegaskan bahwa setiap investor yang ingin membangun di Pekanbaru harus menanamkan pribahasa 'Dimana Langit di Pijak, di Situ Langit Dijunjung'.

"Adat istiadat Melayu harus ditonjolkan, sehingga orang datang ke Pekanbaru mengikuti apa yang ada di Pekanbaru," pungkasnya.

Selembayung adalah hiasan yang terletak bersilangan pada kedua ujung perabung bangunan. Pada bangunan rumah adat melayu ini setiap pertemuan sudut atap diberi Selembayung yang bertekat dari ukiran kayu. Selembayung sering disebut juga 'selo bayuang' dan 'tanduk buang'.

Motif ukuran Selembayung berupa daun-daunan, bunga, burung dan lain-lain yang melambangkan perwujudan kasih sayang, tahu adat dan tahu diri. Penggunaan hiasan Selembayung tidak terbatas hanya pada bangunan rumah, tetapi pada pelaminan-pelaminan Melayu dipakai juga sebagai lambang/hiasan yang menunjukan bahwa pelaminan yang digunakan adalah Adat Melayu Riau. Di Kota Pekanbaru, Selembayung selalu dipakai untuk kantor-kantor pemerintah dan swasta.