Tiga Nama Srikandi Golkar Berpontensi Maju di Pilkada Inhil Tahun 2024 Mendatang

Rabu, 28 Februari 2024

Tiga Nama Srikandi Golkar Inhil, Hj, Nurlia, Hj, Septina Primawati, Hj, Zulaikha

BUALBUAL.com - Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, sejumlah nama Calon Bupati Inderagiri Hilir (Inhil) Provinsi Riau mulai muncul untuk meramaikan pesta demokrasi mendatang.

Deretan nama cabup yang menurut jejak pendapat BUALBUAL.com dari kaum perempuan, yang digadang-gadang mempunyai peluang ataupun mempunyai potensi untuk meramaikan pesta demokrasi pilkada kabupaten Inhil kedepan.

Melihat potensi perempuan dalam perpolitikan di Indragiri Hilir, di Pilkada 2024 mendatang.

Partai Golkar disebut-sebut pemilik kader perempuan potensial dalam perpolitikan. Mereka punya elektabilitas mumpuni kedepan.

Sebenarnya dalam konteks Kabupaten Indragiri hilir, cukup banyak perempuan yang terlibat secara langsung dalam gelanggang politik.

Walaupun memang jumlah politisi
perempuan masih kalah jauh dibanding
jumlah politisi laki-laki pada saat Ini. Namun secara umum ada peningkatan
partisipasi politik perempuan di terkhusus di kabupaten Indragiri Hilir.

Salah satu parpol yang memiliki banyak
kader politisi perempuan adalah Partai
Golkar. Para politisi ini tidak sekedar aktif
dalam aktivitas-aktivitas kepartaian, tetapi
memiliki peran strategis dalam pentas
politik. Selain itu mereka juga aktif dalam
merawat dan memperbesar basis elektoral
mereka.

Sebagai mana kita ketahui ada 3 kader
Srikandi yang berpotensial yang dimiliki Partai Golkar Inhil provinsi Riau.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Jejak Pendapat BUALBUAL.com dari berbagai sumber, sedikitnya ada tiga nama Cabup Inhil tahun 2024 dari kaum perempuan.

1. Hj. Septina Primawati Rusli

Hj. Septina Primawati yang kini menjabat
sebagai Anggota DPRD Riau dan terpilih kembali untuk ke tiga periode, yang sampai detik ini aktif menyerap aspirasi masyarakat, bahkan beliau digadang-gadang berpotensi mengisi posisi-posisi politik strategis di masa depan, semisal beliau diisukan sebagai salah satu bakal calon kuat Bupati Inhil di Pilkada 2024 mendatang.

Kekuatan Hj. Septin Primawati berada di Sang suami yaitu HM Rusli Zainal, Mantan Buapti Inhil dan Gubernur riau dua periode, rasanya tidak salah jika golkar bisa mendorong kader perempuan pertama masuk kancah pesta demokrasi pilkada inhil tahun 2024.

2. Hj. Nurlia

Di Golkar juga ada nama ibu Hj. Nurlia mantan anggota DPR RI dari partai Golkar, Meski tidak menjabat lagi, Nurlia merupakan salah satu politisi perempuan yang cukup populer di kalangan masyarakat Inderagiri Hilir

Nurlia juga saat ini di amanahkan sebagai Ketua Kerukunan Keluarga Kabupaten Indragiri Hilir (KKIH- Pekanbaru) aktif di vidang sosial bisa menambah tingkat kesukaan dan diterima (aksesibilitas) di tengah-tengah masyarakat.

Meski secara kepengurusan tidak aktif lagi sempat Isukan pindah ke partai Nasdem, di Namun Nurlia juga disebut-sebut sebagai salah satu politisi perempuan yang berpotensi maju sebagai Bakal Calon Inhil.

3. Hj. Zulaikha Wardan

Hj. Zulaikha Wardan yang melalui rekam jejak digitalnya kita bisa melihat keaktifan beliau dalam menyapa serta berdialog konstituen selama mencalonkan diri sebagai anggota legestif provinsi Riau untuk daerah pemilihan Riau 7 kabupaten Inhil pada 14 februari tahun 2024 yang lalu.

Meski Hj. Zulaikha Wardan belum membawa keberuntungan untuk terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Riau, Namun hadirin yang dirinya di partai Golkar menambah kekuatan baru bagi suara partai.

Namanya Hj. Zulaikha Wardan masuk dalam jejak pendapat kami, Golkar bisa saja melirik potensi dirinya, selain sebagai caleg partai golkar Hj. Zulaikha Wardan juga merupakan istri dari mantan bupati Inhil dua periode yaitu Bapak HM Wardan dan Ketua DPD II Golkar Inhil.

Hal penting yang mesti dicatat oleh para
politisi perempuan adalah relevansi isu
politik yang mereka bawa ke ruang publik.
Para politisi perempuan mau-tidak mau
mesti bisa meng-endorse kebijakan-
kebijakan yang mendorong kesetaraan
gender serta meminimalisir ketimpangan
kuasa gender yang ada di tengah-tengah
masyarakat.

Selain itu para politisi perempuan juga
mesti membawa nuansa politik yang lebih
"soft" dan "kolaboratif", karena tidak bisa
kita pungkiri politik di Indonesia adalah
politik yang sangat beraroma maskulin,
sehingga rentan menimbulkan konflik yang
tidak produktif dan destruktif.