Tanpa Gejala, Satu Balita di Dumai Positif Covid-19

Ahad, 19 April 2020

BERI KETERANGAN: Wali Kota Dumai Zulkifli AS (tengah) didampingi Plt Kadiskes Kota Dumai Syahrinaldi (kiri) dan Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai dr Syaiful memberikan keterangan saat jumpa pers terkait tambahan tiga po

BUALBUAL.com - Pasien terkonfirmasi positif virus corona di Riau bertambah empat orang, Sabtu (18/4). Dari jumlah ini, tiga di antaranya merupakan satu keluarga yakni pasangan suami istri asal Dumai dan cucunya yang masih berusia dua tahun. Ketiganya tanpa gejala sakit. 

Sedangkan satu lagi merupakan warga Pekanbaru. Dengan tambahan empat pasien tersebut, total pasien positif corona di Riau menjadi 30 orang yang sebelumnya sebanyak 26 orang.

Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona Riau, dr Indra Yopi mengatakan, pasien positif ke-27 yakni S (54) warga Kota Dumai, yang bersangkutan saat ini sudah diisolasi di RSUD Dumai. Yang bersangkutan pernah melakukan perjalanan ke daerah terjangkit yakni Kota Bekasi.

“Kemudian pasien positif 28 yakni, K (46) yang juga merupakan warga Dumai. Pasien K merupakan kontak erat dengan pasien S. Sama juga dengan pasien ke-29 yakni DYA (2) yang juga merupakan kontak erat dengan pasien S. Di mana ketiganya merupakan satu keluarga,” katanya.

Dokter Yopi mengatakan kasus pasien positif corona yang berusia dua tahun, atau masih balita, merupakan pertama di Riau. “Sang balita tersebut diduga tertular virus corona dari kakek dan neneknya. Ini jadi kasus pertama di Riau ada anak balita yang terkena virus corona,” sebutnya.

Kemudian, pasien positif ke 30 yakni NT (60) yang merupakan warga Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru. Yang bersangkutan tidak memiliki riwayat perjalanan, namun memiliki riwayat penyakit pneumonia berat. “Dengan adanya penambahan empat pasien positif corona tersebut, pihak dinas kesehatan setempat bersama instansi terkait sudah langsung melakukan kontak tracing keluarga pasien,” jelasnya.

Dengan adanya penambahan kasus positif corona yang cukup besar di Kota Dumai tersebut, pihaknya berharap pemerintah setempat bisa segera mempertimbangkan untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Karena hal tersebut bisa memutus mata rantai penyebaran virus corona.

“Kota Dumai saat ini menjadi kota kedua di Riau yang terbanyak ditemukan kasus positif corona setelah Kota Pekanbaru. Untuk itu, PSBB di Kota Dumai ini juga harus segera dilakukan,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Dumai Zulkifli As, didampingi Plt Kepala Dinas Kesehatan Dumai Syahrinaldi, Kepala Diskominfo Dumai Muhammad Fauzan dan juru bicara gugus tugas COVID-19 kota Dumai dr Syaiful, Sabtu (18/4) menjelaskan, maka total terinfeksi corona di Dumai menjadi enam orang.

“Hari ini (kemarin, red) kami menerima lima hasil swab test dari BTKL Lintbangkes Kementerian Kesehatan, tiga hasil dinyatakan positif Covid-19 dan dua lagi dinyatakan negatif,” ujar pria yang akrab di sapa Zul As itu. “Yang positif terdiri dari suami dan istri serta seorang cucunya berusia 2 tahun,” tuturnya.

Ia mengatakan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Dumai telah mendeteksi sekitar 16 orang yang positif berdasarkan hasil rapid test. “Untuk itu saya mengajak masyarakat ikut serta memutus mata rantai penyebaran virus corona di Kota Dumai salah satunya dengan cara menjaga jarak aman ketika melakukan komunikasi antarindividu atau physical distancing,” terangnya.

Ia menyebutkan dengan hasil rapid test positif yang ada tersebut, jumlah masyarakat yang akan positif Covid 19 bisa saja bertambah. “Untuk itu kami sudah melakukan pengajuan PSBB dan mudah-mudahan segera disetujui dengan beberapa daerah lainnya sehingga semuanya bisa sama-sama menjaga,” tuturnya.

Mantan Direktur RSUD Kota Dumai itu mengatakan, kendati tanpa gelaja, S dan K serta anaknya T tetap diisolasi di RSUD Kota Dumai. “Sedangkan cucunya karena masih balita diisolasi mandiri di rumah, T anak S karena negatif akan kami pulangkan,” tuturnya.

Ia menyebutkan ini merupakan klaster tersendiri yakni klaster Jakarta, sehingga di Kota Dumai totalnya ada tiga klaster. “Sebelumnya ada Klaster Bogor pasien 01, dan Klaster 02 dan 03 Klaster Batam,” terangnya.

Ibu Balita Rela Berkorban

Syaiful mengatakan sang ibu balita positif Covid-19 rela berkorban. Pasalnya mau tidak mau, ia harus menemani sang anak yang isolasi di rumah. “Sang Ibu hasil rapid test negatif. Ia rela terpapar demi menjaga sang anak. Anaknya juga tanpa gelaja, kondisi sehat tanpa ada gelaja Covid-19,” tuturnya.

