Sudah DIitangkap, Kini Bonita Menjadi Objek Penelitian Ketiga di Dunia

Ahad, 22 April 2018

Bualbual.com, Harimau Bonita sudah tertangkap pada Jumat (21/4). Kini, harimau yang sudah menewaskan dua warga di Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir itu dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (PRHS) Dharmasraya, Sumatera Barat. Di situ, Bonita akan diteliti. Terutama terkait perubahan perilaku yang dialami. Sebelumnya, penelitian tentang perubahan perilaku harimau sudah pernah dilakukan di India dan Rusia. Sekarang, Bonita menjadi objek penelitian ketiga di dunia. Penelitian tentang ini, juga pertama kali dilakukan di Indonesia. Penelitinya adalah tim dokter hewan dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Prosesnya dilakukan di PRHS Dharmasraya. “Khusus Bonita, kami rehabilitasi sekaligus dilakukan penelitian. Itu terkait perubahan perilaku yang dialaminya. Ini pertama kali di Indonesia,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Catrini Pratihari Kubontubuh, usai jumpa pers di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Sabtu (21/4). Dijelaskannya, penelitian harimau di India terhadap harimau bengal. Kemudian di Rusia, terhadap harimau siberia. Hampir sama kasusnya dengan Bonita, yakni mengalami perubahan perilaku, yang tidak takut dengan manusia. Sedangkan penelitian untuk harimau sumatera yang mengalami perubahan perilaku, belum ada. “Kita harusnya punya (hasil penelitian) untuk harimau sumatera,” ujar wanita yang akrab disapa Ari ini. Menurut Ari, diperkirakan penelitian ini akan berlangsung lama. Bisa saja berbulan-bulan, bahkan tahunan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan di India dan Rusia, yang memakan waktu lama. Namun, untuk hasil penelitian di dua negara itu, tidak diketahuinya secara detail. “Saya kurang tahu detailnya, tapi mereka melakukan penelitian sangat jauh (mendalam, red). Hasilnya ini berguna untuk kita semua,” ujarnya Namun, sekilas dalam hasil penelitian di dua negara itu, perubahan perilaku disebabkan karena kandungan virus yang ada dalam tubuh harimau. “Itu bisa saja makanan yang disantap,” kata Ari. Makanan yang ditelan itu seperti binatang yang mengandung virus, salah satunya canine distemper virus (CDV). Virus ini ditularkan melalui anjing. Karena anjing yang banyak terserang virus tersebut. Jika melihat kasus Bonita dan dikaitkan dengan hasil penelitian di dua negara sebelumnya, bisa saja harimau Bonita terserang virus CDV. Apalagi, anjing peliharaan warga pernah dimakan oleh harimau di wilayah Pelangiran tersebut. “Bisa jadi (terserang CDV, red),” sebutnya. Virus ini cukup berbahaya terhadap saraf otak harimau. Jika terjangkit CDV, harimau akan mengalami gangguan kepada sifatnya. Pola pikirnya menjadi berubah. Salah satunya tidak takut dengan manusia. Perilakunya tak seperti harimau pada umumnya. Setelah tertangkap, Ari mengaku sudah melihat harimau Bonita. Dia menyebut Bonita tidak mengalami sakit, jika dilihat dari fisiknya. Selayang pandang, Bonita sehat-sehat saja. “Tidak ada luka. Atau ada sesuatu di ditubuhnya,” ujarnya. Akan tetapi dia belum bisa menyimpulkan penyebab perubahan perilaku ini. Dia masih menunggu hasil penelitian yang akan dilakukan. “Belum bisa dipastikan sebelum hasil penelitian keluar,” kata Ari. Dia juga menjelaskan, saat ini beberapa dokter hewan termasuk drh Andita Septiandini dan drh Deni, fokus pada pemulihan efek bius. “Saat nanti tiba di lokasi, kami rehabilitasi dulu dan melakukan pemulihan efek bius,” ujarnya. Jika efek bius telah hilang, dan harimau kembali pulih maka dilakukan pemeriksaan kesehatan. Dilakukan tes darah dan tes medis lainnya. Hasil rekam medis, baru didapat setelah 14 hari ke depan. “Biasanya perlu 14 hari mendapatkan hasil rekam medis,” ujarnya. Tes darah kata dia, akan dilakukan di Baso, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. “Kalau hasil darah sudah dapat, kemudian hasil kesehatan lainnya kita kumpulkan. Dari situ dilakukan rehabilitasi sekaligus penelitian,” ujarnya. Jika perilaku harimau itu kembali pulih, maka tidak tertutup kemungkinan untuk dilepasliarkan ke hutan. Namun, dia belum bisa menyebutkan di mana harimau ini akan dipulangkan. “Lepas liarkan sangat berhati-hati untuk menentukan lokasinya. Sebelumnya dilakukan survei lokasi,” ujarnya. Ada kategori untuk memilih lokasi pelepasliaran harimau. Pertama, aman dari ancaman perburuan liar. Kedua, tersedianya pakan di lokasi itu. “Kalau pakan tidak ada, maka bisa saja harimau ini mencari pakan ke pemukiman masyarakat,” ujarnya.*(dal/rpc)