Seniman Riau Harus Diperhatikan Pemprov di Tengah Pandemi Corona

Selasa, 28 April 2020

Seniman Riau, SPN Marhalim Zaini, saat memberikan workshop, beberapa waktu lalu. (FACEBOOK)

BUALBUAL.com - Pandemi virus corona (Covid-19) yang belum berhenti dan membuat semua orang dipaksa tinggal di rumah untuk mencegak penularan ini, berdampak pada semua bidang. Terutama ekonomi. 

Bagi mereka yang punya pekerjaan tetap dan tetap mendapat gaji, meski kerja di rumah, tak menjadi masalah. Tetapi bagi mereka yang bekerja berdasarkan poyek dan tak mendapat gaji tetap, akan sangat merasakan kondisi saat ini.

Dunia kreatif sangat terdampak pada kondisi sekarang. Kalangan seniman, yang di dalamnya termasuk para pekerja budaya dan mereka yang berkutat di bidang sastra, sangat merasakan kondisi saat ini secara ekonomi. 

Peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, diharapkan ada untuk membantu para seniman yang tak bisa bekerja dan tak mendapatkan penghasilan. Sebab hampir semua kegiatan seni berhenti dan tak boleh dilakukan dalam rangka social and pishycal distancing.

Hal ini juga dialami seniman serba-bisa, SPN Marhalim Zaini. Lelaki yang memilih hidupnya dari dunia seni ini merasakan beratnya menghadapi kondisi "harus tinggal di rumah" ini.

"Berat. Luar biasa berat. Mungkin semua orang merasakan ini ya, semua profesi. Tapi profesi seniman yang bekerja secara paruh waktu, menjadi lebih berat," ujar Marhalim kepada Riaupos.co, Senin (27/4/2020).

Ketua Suku Seni ini menjelaskan bahwa sejak imbauan bekerja di rumah dan tetap tinggal di rumah untuk memutus persebaran corona, diatetap berkarya di rumah. Beberapa kegiatan tetap dilakukannya, seperti  terus aktif di Youtobe. Di sana dia baca puisi, tutorial, diskusi, atau pentas online, dilakukan sendiri saja, kadang ada anak-anak Suku satu dua orang membantu berkarya. Tapi, katanya, itu hanya ruang éksprési dirinya sebagai seniman, belum menghasilkan secara ekonomi.

Dalam dunia kepenulisan, dia juga membuka Kelas Menulis Online (KEMON). Kelas ini sudah berjalan, ada sejumlah penulis pemula gabung. Tapi masih jauh untuk menutupi secara ekonomi. 

"Lalu saya terakhir jualan buku format PDF. Saya sebar. Dan ya lumayan respon kawan-kawan. Intinya saya harus terus memberdayakan seluruh kemampuan saya secara optimal. Apa pun," jelas Marhalim.

Tiga buku terbarunya berformat virtual (PDF) itu berjudul Yang Melimpah dari Cururan Atap, Seribu Lima Ratus Sebelas, dan Melodi Hujan Tiris. Ketiga buku ini mendapat respon baik dari beberapa pembaca, termasuk dari sastrawan Rida K Liamsi yang ikut meng-endors di beberapa akun media sosialnya.

Marhalim mengakui, secara ekonomi dirinya saat ini terseok-seok. Tanggungan banyak, masukan hampir nol. Jadi harus banyak improvisasi sekarang. Meskipun kekuatan utama, katanya, adalah tetap bersabar, bertahan, bekerja, dan terus bersyukur.

Peran Pemerintah

Hingga saat ini, belum ada bantuan dari pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaannya, atau peran lembaga kesenian semacam Dewan Kesenian Riau (DKR) untuk membantu para seniman yang kesulitan ini.

Beberapa waktu lalu, kata dia,  pernah ada pembagian sembako untuk 200 seniman senilai Rp100 per paket. Katanya donasi dari ASN Pemprov Riau. Dia mengaku tidak tahu persis. 