Ia mengatakan, petugas juga setiap hari melakukan kontrol terhadap sang ibu dan balita tersebut. “Kalau risiko, pasti berisiko sang ibu bisa saja terpapar. Kami memang tidak lakukan isolasi di RSUD terhadap bayi tersebut, karena lebih akan berisiko, apalagi sang bayi tidak ada gelaja,” tuturnya.

Sekretaris Diskes Kota Dumai itu mengatakan, melihat kondisi beberapa pasien yang tanpa gejala tentunya membuat Dumai sangat rawan penyebaran Covid-19. “Jadi kami minta siapapun yang untuk mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan, bagi yang keluar kota terutama zona merah, langsung melapor dan lakukan isolasi mandiri selama 14 hari,” tuturnya.

Ia mengatakan, pihaknya terus melakukan deteksi dini dengan cara rapid test dan di Dumai tengah di persiapkan tempat pengujian swab. “Kita ada labor, tapi saat ini kami masih menunggu alat PCR, jadi jika sudah ada kita lebih cepat mendeteksi,” sebutnya.

Syaiful mengatakan, tim gugus berusaha semaksimal mungkin untuk mendeteksi sebanyak-banyaknya orang yang berisiko tinggi terpapar virus corona. “Termasuk TKI yang masuk lewat Dumai dari Tanjung Balai Karimun. Kami lakukan rapid test, kendati belum menjadi patokan dan penentuan orang terpapar virus corona atau tidak. Namun yang jelas rapid test membuat kami lebih cepat meminimalisir penyebaran Covid-19,” tutupnya.

Sedangkan untuk update data orang dalam pemantauan (ODP) di Riau, hingga saat ini berjumlah 38.767, yang sudah selesai menjalani pemantauan sebanyak 27.606 sehingga yang masih berstatus ODP sebanyak 11.160.

Untuk pasien dalam pengawasan (PDP) total berjumlah 317, di mana 139 sudah dinyatakan sehat dan negatif dan sisanya 150 masih dirawat. Yang meninggal dunia ada 28 pasien. Kasus positif corona ada 30, sembilan sudah sehat dan empat pasien meninggal dunia.

1 PDP di RS Permata Hati Duri Sembuh
Sementara itu, pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di Kabupaten Bengkalis berinisal FS (25) perempuan, yang dirawat di RS Permata Hati Duri, Kecamatan Mandau, dinyatakan sembuh, Sabtu (18/4).  Hal ini dikatakan Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bengkalis Johansyah Syafri.

“Sesuai informasi dari Alwizar (Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan), FS hari ini (kemarin, red) dinyatakan sehat dan boleh pulang ke rumah,” jelas pria yang akrab disapa Johan ini.

Namun demikian hingga saat ini, imbuhnya, dia belum memperoleh informasi tentang riwayat perawatan FS yang mulai dirawat di RS Permata Hati Duri pada 14 April 2020 tersebut. “Hanya itu perubahan data tentang PDP di Kabupaten Bengkalis hari ini (kemarin, red). Tidak ada penambahan atau yang lainnya. Hanya kabar gembira tentang kesembuhan FS tersebut,” terangnya.

Namun, orang dalam pemantauan (ODP) yang tercatat di Kabupaten Bengkalis meningkat 2,17 persen. “Bertambah 96 orang. Jika sebelumnya hanya 4.425, hari ini (kemarin, red) menjadi 4.521 orang. Dari 4.521 ODP itu, 1.091 atau 24,13 persen masih menjalani proses pemantauan,” katanya.

Sedangkan sisanya 3.430 ODP, sudah selesai menjalani isolasi diri di rumah atau tuntas melaksanakan kewajiban karantina mandiri. “Jumlah ODP yang masih menjalani proses pemantauan ini bertambah 56 orang atau 5,51 persen. Sedangkan yang selesai menjalani karantina mandiri hanya 46 orang atau 1,18 persen dibandingkan angka sebelumnya,” rincinya.

Johan mengatakan, dari 96 pertambahan ODP tercatat tersebut, 42 orang atau 43,75 persen berasal dari Gerbang Permata (Mandau, Pinggir, Bathin Solapan, dan Talang Muandau). Sementara untuk tertinggi kedua, katanya, di Gerbang Pesisir (Rupat, dan Rupat Utara), yakni sebanyak 26 ODP atau 27,08 persen.

“Sementara pertambahanan ODP di Gerbang Laksamana (Bukit Batu, Siak Kecil, dan Bandar Laksamana) hanya 15 orang atau 15,63 persen. Sementara terendah di Gerbang Utama (Bengkalis, dan Bantan). Hanya 13 orang atau 13,54 persen” ujarnya.

Lebih jauh Johan merinci, dari 42 orang penambahan ODP di Gerbang Utama, sebanyak 25 orang atau 59,52 persen berasal dari Kecamatan Bathin Solapan. Sedangkan tertinggi kedua, kata Johan, di Mandau yaitu sebanyak 7 ODP atau 16,67 persen. Untuk Pinggir dan Talang Muandau, masing-masing 5 ODP atau 11,90 persen.

“Dibandingkan sebelumnya, dan secara persentase, dari 11 kecamatan di Kabupaten Bengkalis, Bathin Solapan merupakan satu-satunya kecamatan yang penambahan ODP-nya dua digit, sebesar 10,50 persen. Sedangkan di Bandar Laksamana 0,00 persen, tidak ada penambahan ODP tercatat,” tutur Johan.