Terungkap, Ternyata Tidak Ada Telur Palsu di Indonesia

Sabtu, 17 Maret 2018

Bualbual.com, Satuan Tugas Pangan Kepolisian Republik Indonesia (Satgas Pangan Polri) memastikan tidak ada telur palsu yang beredar di pasaran saat ini.

Pernyataan itu merespons viralnya video di media sosial yang mengatakan ada telur palsu yang terbuat dari plastik.

Kepala Satgas Pangan Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan pihaknya sudah melakukan penelitian di lapangan dan laboratorium untuk membuktikan hal itu.

"Tidak ada namanya telur palsu, sudah diuji di laboratorium IPB. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Peternakan juga sudah lakukan pengujian lab dan on the spo ttidak ada telur palsu," kata Setyo pada jumpa pers di Mabes Polri di Jakarta, Jumat (16/3/2018).

Di kesempatan yang sama, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Syamsul Ma'arif menjelaskan sangat tidak mungkin telur dipalsukan. Apalagi pemalsuan dengan membuat telur dari bahan baku plastik.

Harga telur asli saat ini, ucapnya, jauh lebih murah dibandingkan harga bahan baku plastik untuk membuat telur palsu. Dia juga mempertanyakan teknologi apa yang bisa digunakan untuk membuat hal semacam itu.

Syamsul berucap telur yang berbentuk aneh dalam video-video yang viral belakangan ini adalah telur asli. Hanya saja ada perubahan bentuk akibat sudah tidak dalam kondisi prima lagi.

"Kemungkinan paling besar yang dikatakan itu bentuk kuningnya lembek, putihnya cair, itu karena terlalu lama usia telurnya jadi daya konsistensi telur menurun," ujar Syamsul.

Setyo menyebut isu ini adalah buah dari kekurangbijakan pengguna media sosial. Dia meminta masyarakat untuk rajin mengecek kebenaran berita sebelum membagikannya.

Pasalnya isu ini akan memengaruhi tingkat konsumsi telur di Indonesia, kata Setyo. Kepala Bagian Humas Polri ini mrmaparkan saat ini tingkat konsumsi telur di Indonesia hanya 10,44 kilogram per kapita. Artinya setiap orang hanya mengonsumsi telur tak sampai satu kilogram tiap bulannya.

Dengan adanya isu ini, katanya, berpotensi semakin menurunkan tingkat konsumsi tekur di masyarakat Indonesia. Padahal telur adalah salah satu sumber protein paling murah.

"Juga akan menghantam industri ayam petelur. Yang terdampak bangsa kita akan rugi sendri," tutupnya.(r)

sumber: cnnindonesia