"Tapi itu  sifatnya improvisasi juga. Tidak terprogram. Atau belum? Tapi kapan? Bagi saya yang penting ada komunikasi antarseniman, lembaga seni, dan pemerintah, untuk membicarakan ini. Tapi yang saya lihat, komunikasi tidak jalan," jelas lelaki kelahiran Bengkalis ini.

Menurutnya, jika mau, mestinya tidak terlalu sulit untuk membuat program yang memberdayakan seniman, karena seniman di Riau ini tidak banyak. Bisa secara cepat didata, yang mestinya juga database seniman ini ada di Dinas Kebudayaanatau lembaga seni lain seperti DKR. 

Setelah itu, tambahnya, berikan program yang konkret, merata, yang jauh yang dekat semua dilibatkan. Kalau tidak mungkin berbentuk bantuan langsung tunai (BLT), ya buatlah program semacam Seniman Berkarya, beri insentif untuk tiap karya. Dia lihat seniman-seniman ini terus berkarya daring secara mandiri, dan mestinya ini segera direspon oleh Pemprov Riau melalui dinas terkaitnya. Di beberapa daerah, kata Marhalim, hal  ini sudah dilakukan oleh Pemprov Jawa Timur dan DI Yogyakarta.

Hingga kini, program nyata yang melibatkan seniman, budayawan, dan sastawan di Riau memang belum ada. Kalau di pusat, kata Marhalim, kabarnya  ada. Beberapa waktu lalu Kementerian Dikbud melakukan pendaftaran seniman se Indonesia, dan Mei ini program-program mulai berjalan. Menurut keterangan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dari beberapa obrolan dan sempat satu forum di acara daring Baca Puisi dan Diskusi oleh Arcana Foundation yang didukung Dirjen Kebudayaan dan Indonesia Kaya, kabarnya hal itu sudah ada koordinasi dengan pemda masing-masing soal bagaimana secara bersama-sama membantu seniman ini.

"Nah, saya tidak tahu persis apa bentuk program dari pemda, karena sampai kini saya belum dapat informasi karena komunikasi tidak terjalin dengan baik," jelas penulis novel Megalomaniaini.

Dia menyadari, jika ada program-progam tersebut memang tak akan cukup membantu seniman. Seniman juga paham bahwa ini kondisinya memang berat, dan tentu tidak secara egois untuk minta diperhatikan secara penuh. Jadi yang penting itu, kata lulusan Pascasarjana Humanioran UGM ini, yang diperlukan adalah  program yang langsung menyentuh seniman, tidak ribet, dan merata. Ada progres bahwa seniman itu diperhatikan. 


"Sebab, seniman itu profesi yang memang penting bagi pembangunan SDM kita," ujar lelaki yang juga pendiri Komunitas Paragraf ini.

Ditambahkannya lagi, seniman itu lemah karena tidak ada lembaga atau semacam organisasi profesi yang kuat yang mendukung berbagai aktivitas seniman sehingga seniman berjalan sendiri. Dan begitu terjadi kondisi seperti ini, ujarnya, seniman seperti tidak punya tempat mengadu.

Dia juga menjelaskan kalau dirinya pernah share di medsos bahwa dia akan menggadaikan piagam penghargaan yang didapatnya, termasuk piagam Seniman Pemangku Negeri (SPN). Katanya,  sebetulnya itu bertujuan sangat serius, yang mungkin dianggap publik hanya guyonan.

"Serius karena ini penting soal penghargaan pemerintah terhadap seniman yang masih sangat lemah sampai saat ini. Tidak hanya di masa seniman itu masih sehat walafiat, juga seniman-seniman tua kita, yang hidupnya merana. Ini banyak contohnya," kata sutradara teater yang juga pengajar di beberapa universita di Riau ini.

Dia berharap, apa yang disampaikan ini menjadi perhatian Pemprov Riau, bahwa seniman, sastrawan, dan budayawan adalah bagian penting bagi proses pembangunan SDM di daerah ini. Mereka berkarya dengan pikiran dan tenaganya yang juga perlu diapresiasi dengan baik oleh pemangku kepentingan.