Tidak Pernah Sepi, Ogoh-Ogoh Ramah Lingkungan, Terbuat dari Korek Kayu dan Kulit Bawang Putih

Senin, 04 Maret 2019

BUALBUAL.com, Ogoh-ogoh bernama'Shang Bhuta Wingkara; (Ayiksa Atmaning Aboros), yang berada di Banjar Dukuh Mertajati, Kelurahan Sidakarya, Denpasar, Bali, tidak pernah sepi dikunjungi masyarakat untuk berselfi atau mengambil foto. Ogoh-ogoh hasil karya, dari STT Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Kelurahan Sidakarya ini, menariknya terbuat dari bahan alami. Hingga, Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Denpasar memberikan poin tertinggi dari puluhan ogoh-ogoh yang ada di wilayah Denpasar. "Kita menggunakan bahan-bahan alam, seperti kulit jeruk kering, akar wangi, batok kelapa, rumput laut yang kering, kulit bawang putih, dan korek kayu api batangan," ucap Adi Beh Jayanatha, salah satu anggota STT Tunas Muda, saat ditemui di Banjar Dukuh Mertajati Sidakarya, Denpasar, Minggu (3/3) sore. Adi yang merupakan mantan Ketua STT Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati menceritakan, awal pembuatan ogoh-ogoh ini tercipta dari ide saat berkumpul bersama senior yang ahli di bidang seni. Sehingga, mempunyai ide untuk membuat dari bahan alami yang salah satunya dari kayu korek batangan. "Kalau kita hitung batangannya lebih dari seribu korek kayu. Korek kayu ini kita beli sendiri, untuk proses pengerjaan total sekitar 1,5 bulan," imbuhnya. Adi juga menjelaskan, untuk membuat ogoh-ogoh ramah lingkungan yang tingginya hampir 4 meter tersebut, mengabiskan dana sekitar Rp 30 juta. "Kalau yang mengejarkan sekitar puluhan orang. Kalau untuk biyaya sekitar 30 juta itu sudah termasuk konsumsi. Kalau masalah biyaya masyarakat disini mensupport dengan sukarela yang ingin membantu dan berapapun kita dikasih kita terima. Masyarakat kita disini sangat respon," ujarnya. Dalam pembuatan ogoh-ogoh tersebut, lebih dari seribu batang korek api kayu yang dirangkai berbentuk seperti kipas lalu ditempelkan di bagian beberapa tubuhnya. Selain itu, juga ada kulit bawang putih untuk kulit ogoh-ogoh yang berwujud roh-rohnya dan rambutnya mengunakan rumput laut kering. Sementara, dibagian naganya menggunakan jeruk nipis kering, daun lentoro dan kacang merah, dan untuk rambut raksasanya akar wangi. "Kalau untuk kolamnya (latar bawahnya) sebelumnya tidak terpikirkan hal itu. Namun, untuk menambah keindahan dari ogoh-ogoh kita sendiri," ujar Adi. Adi juga menjelaskan, bahwa membuat ogoh-ogoh dari bahan alami sudah menjadi kebiasaan lama di STT Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati. "Kita sudah sejak tahun 2015. Dulu kita pernah menggunakan kulit telor, selanjutnya kita menggunakan tembakau, kita juga pernah menggunakan ikan teri, dan variasi-varisi lainnya," ujarnya. Adi juga mengharapkan, dengan adanya kegiatan ogoh-ogoh, agar masyarakat Denpasar, khususnya Sidakarya bisa tetap berkarya dan melanjutkan tradisi seni dan budaya yang diwariskan oleh leluhur. "Kita ingin, mengedukasi kepada masyarakat menyampaikan pesan-pesan moral yang positif. Pertama hubungan antara manusia ke manusia, manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam," ujarnya.   Sumber: merdeka.com